12. Irham pindah sekolah

9 3 0
                                    

"Besok gue pindah sekolah Qiy," kata Irham ketika perjalanan pulang mengantar Qiya. Benar-benar, Qiya tak habis pikir, mereka baru saja sekolah satu semester tapi Irham sudah akan pindah sekolah. Dasar bandel pikir Qiya. Ia merasa kasihan kepada bunda Irham, saat pertama masuk SMP Irham itu murid baik-baik, tidak bandel seperti sekarang. Itu semua berawal dari kelas 2 SMP, saat ia mulai bergaul dengan teman yang bandel, suka ikut tauran, datang telat, pulang telat dsb. Bundanya jadi kerepotan dengan tingkah Irham yang berubah bandel karena salah gaul.

......

Hari senin ini, Qiya datang sekolah lumayan siang. Jangan khawatir, ia tidak akan terlambat upacara, di sekolah Qiya upacaranya siang, ya gitu udah pada tau kan. Jam 07.40 Qiya baru sampai di sekolah. Ia berjalan santai melewati ruang Tata Usaha. Ia melihat ada seorang murid yang sedang duduk berhadapan dengan Pak Hikmat, tapi ia tidak peduli, Qiya terus saja berjalan menuju kelasnya.

Jam 08.00 upacara di mulai seperti biasa. Qiya berdiri di barisan paling belakang padahal ia bertubuh pendek, katanya supaya gak kena matahari, jadi gak panas. Qiya upacara sambil jongkok, untungnya tidak ada guru yang jaga di belakang barisan kelas 10.

Dari jajaran kelas 11 Qiya bisa melihat Bara yang juga berdiri di barisan paling belakang, bukan seperti Qiya, Bara berdiri di belakang karena memang ia tinggi. Niatnya Qiya melihat ke barisan kelas 11 ingin mencari Fatur, tapi malah menemukan Bara yang nambaknya sudah mulai pegal.

Selesai upacara, murid murid berhamburan menuju kantin untuk sekedar membeli es. Tapi Qiya, Rissa dan Sarah langsung masuk kelas, mereka membawa minum dari rumah, lagipula malas ke kantin pasti ngantri.

5 menit kemudian guru yang mengajar masuk ke dalam kelas, Qiya cuek saja ia tetap merebahkan kepalanya di atas meja dengan alas tas gendongnya. Bu Hati memulai pembelajaran dengan sedikit cerita-cerita, Bu Hati memang guru favorite di sekolah ini, friendly banget ke semua murid, masih muda cantik dan pintar, jomblo pula.

Tak lama Bu Hati bercerita, pintu kelas Qiya terbuka memperlihatkan Pak Hikmat. "Assalamualaikum bu, permisi ini ada murid baru masuk di kelas ini" ucap Pak Hikmat.

"Waalaikum salam, iya pak. Silahkan masuk."

Kemudian satu orang murid cowok masuk kedalam kelas, pintu kembali tertutup oleh Pak Hikmat yang juga kembali ke ruang Tata Usaha sekolah. Qiya mendongakan kepalanya, penasaran siapa murid baru yang masuk ke kelas ini. Ia terkejut ketika mendapati Irham di depan kelas sana sedang bersalaman dengan Bu Hati, sepertinya ada sedikit pembincangan.

Qiya tidak pernah berpikir kalau Irham akan pindah sekolah kesini. Qiya masih memperhatikan gerak-gerik Irham yang sedang mengobrol dengan Bu Hati, kemudian Irham berdiri di depan kelas menghadap ke semua teman barunya. Irham tersenyum ketika melihat Qiya yang duduk di bangku belakang baris kedua.

Qiya merasa canggung di tatap irham, karena sekarang sebagian teman kelasnya menoleh ke arahnya. Dasar Irham, batin Qiya.

"Lo kenal Qiy?" Tanya Rissa yang duduk di sebelahnya, nampaknya Rissa juga sadar kalau murid baru itu tersenyum kepada Qiya.

Qiya hanya mengangguk untuk menjawab.

"Silahkan perkenalkan diri kamu" kata Bu Hati kepada Irham.

Kemudian Irham memperkenalkan dirinya dengan Singkat. Setelah itu ia duduk di bangku kosong paling belakang barisan pojok tembok bersama Rendi. Qiya menoleh menatap Irham dengan alis yang berkerut, seolah ekspresinya itu mempertanyakan "kok lo pindah kesini sih?"

Irham yang melihat Qiya menatapnya hanya melambaikan tangan. Qiya berdelik lalu mulai pokus belajar memperhatikan Bu Hati.

.....

Bel istirahat baru saja berdering, Bu Hati sudah mengakhiri pembelajaran di jam pertama. Kalo hari senin sebelum istirahat hanya ada satu pelajaran, berbeda dengan hari lain.

Setelah Bu Hati meninggalkan ruang kelas, hampir semua teman-temannya mulai beranjak untuk pergi istirahat, ada yang ke kantin, ke lapangan, dan ke warung belakang.

"Yuk kantin," ajak Qiya kepada Rissa dan Sarah.

Mereka bertiga beranjak. "Bareng lah," ucap Rena

"Iya yuk bareng" jawab Sarah kepada teman sebangkunya itu.

Kemudian mereka berjalan keluar kelas berlima, Qiya, Sarah, Rissa, Rena dan Imel. Biasanya Rena dan Imel hanya menikmati istirahat berdua, sekarang mereka mau gabung bersama Qiya dan dua temannya, biar tambah rame dan akrab.

Pas di pintu kelas, Irham berlari menghampiri Qiya.

"Qiyaaa.."

Qiya menoleh, keempat temannya juga ikut berhenti berjalan dan menoleh menatap Irham.

"Apa??" Tanya Qiya.

"Kamar mandi dimana?"

Qiya menunjuk jalan menuju kantin, "tuh deket kantin, kamar mandi cowok,"

"Oke."

Lalu Qiya dan teman-temannya melanjutkan langkah mereka menuju kantin. Mereka duduk di tempat biasa, setelah memesan makanan.

"Qiya, kenal si Irham?" Tanya Sarah.

Qiya mengangguk "iya, sekelas pas SMP"

"Kok pindah sih? Tanggung banget, padahal bentar lagi ulangan semester 1" kata Rena.

"Iyaya.. padahal nanti aja kenaikan kelas 11 pindahnya," timpal Rissa.

Setelah itu makanan mereka datang, dan mereka mulai makan dengan tenang. Qiya duluan selesai makan, lalu meraih ponsel di saku roknya.

"Qiy, kak Bara tuh," kata Rissa.

"Aahh bodo ah" jawab Qiya tidak peduli, ia tetap pokus dengan ponselnya.

"Nyamperin lo Qiy" ucap Imel memberi tahu.

Semua teman sekelas Qiya tahu, bahwa kak Bara suka sama Qiya. Bagaimana tidak, setiap lewat kelas Qiya, Bara selalu berteriak memanggil nama Qiya, tidak peduli Qiya ada di dalam kelas atau tidak.

Mendengar ucapan Imel, Sontak Qiya beranjak untuk pergi ke kelas duluan meninggalkan teman-temannya yang masih makan di kantin. "Mau kemana?" Tanya Rena.

"Gue ke kelas duluan" ucap Qiya.

"Bareengg!! Gue selesai kok ini" kata Rena buru-buru beranjak menyusul Qiya.

Terdengar suara teriakan teman-teman Bara yang meledeknya karena gagal menghampiri Qiya. Tak habis akal, Bara berteriak di tengah kantin yang ramai memanggil Qiya.

"Qiyaaa!!! Pulang sekolah gue tunggu di warung depan!"

Qiya tidak peduli, ia tetap berjalan meninggalkan kantin. Sebenarnya ia malu dengan tingkah Bara. Kakak kelasnya itu sungguh bersikeras mendekatinya.

"Qiy, itu kak Bara mangg--"

"Biarin aja, bosen gue Ren denger dia  ngajak balik bareng terus"

"Ahh padahal lumayan Qiy, gratisan loh"

"Iya sih, tapi ogah gue Ren," Rena hanya tertawa mendengar jawaban Qiya.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang