Suasana kelas masih telihat sepi, hanya ada beberapa tas milik murid rajin di kelas Qiya. Gadis itu mendudukan bokongnya di kursi lalu merebahkan kepalanya di atas meja. Rasanya ia sudah berangkat sekolah siang, tapi tetap saja terasa kepagian. Memang susah kalau pengen datang telat di sekolah ini.
"Hello epribadehh!!!"
Saking malasnya, Qiya enggan mendongak untuk melihat siapa yang berisik di kelas sepi seperti ini.
"Woy! Banguuunnn!!! Semangat dong! Kan udah tua!" Kata Irham, sang pelaku kebisingan yang sangat mengganggu Qiya.
"Ish! Diem ih berisik!"
"Masih pagi masa udah mau tidur?"
"Terserah gue dong,"
Irham tidak menjawab tapi malah membuka tasnya untuk mengambil sesuatu yang sudah ia sediakan untuk gadis ini. Dengan senyum merekahnya Irham menyerahkan kotak kecil itu di hadapan Qiya.
"Dalam rangka apa nih?" Tanya Qiya heran, ia meraih kotak itu lalu membukanya. Terlihat kalung cantik dengan bentuk bintang sebagai gantelannya.
Qiya berseri melihat kalung pemberian Irham, cantik sekali. Ia sangat menyukainya.
"Happy birthday mantan!! Kalung yang cakep buat mantan yang cakep,"
Qiya mengerutkan dahinya, melihat itu membuat Irham mendengus.
"Kaann.. lo lupa pasti sama ulang tahun lo," tuduh Irham.
"Sekarang tanggal berapa?"
"32"
"Bego! Mana ada tanggal 32,"
"Udah pokonya sekarang lo 16 tahun!"
Qiya tidak memperdulikannya, ia menyodorkan kalung yang sudah di keluarkan dari kotaknya kepada Irham. "Tolong pasangin dong!" Pinta Qiya dengan sangat antusias.
Dengan senang hati Irham memasangkan kalung itu di leher jenjang Qiya. Irham sudah sangat bahagia karena Qiya menerima dan menyukai hadian pemberiannya. Tidak sia-sia ia nabung dari lama untuk mendapatkan kalung ini.
"Dah.. cantik,"
"Makasih bro!!" Ucap Qiya.
"Ah masih aja bro bro begitu! Sayang dong"
"Males njir!"
.......
Senyuman getir menjadi balasan atas keceriaan yang kemarin dirasakan Bara. Melihat Qiya yang sangat antusias dengan kado kecil tapi indah pemberian Irham. Tidak terpikirkan olehnya untuk membeli barang mahal seperti yang Irham berikan. Ada sedikit rasa minder saat ia hanya membeli mukena, sajadah serta mug untuk gadis itu.
"Buruan kasih nyet! Jangan pake minder deh! Tadi kan lo udah pede kalo gak akan ada yang lebih bermanfaat dari kado yang lo kasih," support Aji yang di angguki oleh Heri.
"Buruan ih!!! Jangan sampe pengorbanan jiwa raga gue kemarin sia-sia," Riza mendorong bahu Bara agar ia masuk ke kelas Qiya.
"Adek gue gak pernah liat harga, kalo dia suka dan butuh, mau harganya berapa pun pasti dia ambil" setelah itu Yasir pergi meninggalkan teman-temannya untuk ke kelas duluan.
"Sumpah deh! Aing minder pisan bangsat!" Keluh Bara.
"Yaelah, kalo gentle mah gak usah ada rasa gitu, pede aja sih," sindir Heri.
Dengan dorongan support dari teman-temannya bahkan Yasir pun seakan ikut mendukungnya, akhirnya Bara memberanikan diri masuk dan menghampiri Qiya di dalam kelasnya. Harapannya hanya satu, Qiya mau menerimanya. Entah suka atau tidak dengan kadonya, ia sudah tidak peduli lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...