Di balkon kamar, seorang gadis sibuk membaca novel yang belum tuntas ia baca. Ditemani dengan segelas coklat panas yang sudah mulai dingin karena terlupakan dan tidak di minum.
Suara notifikasi dari ponselnya bahkan ia abaikan. Alur novel nampaknya lagi seru-serunya sampai ia tidak memperdulikan sekitar. Selimut kecil yang tersampir di bahunya membantu ia melawan udara dingin malam hari.
Notif ke tiga yang terdengar dari ponselnya baru bisa membuatnya mengalihkan perhatian. Ia meraih ponsel yang tersimpan di sampingnya, membuka pesan yang ternyata dari Yasir.
Satu buah video diterimanya lalu ia buka karena jarang sekali kakaknya mengiriminya video. Jangan sampai ini video gak jelas, ia akan marah besar kepada kakaknya karena ia sudah rela menunda membaca novel karena sebuah video ini.
Yasir :
Liat nih.Lo harus tau separah apa
efek lo buat temen gue. Harus
berbangga diri ya, Qiy ;)Qiya mendengus kala membaca pesan itu, dengan cepat ia memutar video yang terekam di sebuah kamar bernuansa abu-abu. Terlihat seorang pria yang duduk di atas kasur dengan ekspresi lesunya sedang menunjuk seseorang entah siapa.
Qiya mengerutkan dahinya tak percaya setelah otaknya mengerti apa maksud dari video ini. Bara mabuk dengan racauan cowok itu semuanya bersangkutan dengan dirinya. Apakah benar separah ini? Hei.. ini hanya tentang cinta monyet anak SMA, kenapa harus sampai di tahap ini? Qiya benar-benar tidak mengerti.
Qiya tidak pernah menduga kalau Bara benar-benar segalau itu sampai mabuk hanya karena dirinya. Apakah kakak kelasnya itu serius dengan perasaannya kepada Qiya? Apakah Qiya sudah terlalu jahat sampai-sampai Bara seperti itu?
Qiya memang tidak tau kehidupan pribadi teman-teman Yasir seperti apa, tapi ia yakin mabuk bukan suatu hal yang biasa untuk mereka termasuk Bara.
Qiya menutup buku novelnya lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Duduk di kasur dengan terbengong memikirkan satu nama. Seseorang yang begitu menganggunya sejak ia masuk bangku SMA.
"Maafin gue," gumamnya.
.......
Pagi ini Qiya datang ke sekolah lebih awal dari biasanya. Untung saja pintu gerbang sudah dibuka dan ia tidak perlu nongkrong di depan untuk menunggu penjaga membuka gerbang.
Qiya jalan ke arah kelasnya dengan pikiran berkecamuk. Sejak semalam ia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan Bara, apalagi saat ia tau Yasir tidak pulang sampai tadi pagi. Ia benar-benar ingin bertanya dan meminta kejelasan dari sang kakak tentang video yang dikirimnya.
Sampai di kelas, Qiya yang biasanya langsung membuka ponsel untuk menonton ulang video sang idola kali ini memilih merebahkan kepalanya di atas meja.
"Aahh sialan, kenapa ngantuknya pas pagi gini? Bukannya semalem aja sih!!" Kesalnya pada diri sendiri.
"Iiihhh anak pemalas aneh banget dateng pagi" ucap seseorang.
Qiya mendongak dah mendapati Sarah yang baru saja meletakan tas di mejanya. Lalu gadis itu menghampiri temannya yang nampak sangat lesu pagi ini.
"Tumben banget lo," ucapnya lagi sambil menyenggol bahu Qiya.
"Apa sih! Gue sering kali dateng pagi." Ya walaupun Qiya sering kabur tapi untuk waktu datang ke sekolah ia berani bertaruh dengan siapapun. Kebiasaannya saat SMP masih melekat di dalam dirinya.
"Maksud gue, tumben lo lesu banget. Masih pagi nih."
Qiya menghela nafas lalu menjedukan kepalanya ke meja dengan pelan. "Gue pusing!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...