64. Tahun Ajaran Baru

5 0 0
                                    

Tahun ajaran baru, itu berarti angkatan Qiya naik kelas 11 dan angkatan Bara naik kelas 12. Satu geng Bara makin menjadi-jadi tebar pesona karena semakin banyak pula adik kelas baru yang mengagumi mereka layaknya titisan dewa.

Tapi tidak dengan Fatur, cowok satu itu tetap konsisten dengan tujuan hidupnya yang setengah datar dan cuek. Cara mereka tebar pesona memang berbeda. Tapi hanya Bara yang paling aneh. Makhluk tuhan yang satu itu hanya tebar pesona kepada Qiya.

Setelah banyak rasa sakit yang Qiya torehkan di hatinya, perasaan Bara tetap untuk Qiya. Dia tidak berniat menikung Qiya dari Irham. Dia hanya menunjukan rasa cintanya.

Pernah saat liburan semester, Bara dan Irham hampir adu tonjok karena Qiya. Saat itu sepertinya Irham tidak bisa menahan sabar lagi ketika melihat Qiya mengobrol sambil tertawa bahagia di teras rumah dengan Bara. Irham datang berniat mengajak Qiya pergi menonton bioskop tapi malah disugukan tontonan yang sangat membuatnya darah tinggi.

Entahlah. Entah memang Qiya yang mulai terlalu nyaman dan mulai menerima kehadiran Bara atau karena Irham yang terlalu cemburu. Namun sepertinya, opsi pertama yang menjadi alasan paling kuat.

Irham tau, Irham sadar Qiya mulai menyukai Bara. Tapi ia tidak ingin menyerah, Qiya sudah memilihnya, Qiya pacarnya. Tidak akan Irham lepaskan sebelum Qiya menyuruhnya untuk melepaskan.

Istirahat hari ini Qiya diam di kelas saja dengan merebahkan kepalanya ke meja. Kedua tangannya memegang perut yang rasanya melilit sekali akibat tamu bulanan yang datang pagi tadi.

Irham juga ikut diam di kelas mengawasi Qiya, dengan otak yang berpikir keras cara apa yang bisa ia lakukan untuk mengurangi rasa sakit yang Qiya rasakan sekarang. Melihat punggung gadis itu yang bergerak terarus sesuai nafasnya yang normal membuat Irham berpikir bahwa Qiya beneran tertidur. Syukurlah, setidaknya dengan tidur Qiya tidak merasakan sakit perutnya.

Rendi yang terpaksa diam juga di kelas merasa kesal karena ajakannya ditolak mentah oleh Irham. Ia sangat ingin pergi makan ke kantin tapi Irham menolak dengan alasan menjaga Qiya.

Ide jahil mulai hadir di pikiran Rendi. Ia berjalan jongkok mendekati bangku Qiya. Dengan perlahan Rendi menarik sebelah sepatu Qiya lalu dengan santainya ia letakan sepatu itu di bawah meja guru.

Tak berhenti disitu, Rendi duduk di bangku Rissa yang kosong karena pemiliknya pergi ke kantin. Lalu tangan jahilnya menarik rambut Qiya yang menutupi sebagian wajah gadis itu. Ia kepang rambut Qiya dengan asal.

"Heh!! Jangan di gangguin kasian!!!" Teriak Irham yang sudah memperhatikan Rendi sejak tadi. Temannya itu memang benar-benar cari masalah.

Irham menghampiri Rendi lalu menarik kerah seragam bagian belakangnya seperti menjinjing kucing. Ia membawa Rendi kembali ke bangkunya dan memelototinya dengan mata tajam Irham.

"Kenapa sih?" Tanya Qiya yang masih mengerjapkan matanya. Ia terganggu karena suara teriakan Irham. Eh bukan, sejak Rendi memainkan rambutnya pun Qiya sudah terganggu tapi dibiarkan karena ia sedang badmood meladeni.

"Udah lo tidur lagi aja, gue jagain dari human gak manfaat kaya si Rendi" ujar Irham.

Rendi mendelik lalu pergi keluar kelas untuk ke kantin. Bodo amat dengan Irham, Rendi lapar banget jadi pergi sendiri.

"Udah gak bisa tidur lagi," keluh Qiya.

"Yuhuuu!!!! Makanan dataaangg!!!!" Teriak Rissa saat masuk ke dalam kelas.

Qiya membenarkan posisi duduknya bersiap memakan makanan yang ia titip beli dari Rissa. "Lama banget sih Ca."

"Ngantri tau Qiy! Makasih kek apa kek malah ngomel."

"Yaudah makasih."

Sekarang teman-teman Qiya makan berkumpul di meja Qiya dan Rissa. Ini kelas udah ganti nama jadi kantin dadakan. Mereka makan sambil ngobrol dengan nyamannya membuat beberapa penghuni kelas yang tidak pergi ke kantin sedikit terganggu.

Irham menghampiri kumpulan para cewek yang sedang makan, ia jadi menyesal tidak ikut dengan Rendi. Karma kenapa datang secepat ini. Sekarang ia lapar dan Qiya sepertinya tidak menperdulikannya sama sekali. Parah banget nasib Irham, tuhaann...

"Qiy, bagi dong" pinta Irham setelah duduk di samping sang pacar.

Roti yang sisa setengah itu Qiya berikan semua kepada Irham, kasihan juga tidak pergi beli makanan ke kantin karena menunggunya tidur tadi.

Tak lama dari itu, Rendi kembali dengan tangan yang menenteng dua bungkus batagor dan dua botol air mineral. Irham tersenyum ramah saat melihat Rendi. Buru-buru ia menghampiri temannya ke bangku mereka.

"Aduuhh... baik banget emang temen guee!!!" Tanpa rasa malu Irham mengambil satu bungkus batagor.

"Gak ada akhlaknya bener ya lo Ham? Astagfirullah astagfirullaahh.. semoga gue di sabarkan deket setan kaya lo!"

Irham hampir tersedak karena tidak kuat menahan tawanya. "Ya maaf Renn.. lagian tadi lo jail banget sama pacar gue! Kan kesel."

"Lain! Aing mah lain soal eta, Ham! Maneh tadi di ajak ka kantin mbung! Tapi ayeuna eta batagor di dahar, lapar mah ngomong weh ngomong!" (Bukan, bukan tentang itu, Ham! Lo tadi di ajak ke kantin gak mau! Sekarang itu batagor di makan, kalo laper ya ngomong aja!)

Irham terkekeh malu, lalu menepuk pundak Rendi, "lo marah-marah tapi ini tetep beliin gue batagor! Udah sayang mah sayang aja."

"Mendadak batagor gak ada rasanya! Mau muntah aing bangsat dengernya!!"

Irham tertawa puas setelah berhasil membuat Rendi kesal. Biarlah, ia tau Rendi tidak beneran marah. Buktinya Irham tetap dibelikan makanan serta minumnya. Inilah fungsi sahabat yang sesungguhnya.

.......

Pulang sekolah Irham tidak berani mengajak Qiya berbicara, sepanjang perjalanan pulang mereka sama-sama bisu dengan pikirannya masing-masing. Sakit perut yang sejak tadi menyerang Qiya sekarang sudah mulai berkurang rasanya.

Karena perjalanan dari sekolah ke rumah Qiya hanya sekitar 1KM karena Irham tidak memilih jalan memutar, jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai.

Irham mengantar Qiya hanya sampai depan gerbang rumahnya, "yaudah, istirahat gih!"

Qiya mengangguk dengan wajah lusunya. Walaupun sudah berkurang sakitnya, perut Qiya tetap terasa kurang enak. Jadi cewek emang meresahkan sekali, tapi tak apa bagaimanapun Qiya tetap menikmatinya.

"Lo pulang hati-hati ya. Gue masuk dulu. Byee" ucap Qiya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Eehh tungguuu" panggil Irham setelah menyadari ada motor Bara di halaman rumah Qiya.

"Ada si Bara tuh" kata Irham dengan jutek.

"Palingan di kamar kak Yasir. Tenang aja yaa gue pengen rebahan di kamar kok gak akan ketemu kak Bara."

"Awas aja lo!" Ancamnya.

Qiya terkekeh geli melihat ekspresi lucu Irham. Akhir-akhir ini sikap Irham kayaknya sedikit manja, dan itu menggelikan sekali bagi Qiya. "Sana ah pulang!"

Setelah iru mereka berpisah dengan Irham dan pergi pulang dan Qiya yang masuk ke dalam rumah.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang