Satu minggu telah berlalu, masa-masa pengenalan lingkungan sekolah dengan segala macam hukuman-hukuman yang malah percis seperti siksaan juga telah berlalu. Hari ini, Qiya diizinkan untuk bermanja ria di atas kasur empuknya sebelum datang hari esok, dimana ia harus kembali melakukan interaksi dan mencoba membuka hati untuk menerima teman baru.
Qiya tidur menghadap jendela kamarnya, melihat langit luar yang tampak cerah siang itu. Ia merindukan teman-temannya, sudah hampir 2 bulan sejak graduation ia tidak lagi bertemu dengan mereka, hanya saling bertukar pesan via Whatsapp.
Qiya mengambil ponselnya, membuka aplikasi Instagram, setelah bosan ia berpindah melihat galeri, satu per satu video MV dari boygrup kpop idolanya ia tonton, padahal sudah beribu-ribu kali video itu ia putar tapi tak pernah ada rasa bosan sedikitpun.
"Gak pernah jelek emang suami gue!!" Ucapnya gemas.
"Aduuhhh itu suara mantan! Bikin leleh.."
"Yupi banget gue seriusan dah liat mereka!!!"
"Anjiiirrr!!!! Lemes gue itu badan kagak punya tulang apa!!"
Hingga terdengar suara pintu kamarnya yang di buka, terlihat Yasir yang menatapnya malas. Qiya sudah tidak aneh dengan ekspresi seperti itu. Hampir setiap Qiya sedang fangirlan Yasir pasti datang dengan muka malasnya, ia merasa terganggu dengan suara cempreng adiknya yang menyebut para idolanya itu pacar, suami, mantan, gebetan, selingkuhan dan lengkap sudah semua status itu.
"Lo tuh, udah tau jomblo masih aja halu," sindir Yasir lalu pergi meninggalkan kamar Qiya.
Qiya tidak memperdulikan ucapan kakaknya, yang penting ia bahagia. Yasir memang begitu, bisa berubah-rubah. Kadang menjadi singa yang menakutkan, lalu berubah lagi menjadi kakakable, bisa juga menjadi pacar jika pergi berdua, dan bisa menyebalkan karena ia tidak pernah mau kalah dalam debat.
Setiap orang punya cara tersendiri untuk bahagia, dan janganlah menyalahkan cara bahagia orang lain hanya karena kamu tidak menyukai cara itu.
.......
Esok harinya, Qiya bangun pagi seperti biasa, jam 06.15 ia sudah siap, Qiya memang terbiasa seperti itu karena dari SD ia selalu sekolah di sekolah yang mempunyai peraturan ketat. Baru kali ini Qiya masuk sekolah Swasta yang pelaturan sekolahnya bisa dilanggar oleh murid kapanpun itu, bahkan tanpa hukuman berat.
Qiya bosan menunggu Yasir, kakaknya memilih tidur lagi setelah Sholat subuh jam 04.30 tadi. Mungkin setengah 8 atau jam 7 lewat Yasir baru akan berangkat sekolah. Sangat tidak disiplin!.
"Ayaaahh... anterin aja yuk, gak usah bareng sama kak Yasir," Qiya mulai kesal dan merajuk.
Henri menyimpan ponselnya lalu meraih kunci motor nmax di atas nakas samping sofa ruang keluarga. Qiya tersenyum, akhirnya rasa bosannya telah berakhir.
5 menit perjalanan sudah cukup untuk menuju ke sekolah Qiya, jaraknya memang sedekat itu dengan rumah.
Qiya menoleh melihat sekolah yang terlihat masih sangat sepi. Ini hari Senin, bagaimana bisa setengah 7 sekolah masih sepi seperti ini?. Kalau di SMP tempat Qiya sekolah dulu, jam segini semua murid sudah berbaris rapih di lapangan untuk melaksanakan upacara.
Perubahan aktivitas Qiya mulai terlihat. Yang biasanya Qiya harus tergesa-tega pergi ke lapangan karena takut telat ucapara, sekarang ia bisa santai tanpa rasa takut telat dan dihukum.
Qiya berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya, pembagian kelas memang sudah di umumkan pas hari terakhir MPLS. Qiya masuk ke dalam kelas X Ipa 2. Entah hidayah dari mana Qiya memilih jurusan Ipa, padahal ia sangat tidak suka menghitung, Qiya lebih suka membaca dan menulis.
Kelas itu tampak kosong, baru ada beberapa tas yang tersimpan di atas meja. Qiya memilih duduk di bangku paling belakang jajaran ke 2 dari pintu masuk. Posisi aman untuk tidur. Iya, untuk jaga-jaga, kalau Qiya bosan dan memilih tidur saat masih jam pelajaran, Qiya tidak akan terlalu terlihat dari meja guru.
Ia duduk di bangku pilihannya, membuka ponsel dan memulai kebiasaannya, yaitu fangirlan. Sekuat tenaga Qiya menahan teriakan serta gumaman-gumanan unfaedahnya, tidak memungkinkan untuk melakukan itu di sekolah, terlebih ia sendirian di dalam kelas, bisa di sangka kerasukan nanti.
Qiya hanya bisa tersenyum gemas melihat idola-idolanya. Tanpa ia sadari, disampingnya sudah duduk seorang gadis seumurannya yang menatap ke arah Qiya dengan heran. Gadis itu menebak-nebak, sepertinya teman sebangkunya itu Kpopers.
Qiya mulai merasa ada yang memperhatikannya, ia menoleh ke arah kiri, benar saja ia sedang diperhatikan. "Sejak kapan disitu?" Tanya Qiya mencoba ramah.
Gadis itu tersenyum, "lumayan dari tadi," gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengajak berkenalan, "nama gue Rissa, lo?"
Qiya menyambut tangan Rissa "gue Zelqiya, panggil Qiya aja, salam kenal!!" Qiya mencoba beradaptasi dengan memperlihatkan sedikit demi sedikit sikap bar-barnya.
Hari pertama masuk sekolah dengan seragam putih abu, tidak terlalu buruk karena Qiya mengenal Rissa sebagai teman pertamanya. Memang, sebelum bersama Rissa, Qiya lebih dulu kenal dengan Wendy, tapi selama satu minggu MPLS Qiya tidak bisa dikatakan dekat dengan Wendy.
Jadi, telah disimpulkan bahwa Rissa resmi menjadi teman Qiya. Entahlah, secepat itu status teman Qiya berikan kepada Rissa, mungkin ia merasa cocok saat pertama berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...