Jam istirahat sudah habis dari beberapa menit yang lalu. Tapi guru tidak juga masuk. Mungkin para guru sama malasnya dengan murid disaat hujan seperti ini. Bukannya reda, malah semakin deras. Udaranya bahkan lebih terasa dingin daripada hujan sebelumnya. Mungkin karena hujannya sejak subuh.
Qiya keluar kelas bersama Ajeng dan Rissa. Niatnya mau duduk santai menikmati hujan di bangku lorong yang mengarah ke area SMP. Di tengah-tengah antara area SMA dan SMP hanya dipisahkan oleh pagar setinggi dada dan taman yang ukurannya sedang. Hujan gini pasti sejuk memandang taman itu.
Tapi niat mereka harus urung karena bangku lorong basah oleh air hujan yang terbawa angin beberapa kali ke arah lorong ini. Pantas saja bangkunya basah.
Mereka tidak kembali ke kelas karena tergiur untuk main hujan sedikit. Biarkan saja seragam mereka yang mungkin akan sedikit basah. Bahkan mereka kompak, saat istirahat kedua sholat duzhur mereka akan pulang atau kasarnya kabur.
Qiya mencipratkan air hujan yang ada di kedua tangannya ke arah Rissa. Mereka bertiga berdiri di sisiaan lantai ke arah taman. Tangan mereka menengadah untuk menyentuh air hujan yang turun. Rasanya sangat dingin sekali.
"Basah Qiy!!!" Kesal Rissa. Dia membalas perbuatan temannya itu.
"Eehh ehh liat tu kak Bara liatin lo," ucap Ajeng pada Qiya.
Qiya menoleh ke arah kelas Bara yang berada di ujung lorong ini, dan benar saja cowok itu sedang memperhatikannya. Disana Bara sedang kumpul dengan teman temannya di pintu kelas. Anak kelas Bara yang lain juga sedang main-main air hujan di depan.
Seragam mereka bahkan terlihat basah. Kelas itu memang kelas paling rusuh jadi ya tidak aneh.
"Lirik terooosss!!!" Sindir seseorang dari belakang tubuh Qiya.
Qiya tahu siapa dia, suaranya sangat Qiya kenali. Ia mendelik dan tidak peduli. Qiya menoleh sekali lagi ke arah kelas Bara, ia bukan ingin melirik Bara tapi ingin melihat apakah ada Fatur disana.
"Liriikk lagiii...."
"Cemburu bilang Haamm.." ujar Rissa.
"Ya jelas lah gilaa!!! Apaan nih lirik-lirikan, najis banget!!!" Kata Irham. Ia berharap Bara mendengarnya juga. Ya walaupun suara hujan pasti mengalahkan suaranya.
"Bawel banget sih!" Ucap Qiya tanpa menatap Irham.
Irham berkaca pinggang di belakang Qiya, "lirik sekali lagi gue hujanin lo!"
Mungkin Irham lupa, ancaman itu bisa membuat Qiya malah kesenangan bukannya takut. Irham lupa beneran kali ya? Qiya itu suka hujan. Ya kalo di hujanin kegirangan lah.
"Tanpa lo hujanin, gue bakal hujanan sendiri," ucapnya lalu melangkah ke depan agar tubuhnya terguyur air hujan.
Belum 10 detik, tangannya sudah di tarik lagi oleh Irham. Tatapan cowok itu terlihat tajam menusuk tatapan Qiya yang menatapnya heran.
"Apaansih?" Tanya Qiya.
"Tunggu disini!" Suruh Irham tanpa bantahan.
Ia berlari ke dalam kelas dan segera kembali dengan menenteng jaket miliknya yang tadi ia pinjamkan ke Qiya.
Irham memakaikan jaket itu ke tubuh mungil Qiya yang sedikit basah. Tidak terlalu parah, hanya saja Irham terlalu
Posessif. Dan Qiya juga pasrah-pasrah saja dipakaikan jaket. Dia memang kedinginan. Qiya tidak menyangka hujan hari ini sangat dingin sekali, udaranya menusuk kulit tubuhnya."Jangan dilepas! Lo sengaja banget ya mau hujanan biar badan lo keliat?! Pake baju seragam putih juga! Kan jadi transparan kalo basah. Niat banget mau sodakoh. Liat tuh, anak kelas a Yasir lagi rame pada main diluar. Sengaja ya basahin baju caper biar dilirik mereka? Tepos gitu, apa yang mau disodakohin?" Omel Irham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...