34. Mulai Curiga

5 3 0
                                    

Tidak biasanya Qiya dan Ajeng betah tinggal dikelas padahal guru di jam terakhir tidak mengajar dan mereka hanya diberi tugas merangkum yang entah akan diperiksa atau tidak nantinya.

Walaupun mereka tetap dikelas sampai jam pulang, mereka berdua tidak menyentuh tugas yang di berikan sama sekali, Qiya lebih sibuk bercerita sedangkan Ajeng memperhatikannya sambil memakan cemilan yang ia beli di kantin. Berbeda dengan Rena, Imel, Rissa dan Sarah. Hanya mereka berempat yang mematuhi mengerjakan tugas walaupun tetap ikut nimbrung mendengarkan cerita Qiya.

Mereka berkumpul di pojok kelas yang jauh dari tempat duduk Irham, kata Qiya supaya cowok itu tidak mendengar. Dan entah angin darimana, Irham juga tidak kabur siang ini padahal setiap guru gak masuk, cowok itu juga ikutan gak masuk kelas apalagi ini di jam terakhir.

"Jadi lo sama si Irham adu mulut?" Tanya Ajeng memastikan.

"Iya Jeeengg!!! Kan tadi si Qiya udah cerita panjang lebaar, lemot lo" jawab Sarah dengan sedikit sarkas.

"Yeee.. selo napa selo. Mastiin aja gue"

"Aahhh pokonya gitu deh!! Ngeselin kan? Lagian kenapa masih marah-marah bahas masa lalu, dia aja udah jalan sama kak Hani kan?" Ucap Qiya lalu meminum teh pucuk miliknya.

Rena mengangguk setuju, "ah dasar cowok! Gak paham gue gak paham!"

"Makanya pacaran biar paham sama cowok! Jangan jomblo terus lo!" Sahut Ajeng.

"Ribet!"

Tiba-tiba suara bel pulang terdengar membuat semua anak kelas Qiya berhambur meninggalkan kelas. Sama seperti Qiya dan teman-temannya. Mereka berjalan keluar kelas untuk pulang juga.

Langkah Qiya terhenti saat maniknya melihat Arumi di depan kelas. Ia jadi teringat cerita Sarah yang mengatakan Irham pernah godain Arumi saat ia tidak sekolah. Sebelum Qiya melanjutkan langkanya kembali, suara Irham membuatnya kembali berdiam diri.

"Apaan?"

"Di jemput gak?"

"Kepo lo!" Sarkas Qiya.

"Yaaa kalo gak dijemput gue anter pulang" tawar Irham sedikit ragu, takut Qiya masih marah, padahal hal itu sudah telihat jelas dari muka Qiya.

"Gak usah! Tuh doi lo udah nungguin di depan kelas. Sana samperin,"

"Siapa doi gue?"

Sebelum Qiya menjawab, Rissa lebih dulu memotong obrolan mereka. "Qiy, kalo gitu gue balik duluan ya? Byee!!" Setelah mendapat anggukan dari Qiya, teman-temannya mulai pergi pulang duluan meninggalkannya.

"Siapa doi gue?" Tanya Irham lagi setelah melihat teman-teman Qiya sudah pergi.

"Itu si Arumi, iya kan?"

Irham bingung dengan apa yang Qiya ucapkan, sejak kapan Arumi jadi doinya? Kata siapa juga Arumi doinya?

"Ngaco lo! Doi gue cuma lo!"

"Ngarep!!" Setelah itu Qiya pergi meninggalkan Irham.

Tidak putus semangat, Irham mengikuti Qiya berharap gadis itu mau diantar pulang olehnya. Bukan cuma untuk modus, tapi Irham hanya ingin memastikan bahwa Qiya pulang sampai ke rumahnya dengan selamat. Ya tidak masalah jika gadis itu di jemput oleh Ayahnya atau Yasir, tapi Irham akan merasa tidak rela jika Qiya pulang naik grab. Masa ia kalah dengan amang grab kan?

"Eehh Irhaamm!!" Teriak Arumi saat melihat seseorang yang ditunggunya akhirnya keluar kelas.

"Boleh gak gue numpang pulang? Gue gak dijemput nih."

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang