Hari minggu ini, Qiya ada acara reuni bersama teman-teman SMP nya. Ia begitu semangat hari ini, terbukti dengan Qiya yang langsung mandi setelah membereskan kamarnya, biasanya Qiya mandi jam 12 siang sekalian sholat dzuhur, atau bahkan sekalian sore saat mau sholat ashar. Ya begitulah memang pemalas tingkat akut.
"Lah udah rapi lo, mau kemana?" Tanya Yasir saat melihat adiknya di dapur dengan keadaan rapi dan wangi.
"Biasalaaahh" jawab Qiya asal.
"Biasanya lo kan rebahan, ngapain serapi ini? Dasar centil" ledek Yasir.
Qiya melotot, "enak aja lo! Gue mau reuni!"
Yasir hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
......
Qiya reuni bersama teman SMP nya di rumah Raiya, jaraknya lumayan jauh dari rumah Qiya. Pukul 9 pagi Qiya sudah sampai, disana belum ada siapa-siapa. Qiya sengaja datang lebih pagi, kata Raiya supaya bisa ngobrol dulu berdua.
Qiya juga sudah akrab dengan orang tua Raiya terutama dengan ibunya dan adik kecil Raiya. Setelah membantu menyiapkan suguhan seperti kue, minuman dan beberapa snack lainnya Qiya mulai bermain dengan adik Raiya yang kecil.
"Akaangg, nanti kalo udah gede nikahnya sama teh Qiya yaa??" Ucap Qiya.
Anak itu hanya diam memperhatikan wajah Qiya, umurnya baru 10 bulan, belum terlalu mengerti.
"Nanti gedenya mau jadi pakboi gak? Udah cakep gini cocok kang jadi pakboi, makin cakep malah," ucap Qiya lagi.
Raiya yang mendengar itu lantas melempar bantal sofa, "ajarin aja terus ade gue sama yang kaga bener, pedopil dasar."
Qiya hanya cengengesan dimarahin Raiya, sudah biasa. "Aahh calon kakak ipar kok jahat banget sih marahin gue," goda Qiya.
Raiya mendelik, "najis bgt gue! Ibuuuu!!! Nih si Qiya bu ajarin si akang yang gak bener lagi," adu Raiya kepada ibunya yang sedang bersantai di kamarnya.
Qiya memukul kaki Raiya, "gak asik lo! Ngadu ngadu sama pawang si akang,"
Raiya menjulurkan lidahnya kehadapan Qiya dengan muka konyol, membuat Qiya semakin kesal kepadanya. Tapi ia tidak peduli, lebih baik kembali bermain dengan si akang. Oiya, akang itu panggilan semua orang kepada adik kecil Raiya ini.
"Ehhh Qiy, yang waktu itu ngikut kita... dia lagi deket ya sama lo? Kakak kelas?" Tanya Raiya. Qiya belum menceritakan tentang Bara kepada Raiya. Yang Qiya ceritakan hanya tentang Fatur.
"Iya kakak kelas, temen kak Yasir. Kaga deket sama gue"
"Oohh berarti dia yang suka sama lo? Cieee" ledek Raiya.
Qiya mendelik, "naon sih aahh."
Raiya tertawa, "eehhh si Irham dateng gak hari ini?"
Qiya mendesah lelah, "mana gue tau, di grup dia bilang mau dateng gak?"
Irham itu, nama mantan terakhir Qiya pas SMP, cowok yang Qiya terima cintanya padahal saat itu Qiya sudah menyukai Fatur. Kasian sih, tapi yasudahlah.
"Dia masih suka gak sih sama lo?"
"Gatau Ra gatauuuu... males banget ih bahas si eta,"
Raiya tertawa, "lo juga masih suka yaaa???"
Qiya menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh untuk menatap Raiya, "sayaaaanggg... maneh kan tau, Qiya suka kak Faturrr" jawabnya dengan suara yang sengaja di buat manis tapi sebenernya menjijikan.
Raiya mandorong pipi Qiya, "jijik ekspresi sama suara lo anjir"
Qiya tertawa ringan lalu kembali bermain bersama adik Raiya. Tak lama dari itu, terdengar suara motor dari luar, agak berisik. Kayaknya teman-teman Qiya yang lain datangnya barengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...