Qiya, Rena dan Imel berjalan menyusuri terotoar untuk pergi ke perpustakaan kota yang dekat dengan polsek. Tadinya mereka mau pergi berenam tapi Sarah, Ajeng dan Rissa tidak jadi ikut karena malas katanya. Memang cuma Qiya, Rena dan Imel yang suka dengan buku-buku, tapi selain buku pelajaran tentunya.
Berkali-kali Qiya mengusap dahinya untuk menghapus keringat yang mengucur. Terik matahari siang ini sangat panas, tapi tidak membuat mereka berhenti melangkah untuk sampai di perpustkaaan kota. Karena hanya disana mereka bisa membaca buku gratis, disana juga ada novel-novel remaja yang bisa mereka pinjam.
Sampai di perpustakaan mereka bertiga segera masuk, dan hawa dingin dari AC mulai menyeruak terasa di kulit mereka. Ketiganya menghembuskan nafas lega setelah merasakan udara AC di dalam ruangan itu. Mereka duduk sebelum menjelajah perpustakaan mencari buku yang ingin mereka baca. Untung saja, Qiya membawa minum dari rumah dan masih sisa setengah di botolnya. Jadi mereka bisa minum dulu sambil istirahat setelah jalan dengan jarak yang lumayan jauh.
"Gilaa.. ide si Qiya nih buat jalan dari sekolah ke sini! Jadi gini kan cape" keluh Rena
"Ya maaf Ren," ucap Qiya menyesal.
Imel mendengus, "aahh pada lemah, segitu mah biasa aja kali. Kurang jauh" sahut Imel. Ia memang suka jalan dari rumah ke sekolah karena jaraknya yang sangat dekat. Berbeda dengan Qiya, jarak rumahnya hampir sama seperti jarak rumah Imel ke sekolah hanya beda jalur saja. Tapi, Qiya enggan jalan kaki seperti Imel untuk berangkat dan pulang sekolah. Imel emang pola hidupnya sehat banget beda sama Qiya yang sama sekali gak ada sehat-sehatnya.
"Serius Mel, fisik lo kuat banget!!! Jalan jauh gitu aja cuma keringetan doang. Lah kita? Udah kek mau pinsan begini" kata Rena memuji Imel.
Qiya beranjak setelah menyimpan botol minumnya ke dalam tas, "udaahh hayu cari buku. Sekalian kerjain tugas bahasa Indonesia yuk" ajak Qiya. Ia teringat kalau mereka punya tugas bahasa Indonesia yang butuh beberapa buku bacaan untuk mengerjakannya. Bisa di perpustakaan sekolah sih, tapi berhubung lagi di perpustkaan kota jadi sekalian saja soalnya bukunya lebih lengkap, dan juga biar ada hasilnya udah cape-cape jalan kesini.
"Gak bawa buku pelajaran b Indo gue," kata Imel.
"Catet aja di buku lain kalo nemu-nemu bahan di buku yang dibaca" saran Rena.
"Oke deh kuyy!!"
Akhirnya mereka mulai mencari-cari buku yang bisa membantu mereka mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Tapi Qiya malah pergi ke rak yang menyimpan beberapa novel.
"Heh Qiya! Lo yang ngajak buat cari bahan tugas b Indo, malah lo juga yang pergi cari novel" kata Imel.
"Biasalah Mel, si Qiya mah tetep novel nomor satu" ucap Rena.
Qiya tidak menggubris teman-temannya dan malah terus mencari novel yang sekiranya menarik untuk ia baca. Setelah dapat, ia mulai pergi menghampiri Rena dan Imel yang masih mencari buku untuk tugas bahasa Indonesianya.
"Udah nemu?" Tanya Qiya.
"Nih, baca bareng aja." Mereka duduk di salah satu bangku yang ada di perpustakaan itu. Rena mulai membagi buku mana yang dibaca oleh Qiya dan mana yang harus dibaca oleh Imel. Nanti mereka kerjain bareng-bareng tugasnya, gak papa kalo hasil tugasnya mirip-mirip, yang penting kerja sama, itu prinsip mereka.
......
Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Mereka berniat pulang tapi akan mampir di masjid alun-alun dulu untuk melaksanakan sholat asar. Mereka pulang tidak jalan kaki lagi, mereka memilih untuk naik kendaraan umum ke masjid alun-alun.
Selesai sholat mereka mulai berjalan pulang. Dan Qiya harus menyebrang jalan untuk pulang. Sore ini jalanan cukup ramai tapi tidak macet membuat Qiya sulit untuk menyebrang. Rena dan Imel juga belum pergi karena menunggu Qiya menyebrang dulu. Rena juga sambil menunggu grab pesanannya.
Qiya mulai melangkah untuk menyebrang jalan saat dirasa ada kesempatan untuk nyebrang, tapi ia tidak sadar jika dari arah kirinya ada mobil yang melaju dengan cepat. Sebelum sempat Qiya menghindar karena jalanan yang ramai, tubuhnya lebih dulu di hantam oleh mobil itu dan terpental di jalan.
Rena dan Imel yang melihat Qiya tertabrak sontak berteriak histeris dan menangis melihat tubuh sahabatnya terbaring di aspal dengan darah yang mengalir dari kepala, lutut dan lengannya. Mereka berlari menghampiri Qiya yang masih setengah sadar.
Para warga dan pengendara di jalan itu ikut membantu Qiya. Ia di gotong kepinggir jalan sambil menunggu mobil ambulance yang sudah dihubungi oleh salah satu orang yang menolongnya.
Mobil yang menabraknya tadi pergi meninggalkan tempat kejadian, mobil itu kabur tanpa bertanggung jawab.
Rena dan Imel menangis duduk disamping tubuh Qiya yang lemas. Qiya terus merintih kesakitan karena badannya terasa remuk.
"Sakiitt" lirih Qiya dengan suara pelan seolah berusaha mengadu kepada kedua temannya bahwa badannya sangat ngilu.
"Sabar ya Qiy, bentar lagi ambulance nya dateng" ucap Imel berusaha menenangkan Qiya. Rena sibuk menangis sambil berusaha mencari kontak orangtua Qiya di ponsel Gadis itu.
Qiya yang sudah tidak tahan dengan rasa sakit di tubuhnya mulai tak sadarkan diri tepat saat ambulance sampai di tempat kejadian. Tubuh Qiya dibawa kerumah sakit dengan Rena dan Imel yang ikut naik ke mobil ambulance.
Dirumah, Mama Qiya sempat pinsan mendengar anak perempuannya kecelakaan di dekat alun-alun. Yasir langsung pergi ke rumah sakit sedangkan Ayahnya masih dirumah dan akan menyusul jika Istrinya sudah sadar.
Dengan kecepatan penuh Yasir mengendarai motornya agar bisa cepat sampai di rumah sakit. Ia bahkan mengabaikan teman-temannya yang masih ada di dalam kamarnya setelah mengerjakan RPP.
Bara dan Fatur yang merasa ada masalah mulai mencoba menelepon Yasir. Ia mendengar suara tangis histeris Mama Yasir sebelum beliau pinsan. Mereka ikut panik walaupun tidak tau sebenarnya ada apa.
Yasir benar-benar mengabaikan panggilan di ponselnya, ia hanya khawatir dengan keadaan adiknya. Dengan langkah lebarnya ia terus menyusuri lorong rumah sakit mencari ruang UGD. Ia melihat kedua teman Qiya yang duduk di depan sebuah pintu yang tertutup. Mereka nampak masih menangis mengkhawatirkan keadaan sahabatnya.
Dengan cepat Yasir menghampiri dua gadis itu dan menanyakan keadaan adiknya. "Rena, Imel, Gimana? Qiya masih di tangani dokter?" Tanya Yasir dengan panik.
Mereka berdua hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yasir. Mereka masih merasa terkejut dengan kecelakaan yang menimpa Qiya, semuanya terasa cepat dan tidak disangka-sangka. Mereka juga merasa marah kepada mobil yang menabrak Qiya karena kabur begitu saja. Beberapa pengendara motor yang melihat kejadian itu langsung mengejar pengemudi mobil tadi, tapi hasilnya nihil. Mereka kehilangan mobil yang menabrak Qiya. Rena dan Imel bahkan tidak sempat melihat plat nomor mobil itu, mereka hanya ingat mobil itu berwarna hitam.
"Kejadiannya gimana?" Tanya Yasir yang sekarang sudah duduk disamping mereka.
Dengan sisa tangis yang masih terdengar dari bibir Rena, gadis itu mulai menceritakan kronologi kecelakaan itu. Muka Yasir memerah saat mendengar bahwa mobil yang menabrak adiknya kabur. Ia merasa marah melebihi Rena dan Imel kepada pengendara mobil itu.
"Kalian pulang aja, nanti dicariin orangtuanya. Makasih udah bawa Qiya kesini," ucap Yasir.
Sebenarnya Rena dan Imel tidak mau pulang sebelum mendengar keadaan Qiya dari dokter. Tapi mereka juga tidak bisa memaksa untuk tetap berada di rumah sakit, benar kata Yasir, orangtuanya pasti sangat mengkhawatirkan mereka.
"Yaudah kak, kita pulang dulu. Semoga Qiya gak parah kondisinya."
Yasir mengangguk, "iya aamiin.. kalian hati-hati. Naik grab aja dari sini sampai rumah, biar gak kecelakaan juga," ucap Yasir.
Rena dan Imel mengangguk lalu pergi untuk pulang, mereka pulang dengan perasaan bersalah kepada Qiya, andai saja hari ini mereka tidak pergi ke perpustakaan kota mungkin Qiya tidak akan mengalami kecelakaan seperti ini. Walaupun semuanya sudah kehendak takdir, tapi mereka tetap merasa bersalah kepada Qiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...