Qiya berjongkok di antara antrian ke Jembatan Panjang. Di depan mereka sekarang sudah terlihat Jembatan dengan panjang 243 Meter dengan tinggi 107 Meter di atas sungai. Qiya sedikit takut karena sudah melihat langsung sepanjang dan setinggi apa jembatan itu. Qiya itu orang yang takut ketinggian, tapi tidak sampai tahap Fobia. Qiya hanya tidak cukup berani untuk melakukan hal-hal ekstrem.
"Kaum rebahan di ajak keluar dikit ya gini, gampang lelah," sindir Riza yang berdiri di belakang Qiya.
"Sirik wae maneh Za!" Bela Bara. Cowok itu terus saja mengambil kesempatan agar bisa dekat dengan Qiya, sekarang saja ia berdiri dengan setia di samping Qiya. Antrian ke Jembatan udah gak teratur lagi, mungkin karena pengunjung di hari libur ini membludak jadi kurang disiplin dalam antrian. Ini sih jadi terlihat kaya orang yang lagi demo tapi lebih tentram.
"Gue gamau jadi lewatin Jembatan ahh.. takut, nanti gue tunggu disana aja, oke?" Ucap Qiya, tangannya menunjuk bangku-bangku panjang di dekat Jembatan
"Yaudah gue temenin," tawar Bara dengan semangat. Bara pikir, asik nih bisa berduaan. Semoga Yasir memberinya kesempatan kali ini.
"Gak!"
Baru saja Bara berharap, eehh orang yang diharapkannya tidak sesuai dengan keinginannya. Memang benar, berharap paling menyakitkan itu ya kepada manusia.
"Yaudah sih Qiy ikut aja lewatin, nanti pegangan sama gue," kata Yasir.
Akhirnya mau gak mau Qiya menurutinya. Setelah di pasang sabuk di perutnya mereka mulai berjalan di Jembatan itu, ternyata ini benar-benar mengerikan untuk Qiya, Jembatan ini goyang-goyang kayaknya karena ada beberapa orang jahil yang sengaja menggoyangnya. Sial! Qiya takut banget.
Gadis itu memegang erat tangan kakaknya sebagai perlindungan, padahal gunanya sabuk yang melilit di perutnya agar bisa di kaitkan dengan tali pinggiran jembatan, tapi tetap saja Qiya mengaitkan itu dan malah semakin erat memegang tangan Yasir.
Mukanya sedikit pucat karena menahan rasa takut. Serius, Qiya pengen teriak tapi malu, banyak orang di Jembatan ini. Ia juga sangat sirik ketika melihat Heri dan Putri yang foto bersama di depannya. Qiya juga mau foto tapi gimana, sedetik pun ia tidak berani melepaskan pegangannya.
Di tengah Jembatan, sedikit demi sedikit Qiya mulai melonggarkan pegangannya, dengan gesit ia meraih ponsel yang ada di dalam tas kecil yang ia bawa, lalu menyerahkan kepada Yasir untuk memotretnya. Sebenarnya Qiya tidak yakin hasilnya akan bagus, apalagi dengan kondisi dirinya yang sangat ketakutan ini.
"Kalo jelek bilang ya kak!" Ucap Qiya.
"Pinggiran dikit coba" suruh Yasir.
Qiya berdecak, sudah tau ia takut. "Udah disini aja ih! Nanti jatoh!"
"Jatoh ya kebawah! Langsung nyampe akhirat" celetuk Yasir asal.
"Kurang ajar! Gue gentayangin lo!"
Yasir tertawa, "yaudah buru gaya,"
Dengan ragu Qiya mulai sedikit bergaya, pastu hasil fotonya kurang bagus, Qiya pasti keliat tegang karena menahan rasa takutnya. Ini beneran tinggi banget, Qiya gak berani lihat ke bawah.
Bara menggoyang-goyangkan jembatannya untuk menggoda Aji yang juga nampak sedikit ketakutan. Tapi karena kelakuannya itu, Qiya jadi ikut takut karena Jembatannya makin kencang bergoyang. Qiya hampir mau nangis karena ketakutan, ia berjongkok sebelum Yasir kembalu menghampirinya dan memegang tangannya lagi.
"Bara! Diem!" Desis Fatur yang sepertinya menyadari ketakutan Qiya dan ekspresi Aji yang juga terlihat emosi kepada Bara. Qiya tertegun dengan dua kata yang Fatur ucapkan. Qiya makin baper aja dengan perhatian perhatian ringan yang muncul dari Fatur, padahal ia tau Fatur bukan hanya mengkhawatirkan dirinya, tapi kepada Aji juga. Kalian jangan berpikir kalo Fatur juga takut di jembatan itu makanya dia marah, ngga! Serius Fatur hanya gak tega melihat Aji yang wajahnya semakin pucat dan Qiya yang sudah ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...