"Yuhuuuy!!!!!" Teriak Bara ketika ia sampai di warung belakang sekolah yang sangat amat ia rindukan selama satu bulan ini.
"Wedeehh kakak guru nihh udah pada selesai tugas" sahut Alan menyambut kedatangan adik kelasnya yang hari ini mulai kembali sekolah seperti biasa.
"Salim dulu salim sama kakak-kakak guru" ucap Riza sembari menyodorkan punggung tangannya kepada orang-orang yang ada di warung belakang.
Genta memukul punggung tangan yang di sodorkan Riza. "Tunggu gue tahun depan! Bakal jadi kakak guru juga!"
"Aing doain maraneh supaya pada kuat mental ngurusin bocah SD," kata Riza.
Alan dan anak kelas 3 lainnya tertawa mendengar penuturan Riza, mereka jadi ingat tahun lalu saat mereka ada di posisi itu juga. Betapa prustrasinya mereka menghadapi tingkah anak SD.
"Ceritain dikit dong pengalamannya, buat gambaran. Enakan dimana tempatnya?" Tanya Irham setelah menghembuskan asap rokoknya.
"Enakan di SD Garuda Ham!! Gurunya beuuhhhh mantep, masih pada muda" jawab Heri.
"Lo juga dulu di SD Garuda kan, Lan?" Tanya Irham.
"Iya, beneran mantep Ham disana guru-gurunya. Bukan cuma cakep-cakep baiknya beuhh!!! Rpp salah aja tetep di tanda tangan. Asal akur aja sama muridnya,"
Bara mendengus tak suka, "kalo sama lo moal aya guru anu baik, pasti lo di marah-marahin terus, dari muka doang ges loba salahna maneh mah, Ham!"
Irham menatap tajam Bara, merasa tidak terima dengan ucapan kakak kelasnya itu, "bangsat lo!"
"Mulaaaii mulaaaiiii!!!" Sahut Aji yang sudah merasakan tanda-tanda perkelahian dari dua cowok itu.
Yasir datang dengan Fatur, tatapan mereka langsung tertuju kepada Irham yang masih melirik Bara dengan Tajam. Yasir mendengus ketika menyadari tatapan permusuhan dari keduanya, kapan mereka akan akur?
"Aduuhh guru idaman kita udah dateng bro!" Teriak Bara ketika matanya melihat dua orang sahabatnya yang selama PPL paling banyak mendapat hadiah dari murid.
"Gak aneh lagi sih mereka. Dapet apa aja kalian?" Tanya Alan mulai kepo, pasalnya ia juga dulu jadi idaman para muridnya, hampir setiap hari coklat serta beberapa cemilan lain ia dapatkan dari muridnya.
"Katanya sih di hari pertama aja si Fatur udah dapet surat cinta sama bengbeng, iya gak Tur?"
"Hm" jawab Fatur singkat.
"Buseeettt!!! Hari pertama loh gaes!!" Seru Aji dengan heboh.
Bel masuk terdengar samar ke warung belakang, mereka tau waktu sudah mulai siang tapi diantara mereka tidak ada yang berniat beranjak untuk masuk kelas.
"Jahatnya si Fatur! Bengbengnya dia makan tapi suratna teu dibaca sama sekali. Nu riweh maca malah cewek-cewek. Abiiss lah si Fatur di ledekin," jelas Yasir.
Mereka tertawa membayangkan Fatur si cuek menjadi bahas ejekan anak satu kelompoknya. Apalagi Bara, sudah bisa mereka pastikan, cowok itu yang paling puas mengejek Fatur.
"Berisik ah! hayu asup kelas," ajak Fatur.
Yasir dan Fatur serta anak kelas 1 dan 3 pergi melangkah masuk ke area sekolah.
Sisanya Bara dan tiga sahabatnya yang masih betah merokok sambil makan gorengan di warung belakang. Mereka menikmati hari tenangnya sebelum sidang laporan PPL minggu depan.
Bara menghembuskan nafasnya kasar membuat Riza menoleh ke arahnya.
"Ngapa lo?"
"Cape nyet!"
"Cape ngapain? Orang diem doang nyesep rokok" tanya Aji.
Bara mendengus lalu menunduk, "cape ngejar adiknya si Acil,"
Ketiga temannya terkekeh geli mendengar ucapan Bara, baru kali ini mereka melihat Bara yang segalau ini karena masalah hati, biasanya Bara paling bisa menangani permasalahan hatinya. Tapi kali ini, entah apa alasannya, Bara terlihat sangat galau.
"Pusing-pusing ngegalau, cewek banyak yang mau sama lo" kata Aji.
"Beneran cinta gue sama si Qiya!"
Heri tertawa, "paham banget aing. Bucin ieu mah buciinn!!!"
"Keliatan kan? Masa iya si kekasih gak peka kalo gue serius?"
Riza membuang puntung rokoknya lalu menginjaknya dengan sepatu agar padam, "saran gue sihh, jauhin dulu Bar. Semaca trik nguji si Qiya buat mastiin dia kehilangan lo apa ngga pas di jauhin."
Aji memetik jarinya setuju dengan saran Riza.
"Heh bangsat! Menurut sia jauh-jauh dari kekasih gampang? Udah cukup aing kesiksa gak bisa deketin kekasih pas selama PPL. Masa kudu aing jauhin juga sekarang?"
"Yaelah, trik doang trik!! Seminggu lah buat mastiin si Qiya kehilangan apa ngga."
"Kalo dia kehilangan?"
"Ya berarti tanpa sadar dia suka sama lo bodoh!" Ucap Heri gemas dengan kebodohan Bara.
Bara terdiam memikirkan saran sahabatmya. Iya juga sih, tapi apakah ia kuat jika harus menjauhi Qiya padahal mereka akan bertemu setiap hari di sekolah.
......
"Qiya tuh Bar, tumben diem?" Tanya Alan.
"Lagi mode istirahat dia Lan, katanya cape deketin si Qiya," ucap Riza.
Yasir tampak tidak peduli, prinsipnya kali ini asal Qiya tidak tersakiti ia tidak akan ikut campur. Ia hanya akan mengawasi saja.
"Nanti gue gas lagi sampe dapet,"
"Nanti keduluan si Irham NANGIIISSS!!!"
Bukan, bukan Irham lagi yang Bara khawatirkan. Tapi Fatur, ia masih curiga dengan cowok satu itu. Ia curiga kalo Fatur adalah saingan terberatnya.
Ia melirik Fatur dengan ekor matanya, menatap Fatur yang sedang mabar dengan Yasir.
Ia juga sedikit khawatir karena melihat kedekatan Fatur dengan Yasir. Mungkin saja, Fatur akan lebih mudah mendapatkan izin Yasir jika memang Fatur mau.
Bara menggeleng menghilangkan pikiran buruknya. Ia percaya dengan sahabatnya, tidak mungkin Fatur mendekati gadis yang ia sukai. Mereka tidak mungkin merebutkan satu gadis yang sama di waktu yang sama.
"Jangan duduk disana, gamauuu" suara gadis merengek terdengar di telinga Bara, ia tau siapa pemilik suara itu. Sontak ia menoleh menatap Qiya yang sedang menunjukan wajah memelasnya kepada temannya.
"Ih gak papa Qiyaaa!! Gak ada tempat lagi," rayu salah satu teman gadis yang sedang diperhatikan oleh Bara.
"Yaudah di kelas aja," entah apa alasan Qiya sehingga ia tidak mau duduk di tempat yang dekat dengan posisi Bara dan teman-temannya.
Bara rasa mungkin karena dirinya sehingga Qiya tidak mau duduk di tempat itu.
Bara masih memperhatikan Qiya yang sekarang di tinggal oleh teman-temannya duduk di tempat kosong satu-satunya itu. Dan dengan wajah terpaksa gadis itu akhirnya mengikuti langkah temannya. Qiya duduk dengan arah yang menghadap langsung kepada Bara.
Bara tersenyum kecil ketika melihat Qiya menatapnya. Ia tidak ada niat menganggu gadis itu hari ini. Ia memutuskan untuk mengikuti saran teman-temannya. Hanya dua hari, Bara rasa ia hanya akan kuat dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...