Setelah tiga hari dirawat Qiya memaksa ingin pulang. Memang benar, siapa yang betah tinggal di ruang rawat? Karena Qiya benar-benar memaksa, mau tidak mau Dokter memberinya izin untuk pulang hari ini, dengan catatan, setiap minggu harus cek kondisi bahunya yang belum membaik.
Laras mulai membereskan barang-barang mereka untuk kembali dibawa pulang, Qiya sudah berganti baju dan sangat siap mau pulang. Wajahnya terlihat cerah karena tersenyum lebar sejak Dokter memberinya izin pulang hari ini.
Laras sudah selesai membereskan barang-barang mereka dan sedang menunggu suaminya yang tadi mengurus administrasi.
"Aku boleh sekolah kapan Ma?" Tanya Qiya.
Laras menoleh, "ya kalo udah sembuh lah,"
"Besok, boleh?" Tanya Qiya lagi dengan penuh harap.
"Mana ada! Pulang dari sini aja kamu maksa! Berarti belum sembuh" ucap Laras.
Qiya menghembuskan nafasnya kasar. Ia sudah berekspetasi tentang bulan ini, ia akan menikmati waktu sekolahnya tanpa diganggu dan bertemu Bara, tapi semua harapan dan ekspetasinya pupus karena kecelakaan ini. Ia jadi tidak bisa memenuhi ekspetasi indah yang sudah ia bayangkan itu.
Sialnya lagi, Qiya kembali merasa kesal kepada pengemudi sialan yang menabraknya lalu kabur begitu saja. Kalo ketemu, mau Qiya katain, mau Qiya caci maki, mau Qiya bejek-bejek muka orangnya. Sayangnya, Qiya bahkan tidak mengingat mobil apa dan plat apa yang menabraknya waktu itu.
Pintu ruang rawat itu terbuka menampilkan sosok Ayah Qiya yang baru kembali setelah selesai mengurus administrasi. Mereka segera pulang, dengan Laras yang menggandeng Qiya karena jalannya belum benar, luka di lututnya masih terasa sakit walaupun sudah setengah kering.
"Minta pengen besok sekolah, jalan aja masih susah gini," sindir Laras.
Qiya mencebik, memang benar juga ucapan Mamanya. Qiya hanya bisa pasrah, sudah pulang dari rumah sakit saja ia sudah sangat bersyukur. Yang membuatnya kesal sebenarnya bukan hanya tentang ia yang belum bisa kembali sekolah, tapi karena sahabat-sahabatnya tidak ada yang menjenguknya! Bullshit sekali mereka saat Qiya kecelakaan nangis-nangis bombay, tapi gak dateng ke rumah sakit walaupun sebentar. Tapi yaudahlah, jarak dari sekolah ke rumah sakit memang lumayan jauh, kalian tidak tahu saja tingkat kemageran para sahabat Qiya itu segimana, ya pokonya wajar deh mereka gak jenguk kerumah sakit, paham banget Qiya sama mereka, pasti nunggu Qiya pulang aja baru dateng.
Tak terasa, kini Qiya sudah sampai di rumahnya. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan pelan lalu duduk di sofa ruang keluarga.
"Luka di lutut begitu aja udah sakit susah jalan, gimana mau sekolah" sindir Laras lagi.
Qiya menghela nafas lelah, "Mama nyinyir mulu iihhh!"
"Ya biarin, biar kamu sadar, kalo kamu belum bisa, belum kuat buat masuk sekolah. Udah ayo Mama bantu ke kamar kamu,"
Henri hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ibu dan anak itu, tidak pernah akur, mereka lebih cocok dikatakan teman daripada ibu dan anak. Tapi ia bersyukur, mereka seperti itu menggambarkan keakraban mereka, karena walaupun begitu, Qiya tetap menghormati Laras sebagai orangtuanya. Laras juga tetap menyayangi Qiya melebihi apapun karena Qiya anaknya.
......
Qiya merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya, ia meraih ponselnya setelah melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya. Waktu menunjukan pukul setengah 11 siang. Qiya tidak peduli jika teman-temannya sudah kembali masuk kelas setelah istirahat atau belum, ia akan merecoki mereka di grup.
Me :
Woee..
Gue udah dirumah☺️☺️Rissa :
Yaa alhamdulillaahh dong..Mau jenguk gak gaes? Udah
dirumah nih diaAjeng :
Gaskeeuuunnn, balik sekolahDan ya.. ternyata mereka freeclass dan ikut senang mendengar kabar Qiya sudah pulang dari rumah sakit walaupun hasil memaksa. Benar saja, mereka langsung bilang akan datang kerumah hari ini setelah pulang sekolah. Apa Qiya bilang, mereka akan menjenguknya ketika Qiya sudah di rumah. Tapi gak papa, jadi bisa sambil main kalo di rumah. Qiya suntuk banget soalnya.
......
"Qiyaaaa!!! Nih gue bawain seblak! Tadi nitip sama haechan belinya!" Teriak Rena lalu tertawa, mereka sampai di kamar Qiya. Emang gak ada akhlak datang-datang langsung teriak, tidak terlihat seperti mau menjenguk orang sakit.
"Buseettt!!! Seblak mahal nih" jawab Qiya.
"TUNGGUU!!" Teriak Imel.
"Lo boleh makan seblak?" Tanya Imel dengan serius.
Qiya mendelik, "boleh sayaaangg!! Gue kecelakaan lain gering tipes!" Jawab Qiya.
"Ya siapa tau ada larangan, nanti luka maneh gatel apa gimana makan begituan" ucap Imel.
"Udeh udeehh.. pokonya semuanya obat! Terobos aja" sahut Ajeng.
Akhirnya mereka makan seblak dengan nikmat. Agak rusuh karena mereka bercanda terus. Qiya senang, akhirnya ia tidak merasa bosan lagi karena sendirian.
.......
Mereka rebahan di lantai kamar, kecuali Qiya dan Sarah yang tidurannya di kasur. Mereka sudah sangat kenyang karena menghabiskan jajanan yang dibawa ke rumah Qiya. Perut mereka terasa sangat penuh. Sekarang kantuk mulai menyerang mereka.
"Eh Qiy, si Irham deket sama kakel ips ya?" Tanya Ajeng. Kalo ada Ajeng, gak bisa kalo gak gibah.
Qiya mengerutkan dahinya, "gatau,"
"Kak Hani bukan Jeng cewek ips nya?" Tanya Rissa.
"Iya dia!!" Jawab Ajeng semangat.
"Gue liat pas pulang sekola kemarin pas ke indomart jeung si Sarah, si Irham boncengin kak Hani, kayaknya baru balik PPL" ujar Rissa.
"Bodo amat!" Sahut Qiya tidak peduli, sudah tidak aneh lagi dengan kelakuan mantannya yang satu itu.
Rena tersenyum jail, "alaaaahhh!! Ngomong wehh kalo cemburu"
"Ngga!! Ngapain! Gak ada hubungannya sama gue! Udah gak aneh, dia emang buaya"
"Aneh si Irham mah, nanyain si Qiya wae, tapi tetep gas juga sama cewek lain," kata Imel.
"Ooohh iya Mel, bener. Pas hari pertama Qiya gak sekolah juga, gue liat si Irham godain Arumi di kantin. Eehh yang tadi cerita si Ajeng sama Rissa dia jalan juga sama kak Hani. Bangsat pisan manusa eta" ucap Sarah.
Tak ada sahutan lagi dari Qiya mereka mulai curiga, sampai Sarah mendengar suara dengkuran halus di sampingnya. Ia menoleh dan melihat Qiya yang sudah tertidur pulas.
"Anjirr ini anak! Di ajak gibah mantannya malah ngebo" gumam Sarah.
"Udah tidur si Qiya?" Tanya Rissa.
"Hoohh"
"Balik yuk! Biarin dia istirahat" ajak Rena.
Mereka membereskan sampah-sampah bekas mereka makan di kamar itu, lalu membereskan barang mereka juga dan beranjak untuk pulang setelah pamit ke Mamanya Qiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...