Qiya merasa lapar dan rasanya saat cuaca dingin di malam hari begini, enak untuk makan ayam pedas kesukaannya. Apalagi kalau bukan Rechesse. Sudah lama ia tidak memakai ayam favoritnya itu.
Kebetulan, saat ini ia sedang bertelepon dengan Irham yang katanya ingin di temani ngobrol sambil main PS.
Qiya berinisiatif mengkode sang pacar agar membelikan BMnya itu, semoga saja Irham termasuk ke jajaran cowok peka.
"Ham, udah makan belum?" Tanya Qiya.
"Tumbenan lo perhatian sampe nanya udah makan atau belum?"
Qiya meringis ketika mendengar pertanyaan balik dari Irham. Kayaknya permulaan mengkode Irham dengan pertanyaan itu bukan hal yang bagus, kesannya malah jadi aneh karena Qiya dan Irham memang tidak pernah menanyakan hal-hal seperti itu.
"Emm... ah to the point aja lah ya.. mau gak beliin gue Rechesse? BM banget nihhh," ucap Qiya dengan sedikit merengek. Sengaja biar Irham mau membelikannya.
Pacar Qiya itu kalau sudah malas, mau di suruh atau dimintai tolong gimana pun ya tetap saja gak mau. Definisi orang yang gimana mood dan maunya sendiri.
"Ah tanggung nih belum selesai maen." Tuhkan, udah Qiya duga pasti kaya gitu. Itu bahasa halus dari Irham untuk menolak. Soalnya, mau ditunggu sampai selesai main pun ya tetap gak akan di penuhi keinginan Qiya. Sangat-sangat tidak romantis.
"Malesin banget sih! Gue ganti uangnya Haaamm!!!"
"Mau di ganti ataupun ngga, gue gak peduli. Tunggu sampe selesai ini maennya."
Qiya mendengus, "selalu gitu jawabnya dan selalu juga gak dipenuhi akhirnya. Pacar gue bukan sih?" Kesalnya.
"Ya pacar, bukan grabfood."
Ini Irham nyindir Qiya pokonya. Tau aja kalau Qiya lagi memanipulasi status pacar jadi amang grabfood. Ya emang kenapa sih? Kan orang-orang juga suka di kasih makanan sama pacarnya malam-malam. Qiya juga kan normal mau digituin.
"Yaudahlah, mau minta tolong kak Bara aja buat beliin. Kak Bara pasti mau," senjata Qiya mulai terucap. Kalau sudah bawa-bawa Bara, Irham pasti nyerah. Kita lihat saja.
"Otw! Level lima gue beliin!! Mampus lo."
Qiya tertawa mendengar ucapan Irham. Dan sepertinya Irham langsung mengambil kunci motor dan otw beliin apa yang lagi Qiya mau.
Irham tidak bisa membiarkan gadisnya meminta tolong kepada cowok lain apalagi cowoknya Bara, ancaman nomor satu di hubungannya dengan Qiya. Awas saja kalau Qiya sampai minta tolong ke Bara padahal Irham masih bisa dimintai tolong. Jangan harap hal itu akan terjadi.
Dengan terpaksa Irham pergi menerobos udara dingin malam hari, apalagi tadi siang baru selesai hujan. Udara jadi terasa semakin dingin. Demi sang pacar yang ia jaga agar tidak meminta tolong cowok lain ia rela masuk angin.
Dua porsi ayam pedas level 2 kesukaan Qiya beserta minumnya ia bawa ke rumah Qiya. Saat sampai kekesalannya kembali di uji ketika Qiya sulit dihubungi.
Pacar yang baik harus sabar. Maka dari itu Irham mencoba lagi dan lagi menelepon Qiya dan baru di panggilan ke lima teleponnya diangkat. Gadis itu malah tertawa dan meminta maaf. Katanya baru selesai dari kamar mandi.
Irham turun dari motornya setelah Qiya bilang akan keluar rumah.
Qiya tersenyum penuh dosa menatap Irham yang berdiri di luar gerbang. Ia tertawa kalah mendapati tatapan maut dari pacarnya. Bukannya takut, Qiya malah merasa lucu.
Ia membuka pintu gerbang dan mempersilakan Irham masuk, tapi di tolak karena kata Irham ada game yang sedang menunggunya di rumah. Benar-benar pacar Qiya aneh sekali.
"Nih uang gantinya, cukup gak?" Qiya menyerahkan selembar uang kepada Irham. Hatinya berharap agak Irham menolaknya, tapi dasar si pelit uangnya diterima.
Qiya mendumel dalam hati. Tapi gak papa lah, kasihan juga malam-malam dingin mau beliin yang Qiya mau. Qiya menghargai pengorbanan kecil dari Irham.
"Orang-orang mah ngebeliin tuh ikhlas, gak minta ganti," canda Qiya.
Irham menaikan sebelah alisnya, "kan ini lo yang inisiatif ngasih ganti. Gue gak minta. Rezeki gak boleh di tolak jadi gue ambil."
"Iyadeh iya.. makasih lo pacar pemalas mau bela-belain dingin-dinginan. Padahal enakan diem dirumah cuaca abis ujan gini."
"Kalo lo gak bilang mau minta tolong ke si Bara, gak akan mau gue."
Qiya terkikik geli, possesif sekali menurutnya. "Yang ikhlas kali, kak Bara pas--"
"Stop!! Gue cubit kalo lo bandingin gue sama si batu Bara" ucap Irham memotong perkataan Qiya. Mancing-mancing aja ini anak gadis.
Qiya tertawa setelah telunjuk Irham tidak lagi ada di depan bibirnya. "Gue kan bercanda.. maaf ya."
"Oke. Cium dulu dong!"
"Maunyaaa!!! Udah sana pulang kasian selirnya ditinggal."
"Gue gak nyelir sayang!!"
Qiya mendelik, "iyaaa.. selir lo bukan manusia, tapi PS."
Irham tersenyum. Qiya pengertian sekali, tidak pernah marah ataupun mempermasalahkan apa yang dia suka. Tidak pernah menuntut lebih sampai marah seperti gadis lain. Memang pacarable sekali gadis ini.
"Oke see you sayaang," pamit Irham.
"Geleh aing mah suyang sayang kitu!!."
Irham tertawa keras lalu pergi meninggalkan rumah Qiya.
......
Bara menarik tangan adik kelas yang jadi teman sebangku Qiya.
"Ada apa kak?" Tanya Rissa heran.
Bara menyodorkan satu kotak susu kepadanya. "Nitip, buat Qiya. Tolong yaa."
Rissa ragu menerima susu itu. "Kenapa gak dikasih langsung?"
Bara menggaruk tengkuknya padahal tidak gatal. "Ya gak enak aja Qiya udah punya pilihannya. Tapi dia pernah request pengen susu kotak rasa itu, jadi tolong ya."
"O--oke.."
Rissa membawa susu kotak yang di titipkan Bara untuk Qiya. Untung saja ini masih sepi di kelas dan Irham belum datang. Rissa hanya berharap Qiya datang lebih awal daripada Irham. Agar Rissa ngasih susunya gak canggung karena ada Irham di kelas. Ia hanya takut jadi pelantara penyebab masalah di hubungan temannya.
Rasa syukur Rissa ucapkan di dalam hati ketika tak lama dari ia duduk di bangkunya, Qiya datang sendirian. Tidak bareng dengan Irham maksudnya.
Langsung saja Rissa menyerahkan susu kotak itu kepada Qiya. "Dari biasa."
Qiya dengan entengnya menerima dan langsung meminumnya. Ia tidak masalah siapa yang memberikannya, ia sudah tau pasti dari siapa susu ini. Hanya satu orang yang selalu memberinya susu.
"Lo gak ngerasa bersalah ke si Irham? Apalagi itu susu dari kak Bara" tanya Rissa.
Qiya menggeleng. "Rezeki gak boleh ditolak," ia jadi teringat kata-kata Irham semalam.
Rissa mengedikan bahunya, lalu mulai membaca novel yang dibawanya.
Qiya juga langsung memulai aktifitasnya menonton sang idola di ponselnya. Mumpung bel masuk masih setengah jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...