30. Dijenguk

5 3 0
                                    

Qiya terbangun dari tidurnya, ia merasakan sakit di bahu sebelah kanannya. Qiya menoleh ketika mendengar isak tangis dari Mamanya. Yasir yang melihat adiknya sudah sadar sontak berdiri dan menghampiri Qiya. Wajahnya terlihat khawatir dan juga marah kepada Qiya.

"Lo kalo kemana-mana bilang dulu kenapa! Hati-hati juga! Mana yang sakit?" Tanya Yasir yang sedikit memarahi Qiya.

Gadis itu mencebik kesal karena dimarahi Yasir, padahal ia baru sadar setelah kecelakaan, malah langsung di marahi. Qiya memegang bahu sebelah kirinya yang terasa sakit. "Ini sakit, pusing juga sedikit,"

Mama Qiya berdiri dan menghampiri anak perempuannya, "Ayah lagi panggil dokter biar kamu diperiksa lagi" ucapnya lembut masih dengan sisa isakannya.

Qiya mengangguk lalu mendelik ke arah Yasir, ia merasa kesal kepada kakaknya itu. Mamanya juga langsung menoleh ke arah Yasir lalu memukul tangan anak laki-lakinya. "Adiknya baru bangun malah dimarahi!!" Tegur Mamanya.

"Lagian nyebrang gak hati-hati, kalo lebih parah dari ini gimana?" Tanya Yasir yang masih marah-marah. Ia sekarang duduk di sofa ruang rawat Qiya. Qiya tau Yasir khawatir kepadanya namun begitulah cara kakaknya itu menyampaikan rasa khawatirnya. Ia jadi merasa bersalah karena kurang hati-hati dan membuat keluarganya khawatir.

"Udah udaahh.." kata Ayahnya yang mencoba melerai.

Tak lama Dokter datang bersama satu suster. Mereka memeriksa keadaan Qiya setelah sadar. "Tidak ada yang parah, hanya bahu sebelah kirinya mengalami cedera, nanti bisa di terapi untuk pemulilah," jelas sang Dokter. Lalu Dokter itu menyerahkan obat kepada Mama Qiya, "ini diminum setelah makan, untuk pereda nyeri. Mungkin nanti malam akan sedikit demam," ucap Dokter.

"Baik Dok, terima kasih."

Mama Qiya mulai menyuapi anaknya makanan rumah sakit. Qiya menolak suapan kedua dari Mamanya. "Udah Ma, pait" ujarnya.

Yasir menghela nafas, "yaiyalah pait kan lagi sakit" gumam Yasir pelan.

"Mau beli makan apa? Biar gak pait? Makanan rumah sakit emang suka hambar, Ma" tawar Ayahnya.

"Beliin bubur aja," kata Mama Qiya.

Qiya tersenyum, bubur yang jual di dekat rumah sakit biasanya suka enak, Qiya paling suka bubur yang di jual di dekat rumah sakit.

"Aku aja yang beli Yah, sekalian buat Ayah sama Mama, mau makan apa?" Tanya Yasir.

"Apa aja terserah" jawab Mamanya.

.......

Malam ini Yasir menunggu adiknya di rumah sakit sendirian. Ayah dan Mama nya ia suruh pulang agar istirahat dengan nyaman. Awalnya mereka bersikeras menolak untuk pulang dan memaksa agar tetap dirumah sakit menunggu Qiya. Tapi Yasir terus merayu mereka, ia khawatir orangtuanya tidak istirahat jika masih berada di rumah sakit.

"Kak, lo tidur aja. Besok masih ngajar kan? Ngantuk tau rasa lo besok" ucap Qiya saat melihat Yasir yang masih terjaga.

"Mana bisa gue tidur jam segini. Udah jangan pikirin gue, lo yang harus istirahat."

Qiya menghela nafas. "Hp gue mana?"

Yasir meraih ponsel dari dalam saku hoodienya lalu menyerahkan benda pipih itu ke hadapan Qiya.

"Ya ampuunn pecaahh. Masih nyala gak?" Tanya Qiya.

Yasir mengangguk. "Layarnya doang yang pecah. Besok gue benerin,"

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang