57. Putus?

5 2 0
                                    

WELCOME BACK eheeee🤗🤗
Karena sudah ditinggal lama, aku ngetik banyak bab dan akan aku post yuhuuuuu🔥🔥

Selamat membaca dan semoga gak bosen hiks hiks

~~~

Qiya tidak menemukan Irham di dalam kelas, tapi tasnya masih ada di atas meja cowok itu. Qiya langsung sadar kalau setiap istirahat Irham akan lebih banyak menghabiskan waktunya di warung belakang.

Ia bergegas pergi ke sana. Tapi di tengah jalan ia berpikir lagi, pasti di warung belakang isinya cowok doang.

Qiya merogoh ponselnya di saku rok berniat menghubungi Irham, namun sudah panggilan ketiga tidak juga diangkat. Ah benar juga, pesannya semalam saja hanya di baca dan teleponnya semalam di tutup sepihak.

Qiya menghembuskan nafasnya. "Ribet banget sih punya pacar!" Keluhnya.

Akhirnya Qiya menelepon Yasir untuk menanyakan keberadaan Irham di warung belakang.

"Ada Irham gak?" Tanya Qiya langsung.

"Buseett... spik-spik dulu napa, Assalamualaikum gitu atau apa gitu, nyapa!"

"Ah iya. Assalamualaikum" kata Qiya.

"Waalaikumsalam."

"Yaudah buru jawab! Ada Irham gak?!" Qiya udah greget banget gak di jawab juga sama Yasir.

"Kenapa sih! Possesif amat nyari-nyari sampe maksa gitu. Cie ciee" goda Yasir. Sengaja banget buat bikin Qiya tambah kesal.

"Istigfar lo! Gue nanya sama lo pertanyaan gini aja lama banget lo jawabnya. Gimana kalo lo jawab pertanyaan ujian!"

"Tinggal coret kalo pertanyaan ujian mah."

"YAUDAH IH BURU JAWAB AJA NAPA ADA IRHAM GAK?!" Teriak Qiya. Ia tidak peduli jika banyak murid yang sekarang memperhatikannya karena posisinya berada di koridor depan kelasnya.

"Apaan nyariin gue?" Tanya seseorang dari arah belakangnya.

Sontak Qiya membalikan badannya lalu mematikan sambungan telepon dengan Yasir. Qiya menatap Irham dengan sengit.

"Kemana aja sih?!! Susah banget dicariin!" Kesalnya.

Irham mengerutkan dahinya bingung, "kenapa jadi lo yang marah mulu?"

"Ya lo sih mau gue baik-baikin malah ngilang! Darimana aja?!"

Irham melangkah maju mendekati Qiya, bibirnya melekukan senyum manis seperti biasa. Tangannya terulur untuk mencubit pipi kanan gadisnya.

"Gemes banget sih marah mulu."

Tangannya di tepis kasar oleh Qiya. Tapi Irham tidak kesal, menurutnya Qiya jadi terlihat semakin menggemaskan. Irham sekarang malah terkekeh geli dihadapan Qiya.

"Gue gak jadi mau rayu-rayu lo! Keburu kesel."

"Emang nyariin gue kemana aja sih?"

"Gue dari kantin balik lagi ke kelas, lo gak ada. Gue mau ke warung belakang tapi malu suka banyak cowok! Terus telpon kak Yasir malah di ledekin!"

"Ya elah gitu doang."

Irham merangkul pundak Qiya sampai Qiya terhimpit di ketiaknya. Ia membawa Qiya masuk ke dalam kelas lalu mengambil tas mereka.

"Bau-bau ngajak bandel nih!" Tuduh Qiya sambil melepaskan rangkulan itu.

"Kabur ayo! Gue yakin abis ini gak ada guru."

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang