Tak terasa seminggu lagi ulangan semester dan seminggu setelahnya classmeeting. Qiya dan teman sekelasnya telat berdiskusi siapa yang akan ikut lomba mewakili kelas mereka.
Qiya tidak ada niat mengikuti lomba apapun, malas. Menurutnya mending nonton saja dan mendukung teman-temannya, terutama Rissa dan Rena yang mengikuti lomba cerdas cermat. Awalnya Rissa menolak mengikuti lomba itu, ia merasa tidak cukup ilmu untuk mengikuti lomba cerdas cermat, berbeda dengan Rena yang memang pintar.
"Belajar lo dua minggu lagi ngadu otak," suruh Qiya kepada Rissa.
Sekarang mereka sedang beristirahat di kantin, selesai menghabiskan makanannya mereka tidak berniat langsung kembali ke kelas, melainkan nongkrong dulu di kantin sambil bercanda.
"Lah? Lo juga belajar! Jangan rebahan terus mau ulangan semester jugaa," balas Rissa.
"Lah kan ulangan semester mah bisa nyontek ke si Rena, iya gak Ren?" Kata Qiya.
"Iya in aja" jawab Rena pasrah.
"Suka seenaknya emang ni anak, ampun gue" timpal Ajeng yang masih sibuk dengan makanannya. Tinggal Ajeng yang makanannya masih ada, dia emang suka paling banyak pesan makanan pas istirahat, beli minum saja harus dua.
Ajeng itu dekat dengan Qiya dan yang lain pas mereka sama-sama berniat kabur, tentu saja Ajeng ikut merayu Rena dan Imel yang murid teladan itu, susah sekali di ajak kaburnya. Sejak saat itu, Ajeng selalu ngantin bareng, pulang bareng, gibah bareng, bercanda bareng dengan Qiya dan yang lain. Akhirnya mereka satu perkumpulan.
"Lah,, lo juga mau kan contekan??" Tanya Imel. Ajeng cengengesan menatap Imel.
"Selama Rena berbaik hati mau memberi dengan ikhlas yaaaa sayang kalo di tolak" kata Ajeng dengan halus.
"Bacot lo Jeng, bisa aja" gumam Qiya yang masih bisa di dengar oleh Ajeng.
"Harusnya yang dipintain contekan si Qiya juga tuh," ucap Rena.
Qiya melotot mendengar kalimat itu, "mau berharap nyontek apa ke gue Ren? Strategi ngibulin guru biar bisa pulang jam 10?"
"Yaa.. diem-diem lo pinter tau Qiy, jawaban ngasal lo di kelas kalo pelajaran kimia bener terus. Ngisi LKS b.indo juga cepet. Aslinya pinter nih pasti, malesan aja," jelas Rena.
"Lo pada gak percaya sih kalo IQ gue hampir kena angka 200" sombong Qiya. Biasa manusia kalo di puji suka ngelunjak.
"Kegedean IQ suka jadi idiot, pantes si Qiya jadi gini modelannya" kata Rissa.
"Aahh diem lo, belajar aja sono!"
Qiya melirik ke arah meja Yasir dan teman-temannya, sejak tadi ia tidak melihat Fatur diantara mereka. Apa Fatur tidak masuk hari ini?
Tanpa sengaja, Qiya melihat Bara yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Kebiasaan, niatnya nyari kak Fatur nemunya malah kak Bara, suka gak sesuai. Pikirnya.
"Gue mau bolos ahh.. males pelajaran Bu Widya, ngitung mulu" ucap Qiya.
"Ya ampuunn!! Jangan bolos lagi lah Qiyaaa!! Mau ulangan loh sebentar lagi, nanti dikasih kisi-kisi MTK sama Bu Widya, lumayan" rayu Rena agar temannya yang satu itu tidak jadi berbuat kriminal.
"Ya nanti minta aja dari kalian ya kan???"
"Gue ikut ah Qiy, hehe" kata Ajeng yang tergiur dengan niat buruk Qiya.
"Hayu!! Gaskeun ayeuna Jeng, guru-guruna sibuk keneh gibah di kantor," ajak Qiya, satu-satunya kesulitan dalam aksi kabur yaa Ruang Guru, dari kelas Qiya kalo mau kabur pasti harus lewatin ruang guru, gak ada jalan lain. Tapi sejauh ini, Qiya selalu lolos.
Sarah, Rissa, Rena dan Imel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua temannya itu. Qiya sama Ajeng itu pas banget, cocok. Sama-sama suka kabur pelajaran dan bikin absen mereka jebol abis.
"Sar, ngikut gak lo? Biasanya lo kan diem-diem aja tapi ujungnya ikut juga," tawar Ajeng yang mulai melancarkan aksi rayu-merayu agar kaburnya gak berdua.
"Kuy lah!!"
Saat Qiya akan mengucapkan kalimat rayuan kepada Imel dan Rena, mereka berdua lebih dulu menyangkal Qiya beserta segala rayuannya.
"Diem lo!! Jangan rayu gue sama Imel. Gak akan kegoda sekarang mah, hayu ahh ke kelas bentar lagi bel" kata Rena yang membuat Qiya mengerucutkan bibirnya sebal.
Saat mereka mulai beranjak, ternyata Bara dan teman-temannya juga sedang jalan meninggalkan area kantin. Langkah Bara dan teman-temannya terhalang oleh Qiya dan teman-temannya. Bukannya kesal, hal itu mahal membuat Bara senang, soalnya bisa modusin Qiya.
Belum juga beraksi, Yasir sudah lebih dulu menahan dirinya yang berniat mendekat ke arah Qiya. "Teu nempo ieu urang kakakna didieu?" (Gak liat ini gue kakaknya disini?) tanya Yasir yang paham Bara akan mendekati Qiya.
"Ngajakin pulang bareng doang Cil, serius" ucap Bara memohon.
"Gak!"
......
Saat sampai di kelas, Qiya melihat Irham yang diam di dekat pintu kelas dengan tas yang sudah digendong di punggungnya. Qiya tebak, pasti Irham juga akan kabur dan menunggu waktu yang pas.
"Mau kemana Ham? Gue bilangin nih ke Bu Widya" ancam Imel.
"Ulah atuh Mel. Jahat banget sih"
"Mau kabur Ham? Bareng lahh" kata Qiya.
"Kuy,"
Akhirnya Ajeng, Qiya, Sarah, Irham dan Rendi kabur berlima. Dengan wajah tanpa dosanya mereka berjalan santai menyusuri lorong sampai ke parkiran sekolah. Tidak ada raut wajah waspada pada ekspresi mereka, kalau begitu malah akan nambah kesan curiga jika ada guru yang melihat. Kalau jalannya santai kan gampang ngeles kalo di gep guru, pokonya jangan kelihat panik.
Saat melewati kelas Bara, Qiya menoleh mengintip dari jendela mencari Fatur, tidak ada juga. Kayaknya beneran gak masuk.
"Kenapa sih Qiy liatin kelas si Bara terus?" Tanya Irham tidak suka.
"Kepo!"
"Nyari si Bara lo? Ngapain gajelas" sinis Irham.
"Cemburu bilang boss!!" Kata Ajeng.
Tiba-tiba Qiya merasa ada yang menepuk bahunya dari arah belakang, "Qiyaa,, mau kemana?" Tanya Bara.
Qiya berbalik, melihat Bara yang berdiri di sana. "Kepo!" Setelah itu ia kembali berjalan meninggalkan Bara di depan kelasnya.
"Kalo mau kabur gue anterin sampe rumah!!!" Teriak Bara.
"Ihhh berisik kak Bara! Nanti di denger guru" protes Qiya karena suara Bara yang begitu keras.
Bara cengengesan dan meminta maaf secara singkat. "Bentar gue ambil tas dulu" Bara langsung berlari ke dalam kelas mengambil tasnya. Saat kembali ke luar, ia sudah tidak melihat Qiya disana.
"Anjaaayy.. gagal deui aing, kalah mulu ih sama si Irham asuuu,"
Merasa tanggung sudah menenteng tas, akhirnya Bara memutuskan pergi juga ke warung belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...