Irham tidak kembali ke kelas sejak istirahat. Qiya sudah tau kalau pacarnya itu kabur bersama Rendi. Sekarang Qiya bingung mau pulang sama siapa. Pesan yang tadi ia kirim ke Yasir tak juga mendapat balasan.
Saat Qiya akan memesan grab, tiba-tiba ada motor yang berhenti di hadapannya. Kak Bara.
"Belum pulang?" Tanya Bara.
Qiya hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Si Irham kabur ya? Si Acil juga tadi balik pas jam 12, ngantuk katanya."
Qiya tau sekarang, kenapa pesannya tidak dibaca oleh Yasir ternyata orangnya tidur. Ah sudahlah, tidak bisa diharapkan. Ia juga malu jika harus nebeng pulang ke Bara. Masa dulu setiap Bara nawarin pasti di tolak sekarang masa harus minta anterin pulang. Tidak akan pernah, kecuali di tawari.
"Mau bareng gue?"
Kan... sudah Qiya sangka, Bara pasti menawarinya. Bara gak akan tega pulang duluan sedangkan Qiya masih berdiri menunggu kendaraan untuk mengantarnya pulang. Kalau Bara masih bisa mengantarkannya sampai rumah kenapa tidak?
"Eh, tapi coba chat si Irham dulu. Siapa tau dia mau jemput kesini," ucap Bara lagi. Qiya rasa, Bara gak enak karena sekarang Qiya udah jadi pacar orang lain. Kayaknya sih gitu.
"Eum.. dia gak akan kenapa-napa. Tapi lo yang gak papa nganterin gue dulu? Beda arah loh, kak. Gue gak enak,"
Bara terkekeh geli. Tumben sekali respond Qiya baik sekarang. Dulu, setiap di ajak pulang bareng pasti di tolak dengan sarkas. Apakah Bara boleh menyebut ini sebagai perkembangan. Ah kayaknya gak bisa disebut gitu, Bara ingat Qiya sudah punya pacar.
"Santai aja.. daripada ngegrab, mending sama gue gratis, aman lagi. Ayo buru!"
Qiya akhirnya setuju dan naik ke atas motor Bara.
Sepanjang perjalanan, mereka diam. Biasanya Bara selalu punya topik untuk di obrolkan. Bara tidak akan membiarkan suasana di antara mereka mati seperti sekarang. Dulu, Bara selalu membahas apapun asalkan mereka ngobrol tanpa memperdulikan respond Qiya akan baik atau tidak.
Ah kenapa Qiya jadi ngerasa aneh? Sekarang ia jadi canggung gini dekat Bara. Apalagi Qiya jadi overthingking, kenapa Bara tidak mengajaknya ngobrol.
"Emm.. kak Bara, tadi di hukum kenapa?" Hanya pertanyaan itu yang terlintas di kepala Qiya untuk memulai obrolan.
"Gara-gara lo," jawab Bara dengan santai.
Qiya lumayan terkejut mendengarnya. Kenapa bisa gara-gara dia? Apa salahnya?
"Kok gue?"
"Iya lo. Gara-gara pesan dari lo! Gue jadi oleng."
Qiya tertawa, ternyata hanya gara-gara pesan. Bahkan isinya cuma ucapan terima kasih. Dimana letak hal yang bisa buat Bara sampai oleng? Qiya tak habis pikir dengan Bara.
"Lebay banget sampai oleng, cuma ucapan makasih doang loh."
Bara mendengus, ia tidak terima diledek alay, tapi memang begitu faktanya. "Apasih yang ngga bikin gue alay kalo soal lo."
"Hiliihh gombalnyaaa!!"
"Gue gak gombal kali. Kalo gombal tu gini--"
Bara menjeda ucapannya. Cowok itu berdehem dua kali untuk memulai aksi buayanya.
"Lo tau gak perbedaan lo sama angka sembilan?"
Qiya tersenyum smirk ketika tau isi gombalan yang Bara lontarnya.
"Angka sembilan itu nine kalo gue mine? Iyakan?"
"Aahh kok lo tau sih?!! Harusnya pura-pura gak tau aja biar gue kesannya berhasil gombalin lo! Gak asik nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Подростковая литератураGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...