67. Cemburu Terus

4 0 0
                                    

Irham memilih gak kembali ke kelas padahal bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Rendi juga ikut-ikut aja nemenin Irham ngerokok di warung. Kasian katanya, lagi cemburu.

Beberapa pesan masuk ke ponselnya dari Qiya. Paling nanya kenapa gak kembali ke kelas. Irham tidak berniat pulang, cuma ingin bolos pelajaran aja sampai bel bubar sekolah. Gak mungkin juga dia ninggalin tasnya yang masih di kelas.

Tak satupun pesan Qiya yang mendapat balasan dari Irham. Beneran lagi kesal dan males sama Qiya. Irham cuma pengin ngerokok sama makan gorengan aja terus dengerin kisah tertolaknya Rendi sama cewek IPS yang di gebetnya baru-baru ini.

"Lagian sia mah Ren, baru ngegebet langsung nembak. Pedekate dulu lah agak lamaan."

Rendi menghembuskan nafasnya lewat mulut, terlihat sekali kalau dia lagi galau berat. "Aing mah Ham gak perlu pedekatean lama-lama buang waktu. Kalo bisa langsung kenapa di undur-undur."

"Tapi akibatnya kan tuh lo di tolak juga bodoh!"

"Ah eta mah, emang jual mahal si Anisha."

Irham menggeplak kepala Rendi, "bagus dong cewek jual mahal tu berarti gak murahan Ren! Pepet terus lah sampai dapet. Biasa tu dia kayaknya main layangan dulu."

Rendi menoleh menatap Irham dengan bingung, "maksud lo?"

"Tarik uluurrr."

Rendi ber-oh ria mengerti maksud Irham. Ia diam sebentar lalu tak lama senyum mengembang tercetak di bibirnya.

"Oke! Gue coba lagi nanti."

"Udahh tutup mulut lo. Gigi lo sampe kering tu!"

"Sialan."

......

Pulang sekolah masih 10 menit lagi. Tapi Qiya menunjukan batang hidungnya di warung belakang sambil memeluk tas irham. Disana ada banyak cowo seangkatan maupum adik kelas yang juga bolos pelajaran kayaknya.

"Kiww kiwww... di jemput pacar nih" ledek salah satu adik kelas yang mukanya ngeselin banget.

Irham mematikan rokoknya lalu berjalan menghampiri Qiya yang berdiri di luar warung belakang. Irham mengambil tasnya lalu menggandeng tangan Qiya untuk pulang.

"Gue pengen ke perpustakaan kota dulu ngembaliin buku."

"Kapan lo ke perpustakaan?"

"Udah agak lama. Ini juga kayaknya di denda soalnya udah lewat batas izin pinjem" keluh Qiya.

"Sama siapa kesana?"

"Sama lo lah!"

"Waktu itu maksudnya."

Qiya membulatkan bibirnya membentuk o, "sama Raiya waktu main."

Irham hanya mengangguk kecil. Sebenarnya Irham ingin menanyakan tentang foto yang ada di wallpaper ponsel Bara. Tapi ia gengsi terlihat cemburu karena keseringan.

Pulang dari perpustakaan Qiya mengajak Irham buat beli Recheese dulu. Saat menunggu pesanannya siap, Irham memberanikam diri untuk bertanya karena tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Apa benar Qiya tidak mengsave foto itu?

"Qiya, si Bara pakai wallpaper foto sama lo berdua,"

"Gue gak tau. Gak pernah lihat hpnya."

"Iya tadi gue lihat. Kapan foto kaya gitu sama si Bara?"

"Waktu kak Yasir ulang tahun. Tapi bukam gue yang mau foto, dianya yang maksa. Yaudah sekali doang."

"Lo save ya fotonya?" Tuduh Irham dengan mata memicing.

Qiya mendelik lalu memberikan ponselnya kepada Irham tanpa berkata apapun. Dengan sigap Irham membuka dan memeriksa galeri dan riwayat pesan Whatsapp di ponsel Qiya.

Irham hanya menemukan beberapa foto Qiya dan screenshot materi pelajaran yang belum sempat ia catet juga banyak sekali foto idol korea kesukaannya. Geleri amam, tidak ada foto dengan Bara. Bahkan foto dengan dirinya saja hanya ada satu. Saat makan di angkringan malam sabtu kemarin. Qiya ini benar-benar.

Lalu beralih ke Whatsapp, isinya hanya grup kelas dan grup pribadi dengan teman dan grup keluarga. Ada beberapa riwayat pesan chat dengan anak kelasnya dan teman SMP. Tidak ada riwayat pesan dengan dirinya dan di arsip pun tidak ada.

"Ini hp lo gak ada tentang gue gitu? Jahat banget!" Protes Irham.

"Ada kok itu foto satu,"

"Iya satu! Banyakan foto engko korea!"

"Iyalah! Orang ganteng."

"Emang gue ngga?"

"Gak!"

"Astagfirullah.... ini juga chat sama gue kemana? Cuma ada riwayat call aja,"

"Gue hapus! Chat lo gak ada yang romantis! Gak uwu! Males jadinya."

"Lo gak bisa di ajak romantis lagiaann.."

"Dek, pacaran ya?? Lucu berantem terus kaya sama temen," ucap seorang wanita dewasa yang sepetinya baru selesai makan dengan temannya yang juga wanita.

"Iya mbak, ini pacar saya emang marah terus. Pms nya tiap hari dan gak romantis," jawab Qiya sengaja biar Irham tambah kesal.

"Eehh dia mbak yang gak pernah mau romantis, kalo saya romantis dia suka bilang gausah gitu deh lo gak cocok! Geli gue jadinya. Gituu" kata Irham sambil memperagakan nada bicara Qiya.

Kedua mbak-mbak itu tertawa karena merasa lucu dengan tingkah pasangan muda ini. Setelah itu pesanan Qiya sudah selesai dan mereka pamit untuk pergi duluan kepada mbak-mbak tadi.

......

Sampai rumah, Irham langsung pamit pulang dan berpesan agar jangan dekat-dekat lagi sama Bara kalau Qiya memang sayang kepadanya, begitu kata Irham sebelum melesat pulang.

Qiya terkekeh sampai rumah, kenapa Irham bisa-bisanya sesering itu cemburu. Sebenarnya Qiya saja sampai bosan meladeninya. Apakah tidak ada rasa percaya Irham untuknya bahwa Qiya pasti akan setia. Tapi, Qiya sendiri masih bingung. Apa memang hatinya bisa untuk Irham sepenuhnya?

Tak ingin terlalu ambil pusing, Qiya memilih membuka recheese dan memakannya di kamar sambil melanjutkan beberapa episode terakhir drakor yang sedang di tontonnya.

Yasir membuka pintu kamar Qiya dengan sengaja lalu mencomot ayam pedas yang sedang Qiya makan.

"Heh!!! Apa maksud lo?!" Pekik Qiya tidak terima.

"Minta dikit elaahh pelit banget lo."

"Tau banget lo gue punya makanan!"

"Orang plastiknya ada di dapur gak lo beresin," jawab Yasir dengan santai sambil menjilat jarinya lalu keluar kamar tanpa rasa berdosa.

Qiya mendengus, selalu saja dipintai Yasir kalau dirinya pulang bawa makanan. Apalagi kalau Irham apelin dan bawa makan pasti Yasir abisin tanpa inget siapapun. Untung saja Irham pengertian suka ngajak keluar buat beli lagi makanannya.

Yasir tuh emang kaya cowo boke banget padahal isi dompetnya tebel juga. Mintain makanan punya orang padahal dirinya sendiri bisa beli. Tapi kalau di pikir-pikir, giliran Yasir lagi baik nelaktirnya gak main-main. Apapun boleh di beli. Kalau udah inget kebaikannya, auto gak jadi marah deh Qiya. Ikhlasin aja, nanti pas dia lagi baik bisa di porotin sampai puas.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang