60. Pelayan Ganteng

4 1 0
                                    

"Senin besok libur! Gue gak tau di rumah harus ngapain," keluh Qiya.

"Untungnya ujian kelas 12 gak lama, semoga gue bertahan di rumah jadi babu!" Ucapnya lagi.

Irham terkekeh dengan ekor mata yang melirik Qiya yang sedang berjalan di sampingnya. "Kewajiban anak cewek kan memang begitu."

"Iyaa.. tapi kalo di babuinnya sama kak Yasir gue gak sudi!!! Status gue sama dia di rumah kan sama! Sama-sama jadi anak! Tapi kenapa gue doang yang disuruh ini itu? Mana dia juga ikutan nyuruh!"

Irham tertawa mendengarnya. Ia jadi membayangkan jika nanti adiknya sudah remaja, boleh juga di perlakukan seperti Yasir memperlakukan Qiya, kayaknya seru.

"Gue jadi mikir, lo nanti ke adek lo gitu gak?" Tanya Qiya.

Irham terkejut, bagaimana bisa mereka memikirkan hal yang sama. Irham menganggap ini sebagai sinyal jodoh dari yang maha kuasa. Biarlah, terserah Irham mau menganggapnya apa.

"Kayaknya bakal berguru ke a Yasir," jawabnya dengan santai.

Qiya memukul bahu Irham cukup keras, sang korban hanya memegang pundaknya sambil tertawa.

"Gue doain semoga nanti lo dimarahi Ibu soalnya berlaku jahat sama adik lo! Kaya a Yasir sama Ayah gue, dimarahin."

"Tidak baik sekali doamu, naakk!!!" Katanya sambil mengusap kepala Qiya.

Mereka sampai di kelas, membuat teman-teman kelas mereka melihat interaksi keduanya. Senyum jahil anak kelas sudah mengembang siap meluncurkan kalimat-kalimat ledekan untuk kedua sejoli itu.

"DIEM!!! Dilarang ledekin gue sama Irham!!! Gue udah hapal banget otak busuk kalian semua!" Ancam Qiya.

Semua teman kelasnya mendengus, Qiya memang ada-ada saja.

"Qiyaaa... dasar ya lo! Gue udah siap-siap mau nyerang lo berdua eehh belum mulai udah di larang. Gimana ceritanya!" Sahut Ajeng.

.......

Qiya duduk santai di salah satu bangku kantin bersama teman-temannya. Ia sibuk memakan batagor karena perutnya sangat lapar. Tidak segan Qiya juga menyendok satu bakso kecil milik Rena. Untung milik Rena, jadi tidak kena amuk. Kalau yang Qiya sendok makanan punya Ajeng atau Rissa, sudah bisa dipastikan telinga Qiya akan panas mendengar ketidak relaan mereka karena makanannya sudah di pinta tanpa izin. Ya biasa mereka berdua agak pelit.

Qiya tersenyum ketika mendapati Bara yang tersenyum menyapanya di pintu kantin. Gerombolan Bara termasuk Yasir sepertinya baru keluar dari ruang BK. Tadi saat jalan ke kantin Qiya sempat mendengar suara Pak Hamdi yang menceramahi murid-murid favoritenya itu. Suaranya yang sangat menggelegar hingga terdengar keluar ruang BK mampu membuat Qiya paham seberapa kesalnya Pak Hamdi dengan kelakuan kakak kelasnya.

"Hati-hati ada yang cemburu lagi nanti," sindir Imel.

"Gak akan Mel.. doi gak ada disini" jawab Qiya.

"Gue cepuin aahhh" kata Ajeng sambil pura-pura mengotak-atik ponselnya.

Qiya merebut ponsel Ajeng lalu menatap Ajeng dengan kesal, "kok akhir-akhir ini lo di pihak Irham sih? Gue gak paham lagi, di sogok pake apa lo?"

"Gak di sogok! Tapi gue lelah ngeliat kelakuan labil lo."

"Eh.. gue gak labil, cuma lagi mikir aja hati gue lebih pilih siapa."

Sarah beranjak untuk kembali ke kelas, sudah malas membahas tentang kisah percintaan Qiya. "Udah udaahh... tinggalin aja dia tinggalin."

Ajeng, Rena, Imel dan Rissa segera beranjak mengikuti Sarah. Qiya gelagapan lalu segera menyusul kelimanya.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang