Angin sore berembus tenang menerpa kulit putih Qiya yang sedang mengoprek ponselnya guna memesan gojek. Ia berdiri seorang diri di depan minimarket tak jauh dari alun-alun.
Sempat melirik jam yang tertera di layar paling atas ponselnya, 15.40. Apakah selama itu Qiya jalan-jalan tanpa tujuan di sekitaran alun-alun bersama Rissa, Rena Dan Imel? Oh seperti biasa, Ajeng dan Sarah orang paling mager di ajak kemana-mana sepulang sekolah apalagi tanpa tujuan.
Padahal rasanya, mereka hanya duduk di bangku alun-alun sambil minum es kocok milo yang mereka beli dekat masjid alun-alun. Sepertinya, mereka memang tidak sadar waktu karena keasikan ngobrol disana.
Qiya tidak menghubungi Yasir untuk menjemputnya, ia tidak tau hari ini kakaknya itu masih sibuk mengurusi Laporan untuk sidang yang tinggal beberapa hari lagi.
Panggilan dari arah depannya membuat Qiya mendongak menatap orang yang memanggil namanya. Sedikit terkejut, bukan. Bukan sedikit tapi Qiya benar-benar terkejut ketika tau siapa yang memanggil namanya.
Tangannya langsung bergetar menandakan kegugupan yang mulai dirasakan Qiya, jantungnya sudah tidak berdetak normal seperti sebelumnya, bisa kalian tebak siapa seseorang itu?
"Kak Fa-- kak Fatur?" Beo Qiya berusaha menahan kegugupannya, tapi nyatanya tidak bisa. Kegugupannya tidak mampu Qiya sembunyikan.
Ekspresi tenang Fatur yang duduk di atas motor vespa matic mampu membuat Qiya tidak berkedip. Sudah dijelaskan bahwa Qiya akan selalu kembali jatuh cinta kepada Fatur bagaimanapun keadaannya.
Apalagi seperti sekarang, Fatur ada di hadapan Qiya bahkan menyapa namanya. Hampir saja Qiya tidak tahan dan pinsan di tempat. Untung saja Qiya masih mampu mempertahankan kadar kewarasan yang mungkin sisa sedikit di pikirannya.
Betapa tampannya sosok yang terlihat bingung melihat ekspresi bengong Qiya yang menatapnya. Kaos putih lengan pendek dengan celana jeans hitam sangat pas dengan kulit putih bening milik cowok itu.
Bahkan kulit Qiya sebagai cewek kalah jauh dengan kulit milik Fatur. Betapa tuhan sedang berbahagia ketika menciptakan sosok itu.
"Heh!! Ngapain bengong, mau pulang?"
Fatur mendengus geli melihat Qiya yang belum juga sadar dari bengongnya. Fatur memilih menepuk bahu gadis itu berniat menyadarkannya.
"Eh-- gimana kak?"
Fatur terkekeh, "gimana apaan?"
"Hah?" Beo Qiya yang belum juga nyambung dengan Fatur.
"Lo mau pulang apa gimana? Ngapain disini udah ashar" tanya Fatur lagi lebih jelas.
Ternyata emang gak secuek itu. Batin Qiya.
"Ah dahlaa gue duluan kalo gitu," ucap Fatur menyerah karena tidak juga mendapat jawaban dari lawan bicaranya.
"Eh-- mau pulang kak, hehe"
"Mau bareng gak? Gue juga mau ke kakak lo,"
"Eum... e--emang gak papa kak?"
"Iyalah gak papa orang setujuan."
Tidak, otak Qiya menyerap kata setujuan yang Fatur ucapkan tidak sama dengan maksud yang cowok itu pikirkan. Qiya malah halu karena kata setujuan yang di ucapkan Fatur, mungkin maksudnya arah tujuan kepergian mereka yang setujuan. Ah sudahlah, Qiya tidak mampu menjelaskan pikirannya.
"Ya elah bengong lagi, mau bareng gak?!" Ucap Fatur jengah, ia menekan 3 kalimat terakhir yang di ucapkannya.
"Bo-- boleh deh, oke a-- ayo" jawab Qiya masih gugup.
Gadis itu mendekat ke arah Fatur lalu naik ke atas motor vespa matic itu. Akhirnya Qiya bisa merasakan duduk di boncengan motor ini. Sudah berbuat amal apa Qiya sampai mendapat kesempatan ini?
.......
Sampai dirumah, ternyata Bara juga terlihat baru turun dari atas motornya dengan satu kresek makanan, entah apa itu.
Bara menoleh kala mendengar suara motor yang memasuki pekarangan rumah itu. Ia lumayan terkejut melihat siapa yang duduk di atas motor itu. Seketika ia ingin sekali menarik tangan Seseorang yang duduk di jok penumpang motor itu, tapi ia masih ingat dengan keputusannya yang akan mendiami Qiya beberapa hari.
"Lama banget lo Tur, laper nih kita sampe gue keluar buat beli gorengan," sindir Bara yang nyatanya merasa cemburu kepadanya.
"Sorry! Tadi ngantri di kasir indomartnya, terus gue ketemu nih si Qiya jadi bareng mana susah banget di tanya mau bareng apa kaga,"
Qiya turun dari motor lalu segera pergi ke dalam rumah menghiraukan dua cowok itu.
"Tur, lo gak ada apa-apa kan sama si Qiya?" Tanya Bara yang membuat Fatur mengerutkan keningnya.
"Gajelas pertanyaan lo,"
"Di antara kita gak akan ada yang ngejar satu cewek di satu waktu kan Tur?" Tanya Bara lagi walaupun Fatur sudah melangkah pergi.
Fatur menoleh menatap Bara dengan heran, "lo apaan sih, gak jelas tiba-tiba ngomong gitu cuma karena gue sekali doang bareng dia?"
"Yaa.. gak gitu sih"
"Buru ah masuk, ceunah lapar!" Ajak Fatur lalu pergi masuk ke dalam duluan.
Sebelum masuk ke dalam kamar Yasir, Fatur menatap sahabatnya yang ia pikir sedang merasa cemburu dengan dirinya.
"Bar, gue tadi cuma ngajak Qiya balik bareng karena dia juga mau pulang. Kasian udah sore. Kayaknya dia mau pesen gojek tapi lebih irit sama gue kan?"
"Oke bro!! Maap aing cemburuu.. hehe"
......
"CAAA!!!! GUE PULANG BARENG KAK FATUR CA!!!" Pekik Qiya entah yang keberapa kalinya.
Rissa mendengus sebal di sebrang telepon. Ia sudah bosan mendengar curhatan Qiya yang di ulang berkali-kali sejak 20 menit yang lalu.
"Mau berapa kali lagi lo ngomong Qiy? Gue udah hapal banget sama kata yang lo ucapin,"
"Bayangin gue di bonceng sama cogan Caa!!! Mana dia pake kaos putih lagi! Jadi makin tipe gue banget ca!!!"
"Huftttt... terserah lo terseraaahhh" lalu sambungan telpon terputus sepihak oleh Rissa.
Qiya tidak memperdulikan itu, ia melempar asal ponselnya di atas kasur, lalu menarik ujung selimut dan berguling di atasnya. Tubuhnya terlihat seperti ulat. Badannya hanya terlihat rambut hitam legam di atas kepalanya.
"Aaarrrrggghhhhh peungaaapp!!!" Teriak Qiya ketika tubuhnya sulit terlepas dari lilitan selimut.
"Mamaaaa!!! Tolongiiinnn!!!"
Ceklek
"Mamaa bukain ini selimutnya, gak bisa napas,"
"Lo ngapain bego! Kaya ulet gitu!" Omel Yasir lalu menghampiri adiknya yang berguling-guling si atas kasur.
Qiya menghirup oksigen yang banyak karena terlalu merasa sesak, keringat bercucuran di lehernya merasa panas karena terlilit selimut.
"Lo ngapain bodoh!!" Omel Yasir lagi
"Eungap kak!"
"Ya lagian random amat kelakuan lo!" Yasir melangkah pergi meninggalkan kamar adiknya, ia melanjutkan tujuannya untuk mengambil air es ke dapur.
"Hampir aja gue keabisan nafas, tolol banget kelakuan gue" gumam Qiya setelah menormalkan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...