9. Bara pantang menyerah

8 3 0
                                    

Mereka bertiga akhirnya merebahkan tubuh mereka di pojokan mushola. cukup lama mereka berdiam, sama-sama menikmati nyamannya rebahan di lantai mushola. Hingga tanpa terasa Qiya benar-benar di hampiri rasa ngantuk, dan mulai menjelajahi alam bawah sadarnya. Sarah menoleh ke arah Qiya lalu mendengus sebal ketika mendapati Qiya yang sudah tertidur dengan nyaman di sampingnya.

"Ca, liat tuh orang yang ngajak kesini buat curhat malah ngebo duluan sebelum ngomong apapun" ucap Sarah dengan sebal.

Rissa menoleh ke arah Qiya untuk memastikan ucapan Sarah benar atau tidak, ia ikut mendengus ketika mendengar nafas teratur Qiya. "parah tuh dia, padahal udah kepo banget gue pengen denger dia mau curhat apa,"

"Dahla, mending ikut tidur sebelum dzuhur."

......

Cukup lama mereka terlelap, akhirnya Rissa terbangun lebih dulu ketika mendengar suara adzan. Ia melihat kedua sahabatnya yang masih terlelap bahkan sedikit terdengar dengkuran halus dari mulut Qiya. Rissa mengguncang tubuh temannya agar mereka bangun sebelum banyak orang datang ke mushola.

"Hudang ihh!! ges adzan tuh, dasar karebo!" (bangun ihh!! udah adzan dasar kebluk!) omel Rissa ketika kedua temannya tak kunjung bangun setelah ia guncang tubuh mereka dengan kasar.

"Bentar Caaa.. 5 menit lagi," lirih Qiya.

Sementara Sarah langsung bangun ketika mendengar omelan Rissa, "udaahh ca.. tinggalin aja yuk ni anak, biar dia wudhunya ngantri," ucap Sarah yang sudah paham dengan kelakuan sahabatnya itu.

Mendengar ucapan Sarah, sontak Qiya bangun dan membenarkan kerudungnya yang sedikit acak-acakan dengan ekspresi sebal,

"Jahat maneh duaan teh ihh" (jahat kalian berdua tuh) ucap Qiya.

Tanpa memperdulikan Qiya, Sarah dan Rissa beranjak ke tempat wudhu, yang langsung disusul oleh Qiya dengan wajah cemberut.

......

Setelah sholat mereka bertiga kembali ke kelas, namun rasanya tidak lengkap jika belum mampir ke kantin hanya untuk membeli es cekek. Dan setiap istirahat kedua geng Bara selalu berkumpul di kantin. Senang sekaligus malas, itu yang selalu Qiya rasakan. Senang karena di antara mereka pasti ada Fatur, dan malas karena Bara selalu saja mengajaknya bicara, walaupun Bara tau ucapannya tidak akan mendapat respond dari Qiya, sialnya laki-laki itu selalu mengatakan "kali ini belum di respond, tapi nanti pasti di respond kan?" Sungguh Qiya sangat malas.

Jika saja Fatur yang mengajaknya bicara sudah pasti akan langsung ia beri respond. Sayangnya laki-laki itu selalu memilih diam dan tidak peduli, ya sudalah.

Sesuai dugaan Qiya, Bara langsung menyapanya saat ia memasuki area kantin, Qiya hanya diam tanpa merespond apapun, menoleh pun tidak. Kalaupun Qiya menoleh itu pasti untuk melihat Fathur bukan untuk merespond sapaan Bara.

Setelah memesan es cekek, mereka bertiga duduk di bangku yang dekat dengan penjual es itu. "Qiyaaa... lo belum ceritaaaaa," rengek Rissa.

"Kaya bayi minta makan lo ngerengek begitu," ucap Qiya.

Rissa mendengus sebal, "lagian lo tadi bilang ke mushola mau curhat, lah malah ngebo,"

"Udahlaaa dia emang gak niat cerita Ris, biarin aja," timpal Sarah.

"Ah suka gitu.. tadi tuh kelewat adem, jadinya ketiduran" ucap Qiya sambil cengengesan.

"Nyinyinyiii," ledek Sarah dan Rissa berbarengan.

Qiya tertawa karena mereka sangat kompak meledeknya.

"Ya ampuunn manis banget teteh ketawanya" kata Bara yang tiba-tiba duduk di samping Qiya.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang