66. Wallpaper

3 0 0
                                    

Qiya melirik jam di pergelangan tangan kirinya, bel masuk masih lama tapi ia sudah merasa bosan menunggu seseorang di halte dekat rumahnya sendirian. Ada banyak orang sih tapi ia tidak kenal. Dan ada juga anak sekolah lain.

"Ish lama banget buset! Apa gue yang kepagian ini siap-siapnya?" Gumam Qiya sambil celingukan mencari seseorang.

Ia janjian dengan Irham untuk berangkat bersama menggunakan angkutan umum. Padahal Qiya bisa saja berjalan sampai sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh itu. Tapi kadar kemalasan Qiya selalu berada di angka 90% jadi ya tidak mungkin Qiya mau berjalan.

"Hai pacaarr" sapa Irham yang sekarang sudah berdiri di samping Qiya dengan senyum manis andalannya.

"Lama banget keong! Kalo angkutannya udah ada beneran gue tinggal lo" ucap Qiya kesal.

Irham terkekeh lalu tangan kirinya merangkul pundak Qiya layaknya teman. "Maaf ya beb, gue kan tadi sama papa buat sampe pertigaan terus jalan kesini ya pasti lama lah."

"Oh iya bentar" Irham teringat sesuatu, ia membuka tasnya untuk mengambil titipan Ibunya untuk calon mantu, katanya.

Irham menyodorkan kotak makan dengan ukuran sedang. Dua potong sandwich dengan susu kotak kecil rasa coklat. "Ibu lagi pehatian buatin gue bekal, terus gue bilang berangkat bareng lo dan dibuatin lagi."

"Ih makasihh loh. Bilangin!"

Irham hanya mengangguk kecil. Lalu tak lama dari itu angkutan datang dan mereka pergi ke sekolah dengan harapan tidak macet dijalan. Senin pagi selalu lebih macet daripada hari biasa. Makanya Qiya agak kesal waktu Irham ngajak berangkat naik angkutan di hari senin bikin repot aja harus bangun lebih pagi.

Tapi kalau dipikir, mana mungkin mereka telat. Sekarang baru setengah 7 dan sekolah mereka tidak akan ramai bahkan sampai setengah 8. Upacara paling cepat dimulai jam 8 kurang 15. Oke mungkin jiwa anak SMP dalam diri Qiya masih melekat makanya masih takut merasa terlambat.

"Asik kali ya kalau datang telat. Kira-kira di hukum apa?" Tanya Qiya.

"Mimpi lo mau telat. Sekolah ditempat lain dulu baru ngayal telat," jawab Irham.

"Iya juga."

"Tapi nanti pelajaran pak Hamdi kita dapet pagi lagi di jadwal. Nah lo datang siang aja pas kelas dia."

Qiya berdecak sebal mendengar saran dari Irham. "Saran lo sama kaya lagi ngasih cara buat meninggoy!"

"Itu satu-satunya waktu buat lo ngerasain telat."

"Iya iyaaa..."

20menit berlalu, yang harusnya 5 menit saja sudah cukup untuk sampai di sekolah pagi ini Qiya memakai waktu sedikit lebih lama. Itupun terhitung cepat kalau berangkatnya naik angkutan umum. Kata teman Qiya yang selalu datang jam 8 karena setiap hari naik angkutan dan rumahnya jauh bisa setengah jam bahkan lebih untuk perjalanan ke sekolah.

"Gak asik. Sekolahnya masih sepi," ucap Qiya.

"Yaudah ayo naik angkutan lagi terus balik lagi kesini. Pasti udah rame nanti" jawab Irham dengan entengnya.

"Otak lo udah bikin gue mumet aja pagi-pagi."

Qiya meninggalkan Irham yang masih berdiri diam. Setelah beberapa langkah Qiya tidak juga mendapati pacarnya menyusul. Ia menoleh mencari keberadaan Irham. Dan matanya menangkap ujung tas yang terlihat dari balik tembok warung depan.

Qiya menghampirinya lalu menarik tas itu sampai Irham berjalan dengan susah payah karena digeret. "Pelan-pelan buset... gue beli teh gelas dulu ya ampuunn gak sabar banget sih."

"Ha? Teh gelas?" Beo Qiya.

Irham melepas tangan Qiya dari tasnya lalu membenarkan tatanan baju yang sebenarnya memang tidak begitu rapi sejak berangkat tadi.

"Iya teh gelas! Kasar banget kek geret kucing."

"Gue kira lo lagi transaksi rokok, ternyata teh gelas."

"Iyaa! Haus gue tadi pagi belum minum abis sarapan. Main tarik-tarik aja untung udah bayar."

Qiya mendelik, "yaudah hayu ah."

"Minta maaf harusnya juga."

"Gak!"

"Aduuhhh pagi-pagi udah bikin dunia sumpek aja."

Kedua sejoli itu menoleh ternyata Rendi yang melewati mereka menggunakan motornya.

"SIRIK AJA LO JOMBLO!" Teriak Irham yang diyakini pasti masih bisa di dengar oleh Rendi.

Setelah itu Irham dan Qiya melanjutkan langkahnya menuju sekolah.

.......

Kedua alis Qiya berkerut saat melihat satu kotak susu di atas mejanya. Kak Bara masih ngasih gue susu? Pikir Qiya.

"Duh yang banyak fans nya, pagi-pagi udah ada hadiah di meja" sindir Rendi yang masuk bareng dengan Qiya dan Irham ke kelas. Niat Rendi pasti bukan cuma untuk nyindir, tapi mau manas-manasin Irham yang memang udah gak enak banget ekspresinya.

Tanpa banyak bicara, Irham mengambil susu kotak yang ada di atas meja Qiya. Lalu tanpa merasa bersalah ia meminumnya sampai habis.

"Itu kesukaan gue Haamm!!!" Protes Qiya.

"Nanti gue beliin sepabrik."

"Ngeselin banget sih lo."

"Yang ngasih susu kotak ini yang ngeselin! Bikin bete aja."

Lalu Irham berjalan ke arah bangkunya dan duduk, mengabaikan Qiya dengan tatapan kesalnya.

"Udah jangan kesel lama-lama. Tadi di bekal ada susu juga."

Qiya mendengus, lalu duduk di bangkunya dengan muka kesal. Irham tidak peduli dan duduk juga di bangkunya dengan cuek.

.......

Irham pergi ke warung belakang bersama Rendi untuk ngerokok setelah menghabiskan bekal yang dibuatkan Ibunya. Sedangkan Qiya belum kembali ke kelas dari menit pertama istirahat, mungkin masih makan di kantin.

Sampai di warung depan ia duduk di samping Yasir, sekalian ngucapin selamat ulang tahun yang sudah telat sehari. Ia melihat ponsel yang di pegang oleh Yasir, kayaknya bukan ponsel Yasir. Dan lagi nyambungin hospot.

"Hp baru a?" Tanyanya.

"Kaga.. ini punya si Bara. Boke kuota gue, jadi nyolong hospot bentar mumpung bocahnya lagi makan di dalem" jawabnya sambil menunjuk Bara yanh asik makan di dalam warung.

Saat Yasir mengembalikan layar ponsel ke menu utama, Irham melihat jelas wallpaper yang di pasanv di ponsel Bara. Foto Qiya dengan Bara sambil memegang kue yang kemarin ada di instastory Qiya.

"Dih wallpapernya!"

Yasir buru-buru melock ponsel itu lalu di taruh kembali di tas Bara. Jangan heran kenapa tasnya ada di warung bukan di kelas, mereka udah janjian mau kabur karena Yasir bilang dapet hadiah PS 5 dari Ayahnya. Merek mau main sama-sama.

"Jangan cemburu, banyakan foto lo sama si Qiya kok itu cuma sekali foto aja dan gak di save sama Qiya di hpnya."

Yasir tahu, Irham pasti lagi kesel dan cemburu. Yasir juga tahu, ucapannya barusan gak ngaruh apa-apa, tapi setidaknya Yasir jadi kay gak mihak siapa-siapa.

"Mau ikut cabut gak? Main PS dirumah" ajaknya.

Sebenernya ini ajakan petaka. Mana bisa Yasir mengajak Irham sedangkan sudah jelas akan ada Bara juga di rumahnya nanti apalagi kondisinya lagi kaya gini. Makin bahaya.

"Nanti lagi deh kalo lo lagi apelin adek gue main PSnya."

Irham hanya mengangguk karena udah gak mood ngomong, bukan marah sama Yasir tapi lagi kesel aja. Yasir juga ngerti jadi gak masalah.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang