47. Sakit yang kesekian kalinya

6 4 0
                                    

Setelah bel istirahat terdengar, dengan langkah cepat Qiya berjalan menuju kantin untuk membeli minum. Panas sekali badannya, tenggorokannya kering, dan kakinya pegal sekali berdiri lama menghormat kepada bendera.

Setelah memesan minum Qiya duduk di salah satu bangku kantin bersama Irham dan Ajeng. Ia merebahkan kepalanya di atas meja.

"Gilaaa.. gerah banget!!!" Keluh Qiya.

Irham mengibas-ngibaskan tangannya di depan Qiya berharap sedikit memberi angin untuk menyejukan gadisnya. Ajeng yang melihatnya mendengus sebal. Sudah panas makin panas aja tubuhnya liat orang mesra-mesraan di depan matanya.

"Bisa gak sih gak usah bucin? Pacar gue gak ada disini!! Males banget jadi kamcong," sindir Ajeng.

"Tuhkan gak bisa banget ya lo sekali aja gak sirik sama gue."

"Ish diem-diem. Pusing banget deh dengerin kalian ribut mulu! Akur napa akur" kesal Qiya.

Tiba-tiba ponselnya berdering menunjukan panggilan video dari Raiya. Tanpa pikir panjang Qiya menekan tombol hijau menerima panggilan. Ia menaruh ponselnya di atas meja dengan botol saus sebagai tumpuan.

"Ada apa Rai?" Tanyanya. Kamera Raiya mengarah ke langit-langit kelasnya.

"Woy! Ngapain sih?" Tanyanya lagi.

Tiba-tiba seorang cowok berkulit putih dengan kumis tipis muncul di layar membuat Qiya sedikit terkejut. Ia menutup kameranya dengan tangan agar wajahnya tidak dilihat oleh cowok itu.

"Siapa?" Bisik Irham yang duduk di hadapannya.

Ajeng yang sudah melihat layar ponsel Qiya menyeringai. Ia mendapat bahan untuk mengerjai Irham.

"Aduh cakep banget sih Qiy, siapa tu? Selingkuhan lo?" Tanya Ajeng. Sesekali ekor matanya melirik Irham yang mulai menunjukan ekspresi kesal.

"Heh! Jangan ngaco deh lo!" Marahnya.

"Dih beneran! Tuh liat aja si Qiya lagi video call sama cowok! Cakeepp... lebih cakepan dia daripada biji jagung kaya lo," Ajeng menghina Irham dengan mudahnya.

Irham merebut ponsel Qiya lalu menatap seorang cowok berkulit putih itu dengan sinis. Ia mengenal cowok itu, dia temannya saat smp tapi beda sekolah.

"Heh Putra! Ngapain lo ngevc cewek gue!"

"Eh kok malah lo sih Ham? Ngapain lo?" Tanya cowok di sebrang sana yang Irham panggil Putra itu.

"Lo yang ngapain nyet! Cewek gue nih yang lo vc. Modus banget lo."

"Ya gue gak tau lah, gue mau bercanda aja ini ngebajak hpnya si Raiya, kontak ini ada di roomchat paling atas jadi gue vc."

"Alasan aja lo! Awas ya, gue tendang lo sampe ke neraka!"

"Kaga tau aing! Cakep juga cewek lo! Tikung nih!!" Goda Putra kepada Irham. Sepertinya cowok itu merasa lucu dengan tingkah Irham yang cemburu.

"Udah matiin aja telponnya" suruh Qiya.

Irham mengakhiri panggilan itu dengan perasaan yang masih kesal. Ia mengantongi ponsel Qiya berjaga-jaga siapa tau Putra beneran mau nikung dan menghubungi Qiya lagi. Susah nih balikan sama Qiya masa mau di tikung. Gak akan Irham biarkan.

"Siniin lah hp nya. Ngapain lo kantongin, orang punya sendiri."

"Gue sita dulu sampe pulang sekolah! Siapa tau si Putra beneran mau nikung gue!"

Ajeng tak bisa lagi menahan tawanya. Ia tertawa dengan sangat puas melihat Irham yang sangat cemburu dan possesif. Bisa juga cowok selengean kaya dia bertingkah seperti itu. Pake sok-sokan cemburu lagi.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang