41. Kena Julid

3 3 0
                                    

Walaupun hatinya masih kesal dengan Yasir, pagi ini dengan terpaksa Qiya harus berangkat sekolah dengan kakaknya itu. Bahkan selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka.

Sampai di kelasnya, Qiya melihat satu susu kotak di atas mejanya. Siapa lagi kalau bukan Bara yang selalu memberinya susu kotak. Qiya menghela nafas, seketika otaknya kembali mengingat perdebatannya dengan Yasir kemarin.

Qiya rasa, ia terlalu jahat kepada Bara. Tapi ia juga tidak tau harus apa. Untuk sekarang, mungkin Qiya akan mengikuti alurnya saja. Ia hanya akan menjalani semuanya, sampai ia bisa menentukan pilihannya.

Setelah duduk di bangkunya, tangan Qiya meraih susu kotak itu lalu meminumnya dengan tenang sambil menonton grup idolanya yang baru saja comeback.

"Andai haechan yang ngejar-ngejar gue, tanpa pikir panjang bakal gue terima!"

......

"Tur, si Bara masih gak ngomong sama lo?" Tanya Aji.

Fatur menggeleng singkat dengan cuek, matanya tetap pokus kepada game yang sedang ia mainkan di ponselnya. Fatur tidak merasa bersalah apapun kepada Bara maka dari itu ia bersikap cuek.

"Gue tau lo agak mirip sama es batu, tapi gak gini juga sat! Gak enak kita liat lo sama Bara kaga akur begini," sahut Riza yang ikut merasa dongkol dengan sikap Fatur.

"Gue kan gak salah, terus kenapa?" Tanya Fatur kelewat tenang.

"Ah terserah lo deh tembok!"

Fatur kembali pokus dengan game yang belum ia selesaikan itu. Tidak peduli dengan protesan orang sekitarnya. Bukan tidak punya perasaan, tapi ia memilih diam karena tidak mau merasa lebih masuk kedalam urusan Bara dengan Qiya. Padahal tanpa Fatur sadari, ia memang menjadi alasan utama kenapa Qiya selalu menolak Bara maupun Irham.

Ada ya orang setidak peka Fatur?

.......

Irham berjalan ke arah meja Qiya dan teman-temannya di kantin. Ia berniat bergabung dan merecoki mereka semua. Melihat wajah kesal para teman  Qiya yang terganggu dengan kehadirannya membuat moodnya lebih bagus dari biasanya.

"Hai bestie!!!" Sapa Irham dan dengan tampang tidak berdosanya ia duduk di samping Qiya.

"Najis!" Desis Imel. Ia merasakan hawa-hawa penganggu mulai menyeruak di meja ini.

"Irham!!! Setelah Arumi sama kak Hani, gue tanya! Kemarin, lo jalan sama siapa?" Tanya Ajeng dengan mengintimidasi.

Irham mengerutkan dahinya, "please! Kali ini jangan nanya depan Qiya. Nanti berabe," bisik Irham kepada Ajeng yang duduk di hadapannya.

"Waaahh!!!! Emang kenapa kalo gue nanyain ini depan Qiya? Gue kan emang sengaja biar Qiya denger juga!"

"Ajeng sayaaangg.. jangan ancurin perjuangan gue balikan sama Qiya dong! Gue gak jalan sama siapa-siapa kemarin," mohon Irham dengan tatapan menjijikannya. Tangannya ia rapatnya sebagai tanda permohonan.

"Gue kepo aja kemarin lo jalan sama siapa?" Desak Ajeng lagi.

Qiya menghela nafas, ia paham kenapa Ajeng seperti ini. Temannya itu ingin memberitahunya bahwa Irham masih saja menjadi playboy, dan Qiya tau pasti Ajeng melakukan ini agar Qiya berpikir dua kali untuk menerima cowok itu lagi.

Dengan perasaan dongkol karena mendengar perdebatan mereka, akhirnya Qiya bersuara "sama Indah. Kemarin dia jalan sama Indah, mantannya pas SMP,"

Ajeng melotot tak menyangka, ternyata Qiya tau?!!!

"Lo kok udah tau Qiy! Jangan bilang lo liat juga kemarin kaya gue?!" Pekik Ajeng.

"Emang gila si Irham. Qiya juga mantan lo, katanya lo pengen balikan sama Qiya. Tapi lo jalan juga sama cewek mantan lo juga? Jangan bilang lo juga pengen balikan sama mantan lo yang itu? Pusing gue pusiiinggg!!!" Ucap Rissa prustrasi mendengar drama perplayboyan ini.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang