6. Panas Dingin

45 7 0
                                    

Malam minggu ini seperti biasa, Qiya hanya diam di dalam kamarnya tanpa berniat pergi main seperti remaja lainnya. Nasib jomblo memang begitu. Jika bukan karena oppa oppa korea idolanya, entah akan segabut apa Qiya setiap hari.

Ketika sedang asik menonton acara variety show korea yang menampilkan boygrup idolanya, Qiya di ganggu dengan suara dentingan dari ponselnya, pertanda satu pesan masuk di aplikasi Whatsapp.

0812********
Haii

Ya?

Ini Qiya kan?

Ya.

Gue Bara. Save ya😁

Oh.

Keyboard lo gak bisa
dipake buat ngetik banyak?
(Read)

Qiya malas menanggapi pesan-pesan unfaedah dari cowok bernama Bara itu. Ia tidak suka jika sedang fangirl-an lalu kegiatannya di ganggu oleh orang lain. Ia kesal dengan hal itu. Bahkan bukan satu atau dua cowok yang ia putusin dengan alasan "gue risih setiap lo ganggu waktu gue nonton korea, kita putus aja."

Qiya tidak akan berpikir dua kali untuk memutuskan hubungan dengan cowok yang sekali saja membuatnya tak nyaman. Qiya tidak akan ambil pusing tentang hal itu, toh ia tidak punya perasaan apapun dengan para mantannya. Perasaannya hanya untuk Fatur. Maka dari itu, semua yang Qiya benci jika menyangkut Fatur, ia tidak akan masalah. Tapi selama 2tahun ia mencari tau tentang Fatur, tidak pernah ada hal yang membuatnya benci kepada cowok itu. Semuanya, ia suka tentang Fatur. Ya.. memang sebucin itu Qiya kepada Fatur.

Tanpa sadar, Yasir sedari tadi berdiri di ambang pintu kamar Qiya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Qiya, pergi keluar yuk!" Ajaknya.

Tanpa menolehkan kepalanya dari layar laptop, Qiya menjawab "males ah,"

"Gue beliin lo recheese deh, temenin gue tapi" sogok Yasir dengan nada sedikit terpaksa.

Qiya beranjak dengan ekspresi bahagianya, "oke kuy!" Ia meraih sweeter peach dari gantungan dan tak lupa juga mengantongi ponsel dan beberapa lembar uang yang ia ambil dari dalam dompet.

"Gercep amat lo kalo mau dibeliin recheese" sindir Yasir kemudian pergi keluar dari kamar Qiya disusul oleh pemilik kamar itu.

Mereka pergi dengan menggunakan motor matic Yasir, sekitar 15 menit perjalanan karena macet akhirnya mereka sampai di alun-alun kota. Yasir memarkirkan motornya lalu pergi meninggalkan Qiya.

"Tungguin napa!" Teriak Qiya.

Qiya diam di samping kakaknya yang duduk di salah satu bangku disana. Mata Yasir pokus kepada layar ponselnya yang menampilkan ruang chat pribadi. Sepertinya Yasir ada janji bertemu seseorang disini. "Lo mau ngapain sih? Mau ketemu siapa?" Tanya Qiya yang mulai bosan.

"Temen gue, bentar dong lo gak sabar amat."

Qiya mendengus kesal, ia hanya bersabar menemani kakaknya itu. Tak lama Qiya melihat seseorang berjalan menghampirinya dengan menggunakan jaket pink. Tangannya membawa paper bag besar. Entah apa isinya. Sinar bulan menerangi wajahnya yang putih, Qiya menerka-nerka. Siapa cewek itu? Sepertinya ia kenal. Qiya menyesal tidak memakai kacamata, matanya jadi tidak bisa melihat dengan jelas dari jarak jauh.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang