21. Libur Semester

8 3 0
                                    

Qiya memukul bahu Rissa pelan, "lo bilang pada nongkrong di depan!"

"Yaa tadi memang pada nongkrong di depan! Gue gak tau kalo mau pada masuk, kan gak nanya," bela Rissa.

"Apa ?!! Qiyanya lagi ngamuk!!" Teriak Ajeng merespond panggilan seseorang dari luar pintu kamar Qiya.

"Heh! Ngapain di jawab!!" Kesal Qiya.

Suara tawa menggema di luar, Qiya yakin teman-teman Yasir sedang memertawakan tingkah Bara yang iseng memanggil Qiya yang malah mendapat jawaban dari teman Qiya yang lain.

"Aahh anjir!! Ada kak Fatuuurrr!!!" Ucap Qiya prustasi.

Gadis itu beranjak untuk menutup mulut Sarah yang terlihat akan jahil memanggil Fatur. Kurang ajar memang semua temannya, tidak ada yang baik kepadanya.

"Sialan lo pada!"

Mereka tertawa melihat Qiya yang sudah sangat kesal. Sangat puas ketika melihat Qiya menderita. Biasa saja sih, hanya sedikit menderita batin. Ya biarkan saja lah, Qiya juga sering jahil kepada mereka, gantian dong biar adil.

"Balik kadituuu!!" Usir Qiya karena kesal.

Bukannya pulang mereka semua malah tertawa semakin keras. Hal kecil pun jika bersangkutan dengan Fatur akan sensitif buat Qiya, entah kenapa bahkan Qiya pun tidak mengerti. Efek kasmaran sedahsyat ini kah? Qiya tidak mau sampai Fatur berpikir bahwa ia menyukai Bara juga, walaupun Fatur bukan siapa-siapa baginya tetap saja ia tidak mau jika hal itu terjadi.
.....

Qiya mengeratkan selimutnya merasa enggan bangun, gadis itu sedang priode haid jadi tambah males-malesan. Apalagi sudah libur semester karena satu minggu yang lalu sudah bagi rapot. Jangan tanya hasil rapot Qiya, tidak ada yang menarik, jelek tidak, bagus pun tidak. Hanya jumlah absennya saja yang membludak, dan catatan dari wali kelas yang memperingati Qiya agar bertobat dari kabur. Ya semoga semester berikutnya Qiya bisa lebih rajin lagi.

Qiya sedikit semangat menyambut semester dua, karena selama satu bulan tidak akan bertemu dengan Bara, sedikit sedih juga karena tidak akan melihat Fatur di waktu yang sama.

Semua kelas 11 akan mengikuti program PPL atau Praktik Pengalaman Lapangan. Semua angkatan kelas 11 akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan acak, semua kelas di satukan, jadi bisa saja murid kelas IPS satu kelompok dengan murid kelas IPA, sesuai dengan kelompok yang sudah di tentukan oleh sekolah.

Tahun depan Qiya juga akan menjalani program itu. Oiya, PPL nya di beberapa Sekolah Dasar. Qiya sangat berharap agar Yasir tidak satu kelompok dengan Bara, dan selama satu bulan itu Qiya berharap juga agar Bara sibuk sekali sampai tidak bisa bermain kerumah. Qiya juga berdoa agar Yasir satu kelompoknya dengan Fatur aja, siapa tau ada satu atau dua kali kesempatan Qiya bertemu dengan Fatur.

"Qiyaa!! Bangun!! Sini bantuin Mama" teriak Laras dari arah dapur. Sepertinya Laras sudah kesal dengan anaknya yang setiap harinya hanya rebahan.

Qiya segera bangkit dan sedikit berlari untuk menghampiri Mamahnya di dapur. Ia takut jika Mamahnya sudah teriak dengan nada seperti tadi, bahaya kalo Qiya gak langsung nyamperin, di ceramahin 3 hari 3 malam tau rasa.

"Bantu apa Ma?" Tanya Qiya, gadis itu menggaruk lengannya dengan ekspresi wajah yang masih ngantuk.

"Apa aja weh bantuin. Tidur wae kamu. Teu bosen apa?!" Tuhkan sudah Qiya duga, pasti di omelin dulu. Kalo tadi Qiya gak langsung gerak, di omelinnya akan lebih parah dari ini.

"Ya maaf Ma, ngantuk"

"Ya pantes weh ngantuk oge, harusnya di paksain gerak biar gak lemes gitu. Meuni letoy pisaan!"

Qiya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus jawab gimana. Yaudah diam saja lebih baik. Daripada ngejawab nanti salah lagi kan? Orangtua memang gitu.

"Sapuin tuh di depan, pel aja. Banyak debunya kotor," suruh Laras setelah puas mengomeli Qiya.

Dengan langkah gontai Qiya mengambil sapu yang di gantung di tembok dapur dekat pintu garasi. Ia menyapu lantai depan dengan malas, tapi tetap bersih. Qiya bisa melakukan hal seperti ini, hanya saja ia selalu malas melakukannya. Jika tidak disuruh mana pernah Qiya berinisiatif menyapu dan mengepel seperti ini.

Setelah di sapu, Qiya mulai mengepel lantai itu dengan bersih. Baru setengah jalan, tiba-tiba Yasir keluar menginjak lantai yang sudah di pel dengan enaknya.

Qiya melotot melihat hal itu, "enak banget kaki buluk lo itu nginjek lantai yang baru aja gue pel. Cape cape ya allaahh!!!"

Yasir terkejut, pasalnya ia tidak menyadari ada Qiya yang sedang mengepel lantai disini. Dengan refleks Yasir melompat menjauh dari lantai yang memang terlihat lebih kinclong.

"Ya maaf, gue gak liat lo lagi pel," ucap Yasir, wajahnya di buat pura-pura sedih agar Qiya tidak jadi marah.

"Ah tau ah! Terusin nih setengah lagi, rasain ngepel itu cape!" Itu hanya alasan Qiya saja agar pekerjaannya di teruskan oleh Yasir. Qiya selalu merasa rugi jadi cewek, setiap hari harus beberes, harus nyapu dan pel, harus masak, rasanya cape walaupun tidak secape Mama nya yang lebih banyak mengerjakan hal itu, Qiya hanya membantu saja sudah bilang cape. Menurut Qiya cowok itu enak! Gak usah ngerjain pekerjaan seperti ini. Yaa contohnya Yasir, kalau libur seperti sekarang kerjaannya hanya tidur, makan, mandi dan ngegame. Jarang sekali di suruh-suruh.

"Alay lo! Cewek kok gitu!" Ledek Yasir yang sudah hapal dengan kelakuan Qiya. Enak saja, ia tidak mau meneruskan pekerjaan orang lain. Apalagi ngepel, alasan saja adiknya ini.

"Pamali heh!!! Terusin sendiri! Bilangin Mama yeuu" ancam Yasir ketika melihat Qiya yang sudah berjalan ke dalam rumah.

Mendengar kata 'pamali' Qiya pun kembali ke luar melanjutkan mengepel lantai yang tinggal setengah jalan. Ya ampuunn, kesal sekali pagi ini, biasalah yaa mood cewek PMS pasti gini. Terlebih lagi, sejak semalam perut Qiya sakit, sumilangeun.

......

"Qiya, sakit? Pucet banget?" Tanya Yasir saat melihat wajah pucat adiknya.

Qiya menggeleng pelan, "biasa urusan cewek!" Jawab Qiya, gadis itu sedang berbaring di sofa ruang keluarga menonton kartun upin-ipin.

"Alay! Emang se sakit apa sih?"

"Dih, rasain nih!"

Yasir mendudukan dirinya di sofa lain yang tidak di tempati Qiya, "iyadeh maaf. Ngamuk wae ti isuk"

"Lagian!! Orang lagi badmood di ajak ngomong!"

Qiya beranjak untuk duduk ketika teringat suatu hal yang ingin ia tanyakan kepada Yasir. "Kalo PPL, kelompok yang udah di tentuin sekolah bisa nego?"

Yasir mengedikkan bahunya, "bisa kali. Gatau"

"Kalo lo satu kelompok sama kak Bara, lo nego aja biar gak satu kelompok, dipindahin kemana gitu. Harus satu kelompok sama kak Fatur ya!!" Saran Qiya dengan antusias.

"Ngatur lo! Terserah gue lah!"

"Ah gak asik!"

.....

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang