39. Cemburu lagi

4 3 0
                                    

Bel istirahat baru saja dibunyikan, para siswa mulai berhamburan untuk menikmati waktu istirahat yang hanya 45menit ini. Begitupun dengan Qiya dan teman-temannya. Mereka langsung beranjak menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar.

Sesekali tawa Qiya terdengar kala Ajeng memulai aksi julidnya. Bukan julid yang menyebalkan, tapi julid yang malah terkesan candaan. Orang-orang yang mendengarnya pun ikut tertawa, korban sasaran julidnya juga tidak merasa tersindir karena mereka sudah paham karakter Ajeng.

Qiya berjalan mundur menghadap Ajeng karena tidak ingin melewatkan sedikitpun candaan Ajeng yang berjalan di belakangnya. Qiya tidak memperdulikan jika ia bisa saja menabrak orang karena tidak melihat depan.

Dan benar saja, punggungnya membentur tubuh seseorang saat di belokan lorong menuju kantin. Cukup keras membuat Qiya meringis memegang pundaknya. Ia menoleh dan menatap orang itu.

Bukannya minta maaf atau bagaimana, Qiya malah terpesona saat melihat siapa yang tabrakan dengannya. Tanpa sadar ia tersenyum saking menikmatinya pemandangan yang memanjakan matanya di jam istirahat ini.

"Heh! Malah bengong," Yasir menepuk bahu Qiya guna menyadarkan adiknya. Tidak bisakan adiknya ini sedikit menjaga imagenya di depan seseorang yang ia sukai? Bagaimana bisa Qiya malah terang-terangan menatap Fatur dengan memuja seperti ini?

"Ish! Sakit tau!"

"Makanya jangan bengong! Bukannya minta maaf malah terpesona" sindir Yasir yang tentu saja membuat Qiya malu setengah mati.

"Si-siapa yang tersepona? Si Rissa kali nih" jawab Qiya lalu mendorong bahu Rissa pelan.

"Terpesona Qiy! Lo ngomong aja tipo heran gue," koreksi Rissa yang tidak menghiraukan tuduhan Qiya tadi. Toh semuanya juga sudah lihat, yang terpesona Qiya bukan dirinya.

"Sorry! Sakit gak?" Tanya Fatur setelah lumayan lama diam. Tatapannya tetap terlihat biasa saja, tapi pertanyaannya membuat Qiya jatuh cinta lagi.

"Hah? Sakit apanya?" Beo Qiya.

Sontak semuanya tertawa mendengar pertanyaan Qiya, kecuali satu orang yang sejak tadi hanya diam memperhatikan semuanya. Hatinya kesal bukan main. Lagi-lagi ia merasa cemburu kepada Fatur. Padahal belum tentu Fatur suka dengan gadis incarannya itu.

Bara mendengus lalu membelah kerumunan antara teman-temannya dan teman-teman Qiya. Ia berjalan menuju warung belakang tanpa menoleh ke arah kerumunan itu lagi.

Ia tidak bisa terus melihat Fatur dengan Qiya seperti tadi. Apalagi Qiya yang sepertinya memang menaruh hati kepada Fatur, terlihat jelas dari tatapan mata gadis itu. Mata yang tidak pernah memberikan tatapan serupa kepadanya bahkan kepada Irham. Ia tahu betul.

Hatinya sakit, kenapa harus Fatur? Kenapa harus teman dekatnya sendiri? Ia bahkan merasa kecewa kepada Fatur padahal ia sendiri tahu, perasaan Qiya memilih siapa bukan kehendak Fatur.

Fatur yang melihat Bara pergi meninggalkan mereka duluan merasa tidak enak. Apa kali ini Bara cemburu lagi? Tapi ia tidak merasa salah untuk yang ini. Fatur dan Qiya tidak sengaja bertabrakan karena gadis itu tidak lihat ke depan saat jalan. Dan apakah ia salah jika menanyakan kondisi Qiya yang awalnya terlihat kesakitan di bagian punggungnya?

Kenapa rasanya ia jadi sedikit terlibat di antara Qiya dan Bara?

......

"Tur, tanya tuh si Bara, masih cemburu sama lo," suruh Riza. Semua orang yang berada di warung belakang merasa tidak nyaman dengan ekspresi wajah Bara. Kentara sekali Bara sedang kesal kepada Fatur karena kejadian tadi.

"Ada apa a?" Bisik Irham kepo. Ia duduk di samping Yasir sambil memakan gorengan yang di jual di warung ini.

"Biasa Qiya," jawab Yasir santai, ia tidak peduli selagi merasa kondisinya masih aman.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang