"Kak, kak Fatur berantem ya? Sama siapa? Kok mukanya bonyok gitu?" Tanya Qiya saat melihat Yasir pulang.
Yasir tak menggubris pertanyaan Qiya, ia tidak tau harus menceritakan apa kepada adiknya. Ini semua berhubungan dengan Qiya, tapi rasanya lebih baik Qiya tidak tahu.
Qiya terus mengikuti langkah kakaknya yang berjalan ke arah kulkas dan mengambil minuman dingin.
"Lo ngapain sih kaya anak ayam ngikutin mulu!"
"Ish!! Lo denger gak gue tanya tadi?"
Yasir menyimpan botol air dingin ke tempatnya lagi, "bukan urusan lo!" Jawabnya dengan sinis.
Padahal jelas, semuanya karena Qiya. Batin Yasir.
Tak menyerah begitu saja. Bukan Qiya namanya kalau tidak mendapat jawaban atas rasa penasarannya. Gadis itu terus mengikuti langkah Yasir bahkan sampai ke kamarnya.
Membuat Yasir merasa sangat jengkel. Ia mendengus, "Qiya.. gak semua pertanyaan lo harus ada jawabannya!"
"Kali ini kayaknya pertanyaan yang paling harus ada jawabannya buat gue! Soalnya gue liat kak Bara juga sama babak belur walaupun lebih parah kak Fatur!"
Yasir menghela nafas. Ia merebahkan badannya di kasur lalu menatap langit-langit kamarnya. "Yang lo khawatirin Bara atau Fatur?"
Qiya mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu, untuk apa ia khawatir. Kalaupun iya sudah jelas jawabannya bahwa ia pasti mengkhawatirkan Fatur.
"Pertanyaan yang gak perlu gue jawab."
Yasir bangun dari tidurnya, menatap adiknya dengan ekspresi malas. "Kalau gitu lo gak perlu tau apa-apa. Stop nyakitin si Bara atau siapapun. Ngerti?"
Qiya berpikir keras karena ucapan Yasir barusan menunjukan tanda bahwa Bara dan Fatur babak belur itu ada hubungannya dengan dirinya.
"Kasih tau gue, mereka berantem dan itu karena gue?!!" Tanya Qiya penuh penekanan. Bahkan sorot matanya menajam menunggu jawaban dari Yasir.
"Gue udah bilang, lo gak perlu tau apa-apa. Ini urusan cowok!"
"Kalo ada hubungannya sama gue ya gue perlu tau!"
Yasir menatap Qiya dengan sinis, "pede banget lo!" Ia beranjak lalu mengambil handuk yang tergantung di dekat pintu kamar mandi.
"Sana balik ke kamar lo. Gue mau mandi."
"GUE GAK AKAN PERGI SEBELUM LO KASIH TAU GUE!" Teriak Qiya karena Yasir sudah masuk ke dalam kamar mandinya.
Qiya duduk di pinggiran kasur Yasir dengan tangan yang dilipat di depan dadanya. Otaknya terus berpikir keras, kenapa sampai harus berantem? Kenapa juga Bara berantem sama Fatur?
"Kak Bara tau gue suka sama kak Fatur? Tapi kan gue jadiannya sama Irham. Kenapa malah ributnya sama kak Fatur?" Gumamnya.
Setelah sekitar 15 menit, akhirnya Yasir keluar dengan memakai kaos dan celana training. "Masih disini? Beneran kepo banget ya lo?"
"Iya ih!!! Jawab gue!"
"Oke!!" Yasir duduk di tengah kasur dengan tangan yang memegang ponselnya, kayaknya mau main game.
"Bara emang ribut sama Fatur seperti dugaan lo, dan itu juga karena lo! Aneh banget bocah kaya lo sampe buat perpecahan gini,"
Qiya diam mendengarkan cerita Yasir sampai selesai. Ia tidak menyangka bahwa Bara akan melakukan hal ini. Qiya juga tidak menyangka bahwa perasaannya akan terbongkar dengan cara seperti ini. Ada rasa bersalah dalam diri Qiya untuk Fatur dan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...