Waktu dua minggu terasa begitu cepat. Akhirnya Gigi dan tim kembali ke Jakarta. Gadis itu merasa lega dengan pencapaiannya kali ini. Semua berjalan dengan lancar walaupun tidak semulus jalan tol tentunya.
Seraya menyeret kopernya dengan malas, Gigi mencari seseorang yang katanya ingin menjemputnya. Padahal gadis itu tak percaya karena orang yang dimaksud itu paling malas disuruh menjemput dirinya jika tidak dipaksa. Kecuali memang keinginannya sendiri.
"Heh bocah tengik!"
Gigi rasanya ingin menggeplak kepala pria yang berjarak satu setengah tahun dengannya itu tatkala ia harus berjalan kaki lumayan jauh untuk menghampiri lelaki itu. Gigi kesal lantaran harus menyeret kakinya lebih jauh dari biasanya. Padahal jika dijemput di dekat terminal kedatangan akan lebih pendek jaraknya.
Gigi juga akhirnya berpisah dengan Sita dan Yudha. Gadis itu harus menahan kesal semenjak sampai di bandara Soekarno-Hatta tadi.
Sedangkan pria yang dipanggil bocah tengik itu hanya menatap jahil Gigi. Rasanya ia senang bisa menjahili sang kakak.
"Selamat datang Kanjeng Ratu Putri Ayu Tirta ing Samudra yang suka kabur-kaburan ke laut dan nggak pulang-pulang. Selamat datang di peradaban dunia yang indah ini."
"Astaghfirullah. Banyak bacot!" potong Gigi cepat ketika Gaga menyapanya dengan sebutan anehnya itu.
"Dih adiknya pulang nggak disambut."
Gaga melontarkan protesnya pada Gigi yang berjalan menuju parkiran dengan ogah-ogahan.
"Berisik, Ga. Shut up!"
"Mbak... Nggak asik lo." Gaga merengek layaknya anak kecil.
"Childish!"
"Mbakk..."
Gaga terus merengek. Entah apa yang membuat pria itu merengek. Padahal seharusnya Gigi yang marah karena dijemput di bagian yang jauh dari terminal kedatangannya.
Gigi lalu memilih melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Jika diladeni di sini, bakalan jadi drama tak masuk akal seperti drama di stasiun cumi terbang.
Akhirnya mereka sampai di mobil yang sudah Gigi hafal di luar kepala. Gadis itu segera masuk ke dalam mobil di samping kemudi.
"Mbak... Aku baru pulang loh dari Inggris semalam. Kenapa Mbak nggak bilang kangen ke Gaga? Aku juga masih jet lag tapi udah jemput Mbak di bandara." Gaga kembali berbicara saat mereka sama-sama berada di dalam mobil.
Gigi yang mulai jengah akhirnya menanggapi sang adik.
"Siapa suruh kamu jemput mbak? Mbak kan udah bilang kalau mbak bisa pulang sendiri. Tapi kamunya yang ngeyel. Kini gantian mbak yang kamu salahin karena masih capek."
"Mbak nggak asik!"
"Minimal kita melepas rindu dengan berpelukan layaknya sibling goals."
Gigi mendengus. Lalu atensinya menatap Gaga dengan malas.
"Mau minta apa?"
Gigi yang sedari tadi menahan diri untuk tidak terpancing oleh sang adik akhirnya menyerah. Sedangkan Gaga sudah tersenyum penuh kemenangan.
"Janji bilang bakal nyanggupi?"
Gigi mengerutkan dahinya. Biasanya kalau begini, Gaga mintanya aneh-aneh.
"Say yes, please."
"Nggak lagi minta yang aneh-aneh, kan, Ga?" tanya Gigi penuh dengan rasa curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Romanzi rosa / ChickLitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...