"Anjirr... Kenapa pada bawa pasangan, sih? Kayaknya kita doang yang cewek berdua deh, Gi."
Mata Alen menyapu ke arah bangku penonton yang mayoritas diisi oleh pasangan sembari bergumam merutuki nasib mereka berdua. Dari padangan matanya, beberapa penonton yang berpasangan tampak romantis.
"Nggak sekalian tadi Latif lo ajakin ke sini?"
Alen seketika cemberut. "Dia sibuk. Gue nyamperin ke Jogja tiba-tiba dia malah lagi di Wonogiri. Besok baru balik."
"Syukurlah gue nggak jadi obat nyamuk," sahut Gigi santai. Sedangkan Alen langsung mendengus.
Konser musik akan dimulai 30 menit lagi, namun bangku penonton sudah penuh. Gigi kini sibuk berbalas pesan dengan salah satu kawan SMP-nya yang berasal dari Jogja.
"Nanti nggak usah nyari penginapan, Len. Pulang ke rumah temen gue aja," ujar Gigi kemudian.
"Eh serius? Nggak ngerepotin, nih?" Alen agak ragu karena takut membuat tuan rumah repot dan sebagainya.
Gigi menggeleng. "Nggak. Dia bilang tidur di rumahnya aja. Gue juga baru bisa ketemu dia setelah bertahun-tahun nggak ketemu. Anggap aja gue mau reunian sama dia, Len."
"Alamatnya di mana?"
"Katanya deket Keraton. Nanti gue yang nyetir deh. Kalau sekitar situ gue paham." Alen lalu mengangguk setuju.
Tak lama kemudian, para jajaran pemain musik ala semi orkestra memberikan salam sambutan dengan membawakan intro yang begitu memukau. Ditambah lagi komposer lagu yang sudah kondang di berbagai aksi pagelaran musik tanah air.
"Gi, yang main ukulele cakep juga ya," celetuk Alen tiba-tiba saat tembang pertama dibawakan. Tembang dari grup musik kawakan Kla Project, Yogyakarta, menjadi pembukaan pada acara musik malam ini.
"Mata dijaga, inget, ada Latif."
Alen hanya terkekeh pelan. Memang ia sengaja, lagipula benar jika pemain ukulelenya ganteng.
Sementara itu, Gigi lebih memilih menikmati suasana yang ada. Lagu yang dibawakan sangat memanjakan telinganya. Perpaduan jazz, keroncong, dan orkestra adalah ramuan musik yang begitu indah. Patut Gigi akui, musik ini memang tidak banyak masuk di telinga anak muda, namun baginya musik ini punya ruh yang begitu kuat ketika didengarkan secara khidmat. Apalagi jika lagunya bermakna begitu dalam.
Tiga jam tak terasa berlalu. Tembang terakhir yang dibawakan yaitu lagu Bengawan Solo. Gigi ingat, lagu ini pertama kali ia dengar ketika almarhum akungnya yang memutar siang-siang sehabis mendengarkan ketoprak saat dirinya berusia 6 tahunan.
"Puas banget gue.. Setelah gue pusing ngurus kasus artis cere yang nggak kelar dramanya, akhirnya gue dapat secercah inspirasi. Untung ada lo yang mau gue ajak kabur sebentar," celoteh Alen sesaat konser selesai.
"Itung-itung refreshing, Len. Gue juga suntuk ngurus kerjaan. Rasanya pengen rebahan seharian, tapi endingnya gue tidur seharian, nggak enak di badan. Mending cabut aja."
Alen mengangguk setuju. Baginya waktu libur lebih bermanfaat digunakan untuk jalan-jalan ketimbang digunakan untuk tidur seharian di kamar.
Selanjutnya mereka meninggalkan lokasi konser menuju rumah teman Gigi. Butuh satu jam untuk sampai di sana karena macet. Gigi sempat bingung dengan maps yang diberikan, namun akhirnya bertemu ketika temannya itu menjemputnya di depan gang menuju rumahnya.
"Langsung bawa masuk aja, Gi. Soalnya setelah ini gerbang mau di tutup sama penjaga."
Gigi segera memasukkan mobilnya ke pelataran rumah bergaya khas Jawa kuno yang begitu luas. Lalu ia segera turun bersama dengan Alen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
ChickLitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...