Bathypelagic

7.9K 1.2K 117
                                    

Gigi memperhatikan ikan cupang dalam wadah kaca berukuran sedang. Gadis itu menopang dagunya di atas meja belajarnya dan menatap ikan yang tengah berenang itu dengan seksama.

Gigi merasa suntuk. Hendak mengerjakan project-nya, namun ia malas. Hendak membaca buku, ia juga malas. Alhasil Gigi hanya memandang ikan yang tengah berenang dengan bebas di dalam wadah kaca itu.

Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk. Sang bunda masuk ketika Gigi mempersilahkannya masuk.

"Mbak, ada Kama di bawah," ujar Grahita. Gadis itu seketika menatap gawainya. Namun, tak ada pesan dari laki-laki itu.

Gigi lalu mengangguk. Gadis itu segera mengambil kerudung dan menemui Kama. Rumah kembali sepi karena aunty Hazal dan uncle Dimitri sedang berlibur ke Bali dan sudah berangkat tadi pagi. Grahita dan Gandhi tak ikut karena alasan kesehatan. Sedangkan Gigi masih sibuk dengan pekerjaannya.

Gigi menemui Kama yang duduk di ruang tamu. Laki-laki itu tampak sangat rapi dengan kemeja warna biru muda. Kama seketika berdiri ketika melihat Gigi datang.

"Hai, Gi," ujar lelaki itu agak canggung.

Gigi mengangguk. "Iya, Ma. Ada apa, ya?" tanya gadis itu seraya duduk dan diikuti oleh Kama.

Kama lalu mengambil goodie bag dan menyerahkannya pada Gigi. "Apa ini?" tanya Gigi saat Kama memberikan padanya.

"Dari mama buat kamu, Gi," ujar lelaki itu dengan tersenyum.

"Ya ampun nggak perlu repot-repot, Ma." Gigi akhirnya menerimanya.

"Nggak apa-apa, Gi. Itu nasi kebuli kesukaan kamu. Mama kebetulan membuat banyak dan ingat kamu."

Gigi menatap Kama. "Lain kali nggak perlu repot-repot, ya? Jauh loh ke sini."

Kama tersenyum. "Nggak apa-apa, Gi. Mama memang pengen ngasih kamu, kok," ujarnya dengan tenang.

Namun di sisi Gigi, ia merasa bahwa Kama masih mengharapkan dirinya. Begitupun tante Khadijah. Setelah penolakan yang tanpa pikir panjang itu, Kama masih saja mendekati dirinya. Entah bertanya kabar sampai lain-lainnya.

"Kalau gitu aku pamit ya, Gi? Aku harus ke rumah sakit. Ada pekerjaan malam ini," ujar pria itu seraya berdiri.

Gigi pun ikut berdiri dan mengangguk. Lalu mengantarkan Kama keluar dari rumah.

"Hati-hati, Ma," ujar gadis itu kemudian.

Kama mengangguk dan tersenyum. "Iya, Gi."

"Hmm aku mau tanya, Gi."

"Iya?"

"Apakah masih ada kesempatan?" tanya lelaki itu gamblang. Kama masih berharap penuh dengan Gigi. Sekalipun penolakan tegas dari gadis itu.

Gigi menghela napasnya panjang. "Apa yang kamu harapkan dari aku, Ma? Rasa itu nggak bisa dipaksakan. Kalau kamu berpikir dengan memberikan barang atau perhatian sehingga aku berubah pikiran, itu salah. Lebih baik kamu tidak perlu memberikan apapun itu padaku. Kamu tahu 'kan itu pamrih namanya."

Kama terdiam menatap Gigi. Lalu memilih tersenyum kecut. "Baiklah. Sepertinya aku berlebihan. Jangan lupa dimakan, Gi. Selamat malam."

Lalu pria itu berbalik dan menuju mobil. Kama tak banyak bicara dan segera meninggalkan Gigi.

Sementara itu, Gigi menatap goodie bag yang berada di tangannya. Ia berdecak pelan. Lalu ia menaruhnya di dapur dan kebetulan ada sang asisten rumah tangga.

"Mbak Ut mau nasi kebuli, nggak?"

"Nasi kebuli? Mau, Mbak."

Gigi tersenyum. Lalu memindahkan makanan yang ada di goodie bag ke atas meja.

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang