Batial

7.2K 1.1K 100
                                    

"Mbak ada bang Kama datang," ucap Gaga pada Gigi yang sedang membuka laptop. Gadis itu berbalik dan menatap Gaga di ambang pintu. Sengaja pintu kamarnya ia buka karena tidak ditempati selama beberapa hari ini. Hal ini pula bertujuan agar kamarnya tidak pengap.

"Kama? Ngapain?" tanya Gigi mengernyit bingung.

Gaga berdecak. "Ya jenguk lo lah, Mbak. Masa mau main karambol."

Gigi memutar bola matanya malas. Lalu kembali mematikan laptopnya. Ia belum memegang gawainya sampai sekarang. Rencananya besok pagi saja ia mulai kembali memegang gawainya.

"Kok bisa tahu mbak sakit?"

"Kemarin whatsapp gue. Doi tanya kenapa whatsapp-nya lo nggak aktif. Di telepon juga nggak diangkat. Terus gue jelasin deh."

"Ya udah cepetan ditemui, Mbak," ujar Gaga sambil berlalu.

Kemarin Gigi sengaja mengabaikan banyak panggilan yang masuk. Ia memang tidak mematikan datanya sama sekali. Alhasil gawainya mendadak ramai di beberapa waktu dan ia membiarkannya.

Gigi lantas mengenakan kerudung instant-ya dan menemui Kama di bawah. Laki-laki itu ternyata sudah duduk di ruang tamu.

Kama lantas berdiri. "Gi, gimana kabarnya?" sapa Kama pada Gigi.

Gigi tersenyum. "Alhamdulillah udah lebih baik."

Kama tersenyum dan mengangguk. "Syukurlah. Maaf ya baru bisa jenguk kamu hari ini."

Gigi mengangguk memaklumi, lalu ia duduk disusul oleh Kama. "Iya nggak apa-apa kok. Maaf kalau beberapa hari ini kamu whatsapp atau telepon tapi nggak dibalas."

Kama tersenyum ringan. "No problem. Seharusnya memang begitu. Kamu fokus ke kesembuhan dulu."

Beberapa hari yang lalu Kama menghubungi Gigi beberapa kali. Namun tidak kunjung direspon oleh Gigi. Ia sempat khawatir ada sesuatu yang menimpa Gigi dan setelah bertanya Gaga, Gigi ternyata sedang sakit.

"Tante Khadijah gimana kabarnya?" tanya Gigi kemudian.

"Alhamdulillah baik. Oh iya, mama titip salam dan titip ini."

Kama mengambil bingkisan yang sebelumnya ia letakkan di sampingnya. Laki-laki itu menyerahkannya pada Gigi.

"Eh ini apa? Ya Allah nggak perlu repot-repot, Ma," ujar Gigi sungkan. Selalu saja tante Khadijah memberikan dirinya bingkisan.

"Nggak apa-apa. Diterima, ya?"

Gigi akhirnya menerima dan tersenyum. "Terima kasih ya, Ma. Maaf ngerepotin." Baginya hal itu adalah bagian dari rezeki yang harus ia terima dan syukuri.

Kama menggelengkan kepalanya seketika. "Nggak ada yang direpotin kok."

Tak lama kemudian, satpam yang menjaga memberitahu jika ada tamu lagi yang datang. Satpam menjelaskan jika ada tamu bernama Alen. Gigi langsung meminta sang satpam agar mempersilahkan mereka untuk segera masuk.

"Gigiii,,," ujar Alen heboh. Gadis itu langsung memeluk Gigi yang sedang duduk.

Namun mata Gigi justru fokus ke arah Latif yang berada di belakang Alen. "Lo bukannya-"

Alen tersenyum lebar. "Nanti gue cerita, ya!"

"Sorry babe, gue tiga hari ini sibuk banget. Maaf ya baru bisa jenguk lo," ujar Alen penuh rasa bersalah.

Gigi mengangguk memaklumi. "Nggak apa-apa, Len. Terima kasih loh udah datang ke sini."

Tatapan datar Gigi kini mengarah pada Latif yang tampak salah tingkah. Tatapan Gigi tak mengenakan sama sekali untuk dipandang. Ia tahu makna tatapan itu.

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang