Gigi berjalan mendekat ketika Caca melambaikan tangannya ke arahnya. Dengan dress yang simple, Gigi tampak anggun di acara pernikahan Sita dan Yudha. Saat ini, ia sedang berada di Cirebon karena Sita menggelar acara pernikahannya di kota kelahirannya.
"Foto dulu yuk, Mbak."
Gigi dan Caca langsung mendekat ke arah pelaminan. Di sana sudah ada teman-teman yang dulunya satu divisi dengan Gigi.
"Nggak ngajak laki lo, Gi?" tanya Fara kemudian.
"Biasa, laki dia 'kan sibuk sekali," sahut si pengantin yang sudah gatal ingin ikut menimbrung. Sementara itu, Gigi hanya terkekeh pelan.
Lalu mereka bersiap untuk berfoto bersama. Berbagai gaya telah mereka peragakan untuk foto ini. Mungkin Sita harus menambah roll foto karena kawan-kawannya itu banyak mengambil foto bersama.
"Lo di sini aja ya, Gi. Jangan balik ke Jakarta dulu," pinta Sita kemudian. Ia berharap Gigi bisa menemani dirinya setidaknya sampai sore nanti.
Gigi terdiam sejenak. Ia seperti menimang sesuatu.
"Gue harusnya besok mau membahas pengajuan, Si. Tapi nggak apa-apa, deh. Nanti malam gue baru balik."
Sita langsung tersenyum. "Makasih ya, Gi."
Gigi tersenyum dan mengangguk. "Kalau gitu gue turun dulu. Kasihan tamu lo yang mau ke sini."
Setelah itu, Gigi memilih menghampiri Fara yang tengah sibuk berbincang dengan teman-temannya.
"Lo balik kapan, Far?"
"Sore, Gi. Suami gue rewel nanya kapan gue balik."
"Suami lo udah pulang?"
"Udah. Sekitar sejam yang lalu. Makanya gue pusing ini si suami nanyain terus kapan gue balik." Suami Fara berprofesi sebagai konsultan kontruksi yang kerap keluar kota sehingga Fara dan suami sering LDR.
Gigi hanya terdiam. Ia tak punya teman pulang.
"Lo pulang kapan?"
"Pengennya siang. Tapi Sita masih pengen gue di sini dulu."
"Pulang sendiri berarti?"
Gigi langsung mengangguk. "Terpaksa. Sebenarnya gue mau ngajak lo pulang bareng."
"Ah sorry banget, Gi. Gue udah beli tiket kereta."
Gigi mengangguk dan tersenyum. "Iya nggak apa-apa, Far."
"Lo hati-hati ya nyetirnya, soalnya malam."
Gigi kembali mengangguk. "Pasti, Far."
"Eh sebentar, ya. Gue mau ngangkat telepon dulu."
Gigi langsung pamit keluar gedung pernikahan karena gawainya berdering. Langsung saja ia melihat siapa yang menghubunginya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Balik kapan?" tanya Rakyan di seberang sana.
"Nanti habis maghrib kayaknya."
"Sendiri?" tanya Rakyan kembali.
"Iya, temen-temen udah punya tiket kereta sama bawa kendaraan pribadi masing-masing."
"Ya udah hati-hati. Apa aku jemput?"
Gigi seketika melebarkan matanya. "Eh ngapain? Aku nggak apa-apa kok pulang sendiri. Lagian Cirebon Jakarta itu palingan 3 jam lebih dikit, mentok 4 jam-an."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
ChickLitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...