"Bun, masakin sayur asem dong," pinta Gigi pada sang bunda yang tengah sibuk di dapur.
"Bukannya kamu bisa buat sendiri? Kenapa minta bunda?" sahut Grahita yang masih sibuk membuat kue.
Gigi seketika mencebik. "Kangen masakan bunda."
"Mbak Gigi tambah cantik sekarang," puji mbak Ut tiba-tiba yang baru saja kembali ke dapur setelah mengambil beberapa sayuran di belakang. Gigi seketika tersenyum lebar mendengar pujian tersebut.
"Mbak Ut gimana kabarnya? Udah dapat temen bertukar informasi, kah?" tanya Gigi dengan nada jahil.
Mbak Ut tersenyum lebar. "Tapi tetep solid sama Mbak Gigi, sih." Mereka seketika tertawa bersama.
"Udah izin suamimu, kan?" tanya Grahita kembali.
"Udah Bun. Dia malahan yang nyuruh Gigi ke sini biar nggak suntuk di rumah."
"Kegiatan di Jala aman?" tanya Grahita lagi.
Gigi mengangguk. Di depannya sudah ada satu cup es krim berukuran sedang yang baru saja ia ambil dari kulkas.
"Alhamdulillah aman. Di sana nggak sekedar acara formal, tapi kita juga ada bakti sosial ke masyarakat. Itu yang bikin Gigi betah. Nggak sekedar kumpul-kumpul aja."
Gigi lalu memilih bangkit dari duduknya dan menuju bufet dapur bagian atas.
"Syukurlah."
"Ada cookies dua toples yang bisa Gigi bawa nggak?"
Gigi kini tengah sibuk mencari makanan di atas bufet dapur tersebut.
Grahita mengernyitkan dahinya. "Bukannya kamu bisa buat sendiri?"
"Males, Bun. Mood Gigi lagi nggak baik akhir-akhir ini. Nanti pulang bawain sambel teri sama kentang balado, ya."
Grahita langsung berdecak. "Kamu sekalinya ke sini kayak mau balik ke Amerika, rempong."
Gigi langsung tertawa lepas. "Lebih rempong ke Amerika dong. Nggak inget dua koper isinya makanan semua?"
"Bunda dulu takut kalau kamu kangen makanan Indonesia. Bunda tahu kalau kamu udah fokus sama sesuatu, magernya nggak ketolong, bahkan buat sekedar cari makan. Makanan yang udah ada di rumah aja kamu males ambil, apalagi misalnya kamu harus nyari makan di luar. Bukannya pulang dari Amerika tambah glowing, tapi malah kurus kerontang."
Gigi kembali terkekeh pelan. Ia kini sibuk menyendokkan es krim ke mulutnya.
"Tumben-tumben ada es krim di kulkas, Gaga yang beli?" tanya Gigi kembali. Biasanya kulkas hanya terisi es krim bila dirinya yang beli.
"Ayah yang beli satu kotak kemarin. Nggak tahu kenapa tiba-tiba pengen es krim, kayak anak kecil aja."
Gigi mengangguk-angguk. "Es krim sebenarnya bisa bikin mood bagus dan bikin ceria, Bun. Kali aja ayah sedang berstrategi menolak tua."
Grahita langsung berdecak. "Mana ada. Aneh-aneh aja ayahmu itu."
"Oh iya, ayah kemana? Nggak kelihatan dari tadi." Sedari tadi Gigi tak melihat sang ayah yang biasanya mondar-mandir di rumah.
"Loh kamu nggak tahu kalau ayah pergi ke Bandung sehabis subuh tadi?"
Gigi menggeleng. "Ngapain ke Bandung?"
"Ada acara kumpul angkatan Akmilnya dulu."
"Bunda nggak ikut?"
"Undangannya buat ayah doang, nggak bawa pasangan. Harusnya sih iya, biar bunda ketemu temen-temen organisasi dulu. Nggak tahu kenapa malah bapak-bapaknya doang yang buat acara kumpul. Apa mereka tertekan ya tiap kita ikut acara?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Literatura KobiecaJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...