Suasana hening tercipta ketika baik Gigi maupun Rakyan memilih menikmati perjalanan mereka. Ralat. Tepatnya Rakyan yang tampak menikmati. Sedangkan Gigi masih tak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki itu.
Setelah orang tuanya pulang, Rakyan benar-benar mengajak dirinya pulang ketika sudah bertemu dengan sang pengantin. Laki-laki itu benar-benar merealisasikan ucapannya pada Grahita dan Gandhi.
"Kenapa diem?" tanya Rakyan tiba-tiba. Gigi yang awalnya menopang dagunya sembari menatap jalanan di sebelah kiri lantas menoleh ke arah Rakyan.
"Kayaknya saya yang bodoh kenapa harus mengikuti kata kamu dan mau diantar pulang," ucap Gigi tanpa ekspresi.
Sementara itu, Rakyan langsung menarik sudut bibirnya ke atas. "Sudah tahu kenapa diteruskan?" sahut laki-laki itu tanpa pikir panjang.
Gigi menaikkan alisnya sebelah kiri. "Jadi anda terpaksa?"
Rakyan menoleh sekilas ke arah Gigi. "Siapa yang bilang? Dan satu lagi, jangan panggil saya dengan sebutan anda. Saya bukan atasan kamu."
Gigi mendengus. Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berbicara dengan Rakyan ternyata juga membutuhkan tenaga ekstra.
"Sepertinya kamu benar-benar belum bisa berdamai dengan saya," ujar Rakyan kemudian.
Gigi kembali menoleh ke arah Rakyan. "Berdamai macam apa, Tuan? Saya sudah mengatakan kalau saya tidak masalah dengan apapun yang sudah terjadi. Saya hanya merutuki kebodohan saya yang malah ikut dengan orang asing seperti sekarang ini."
Rakyan menaikkan sebelah alisnya. "Jadi saya orang asing? Setelah sering bertemu tidak sengaja maupun sengaja?"
"Sejak kapan anda teman saya?" sanggah Gigi dengan nada malas.
"Sejak saat ini. Kita teman. Final!" sahut Rakyan tanpa pikir panjang.
Gigi melebarkan matanya. "Mana bisa begitu? Anda siapa mengatur saya?"
"Sudah saya beri tahu untuk tidak memakai anda," sahut Rakyan cepat.
Gigi mendengus. "Dasar pemaksa dan arogan!" kata Gigi dengan nada kesal.
Sementara itu, Rakyan tak terpengaruh. Laki-laki itu tetap fokus menjalankan mobilnya.
"Turunkan saya di sini! Saya tidak mau anda mengantarkan saya pulang," ucap Gigi kemudian dengan nada serius.
Rakyan kembali tak menggubris. Sedangkan Gigi sudah dibuat jengkel setengah mati.
"Tur-"
Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Rakyan meminta Gigi untuk menahan kalimatnya karena ia menerima telepon. Lalu lelaki itu memilih menepikan mobilnya di pinggir jalan untuk mengangkat telepon.
Sedangkan Gigi seakan punya kesempatan untuk keluar mobil. Namun sayang, pintu sudah dikunci oleh Rakyan yang sekarang tampak serius dengan teleponnya.
"Apa? Ibu masuk ke rumah sakit?" ulang Rakyan dengan nada kaget dan spontan.
Lalu dengan sekali putar, Rakyan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sementara itu, Gigi hanya bisa diam tak berkutik karena Rakyan mengendarai mobilnya dengan begitu cepat dan cenderung ugal-ugalan.
"Kalau kamu mengendarai mobil seperti ini, bisa jadi kita berdua akan langsung berpindah alam," celetuk Gigi mengingatkan Rakyan untuk tidak ugal-ugalan.
"Ibu masuk rumah sakit dan nggak ada yang baik-baik saja!"
"Iya saya tahu. Tapi jangan membuat diri bahaya juga," sahut Gigi dan berhasil membuat Rakyan lebih tenang dalam mengendarai mobilnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/264994546-288-k569727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Chick-LitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...