Epipelagic

7.6K 1.1K 91
                                    

Sembari menatap jalanan yang ramai, Gigi mengembuskan napasnya panjang seperti membuang energi negatif yang berkumpul di dalam tubuhnya. Ia kembali meneguk air putih dalam botol kemasan. Satu kaleng soda telah tandas dan ia biarkan tergeletak di atas meja sebuah mini market yang terkenal itu.

Setelah meninggalkan Kama, Gigi memilih berjalan sekitar 150 meter sampai akhirnya bertemu dengan mini market tersebut. Lalu gadis itu memilih membeli minuman dan langsung meminumnya di sana. Pikirannya mendadak kusut dan penuh. Alhasil ia melampiaskan pada satu kaleng soda. Padahal ia sudah menghindari minuman soda dengan mati-matian. Namun karena sedang tak baik-baik saja, Gigi memilih melanggar komitmennya itu.

Gigi lalu menatap arlojinya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Dengan memberanikan diri, Gigi memesan ojek online. Terpaksa ia melakukan hal ini. Ia sebagai manusia apalagi perempuan yang rentan terkena kekerasan, agak takut pulang sendiri malam-malam begini. Namun ia mencoba membesarkan hatinya untuk pulang dengan ojek online. Ia tak bisa meminta Gaga untuk menjemputnya karena akan bertambah runyam karena Gaga pasti akan menginterogasinya habis-habisan.

Saat memesan ojek online, ia kaget karena mendapatkan driver perempuan. Gigi kira akan mendapatkan driver laki-laki, namun ternyata malah sebaliknya. Sedikit lega, tapi agak aneh karena ini sudah malam.

Tak lama kemudian, ojek online yang Gigi pesan datang. Gigi menghampiri driver tersebut. Si driver perempuan membuka kaca helm dan menyapa Gigi dengan ramah, lalu memberikan helmnya.

"Habis pulang kerja ya, Kak?" tanya driver itu kemudian.

Mereka berada di kecepatan sedang dan membelah jalanan ibu kota yang masih ramai lancar ini.

"Oh nggak, Kak. Nggak mungkin orang kerja pakai gamis pesta gini," sahut Gigi dengan nada humornya.

Si driver tertawa kecil. "Jarang saya mendapatkan pelanggan perempuan, Kak. Alhamdulillah sekali dapat pelanggan kayak kakaknya ini," ujarnya kembali.

"Kenapa kalau laki-laki, Kak?" tanya Gigi penasaran.

Sang driver terkekeh pelan. "Menurut saya, nggak ada ruang aman yang benar-benar aman untuk perempuan. Agak trauma membawa penumpang laki-laki. Beberapa kali pernah terkena pelecehan, Kak. Tapi demi pekerjaan, saya harus bertahan."

Gigi terdiam. Hidup benar-benar keras. Bahkan perempuan yang seharusnya mendapatkan lingkungan yang aman di tempat kerja, kini terampas oleh segelintir orang yang mengutamakan nafsu binatangnya.

"Kalau boleh tahu kakak namanya siapa?" Gigi tak memperhatikan dengan baik nama driver yang ia pesan tadi sehingga Gigi kembali bertanya.

"Saya Nurul, Kak. Kakak siapa?"

"Saya Gigi."

"Oh Kak Gigi. Salam kenal, ya," sapa Nurul dengan begitu ramah. Gigi pun membalasnya tak kalah ramah juga.

"Ngomong-ngomong, udah berapa lama jadi driver ojol, Kak?" tanya Gigi kemudian.

"Wah saya baru setahunan, Kak. Aslinya juga bukan orang Jakarta. Saya asli Salatiga dan merantau ke Jakarta."

Gigi yang berada di belakang Nurul mengangguk-anguk pelan. Bahkan perjalanan mereka terasa menarik dengan saling berbicara. Nurul pun tampak santai membawa motornya. Apalagi perjalanan mereka lumayan memakan waktu.

"Kakak kok mau ngambil orderan saya yang lumayan jauh? Nggak takut udah malam, Kak?" tanya Gigi lagi. Ia tertarik untuk bertanya dan bertanya.

Nurul tertawa kecil dengan mata fokus ke google maps dan jalanan. "Kalau untuk pekerjaan, saya insyaallah loyal, Kak. Demi uang kos-an, saya rela nganterin ke mana saja."

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang