Gigi melipat tangannya di dada sembari duduk di deretan bangku yang berada di lorong rumah sakit. Sampai akhirnya ia menoleh ke arah kiri di mana Rakyan tiba-tiba berdiri tinggi di sampingnya.
"Bagaimana keadaannya om Gandhi sekarang, Gi?" tanya Rakyan yang memasukkan tangannya ke dalam jaketnya. Lalu laki-laki itu ikut duduk di samping Gigi.
"Alhamdulillah udah lumayan membaik. Ayah juga baru saja tidur. Maaf belum bisa dijenguk," jawab Gigi kemudian.
Rakyan mengangguk mengerti. "Om sakit apa?" tanya Rakyan kemudian.
"Kelelahan. Tiba-tiba pingsan dan harus dirawat di sini," sahut Gigi langsung.
Rakyan hendak bertanya kembali, namun sosok laki-laki muda membuat mereka menoleh ke arah pemuda itu. Gaga dengan cepat menatap Gigi dan Rakyan bergantian.
"Udah mandi belum?" tanya Gaga pada Gigi.
"Pertanyaan retoris. Udah cepet masuk temui bunda," balas Gigi cepat.
Gaga berdecak. Lalu menatap Rakyan dengan seksama.
"Pacar lo?" tanya Gaga tanpa pikir panjang. Sedangkan Rakyan memilih menatap Gaga dengan seksama.
"Kalian pacaran, kan?" tanya Gaga pada Rakyan. Sedangkan laki-laki itu memilih melirik ke arah Gigi yang menatap jengah sang adik.
"Ga, nggak penting lo tanya begitu. Mending lo masuk gih temui bunda," sahut Gigi yang enggan memperpanjang pertanyaan yang mana dirinya juga terlalu ribet untuk menjawabnya.
"Padahal kalau iya 'kan gue tinggal laporan ke grup keluarga."
"Ayo lo jawab sebagai cowok. Eh ngomong-ngomong umur lo berapa?" tanya Gaga yang semakin tak masuk akal. Sedangkan Gigi hanya meringis. Ia tak tahu mengapa Gaga bisa se-random itu.
"Saya 29."
"Oke gue panggil Mas. Nama lo siapa?" Gigi menatap Gaga tak percaya. Mengapa adiknya sangat percaya diri seperti ini?
"Saya Rakyan. Panggil saja Raky jika kesusahan mengejanya."
"Oke Mas Raky, apakah lo pacar Mbak Gigi? Lo pasti tentara. Jawab cepet."
Rakyan lalu menatap Gigi yang sama menatapnya. Jadilah mereka saling tatap dan membuat Gaga jengah.
"Haish! Kenapa malah kayak Ftv?!" gerutu Gaga dan akhirnya memilih meninggalkan pasangan tak jelas itu. Yang pasti, Gaga menyimpulkan ada sesuatu di antara mereka. Dan pandangan Gaga, Rakyan-lah yang gencar mendekati kakaknya yang tidak peka setengah mati itu, persis sang bunda.
"Sorry, adek gue emang nggak jelas. Makanya gue biarin aja. Capek kalau diladenin."
Bukannya ilfil, Rakyan justru tersenyum dan terkekeh pelan. Baginya sosok lelaki macam Gaga adalah lelaki yang asik. Ia mengakui, sosok seperti dirinya adalah sosok yang membosankan. Berbeda dengan sosok Gaga yang mudah berbaur dan ramah.
"Adik lo asik orangnya," timpal Rakyan.
Gigi hanya tergelak pelan. Belum tahu kelakuan Gaga kalau di rumah. Tambah tidak jelas dan membuat jengkel sampai langit ketujuh. Namun beruntungnya, sifat itu tidak terbawa dalam pekerjaan dan urusan pentingnya.
"Mau ngomong serius apa?" tanya Gigi kemudian. Ia menunggu hal itu sedari tadi.
Sedangkan Rakyan terdiam sejenak. Lalu berusaha menemukan jawaban diplomatis.
"Emm, udah makan belum?"
Gigi menatap Rakyan. "Jauh-jauh dari barak cuma tanya begitu? Serius, Ky?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Chick-LitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...