Neritik

7.2K 1.1K 72
                                    

Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara, seakan menjadi teman Gigi untuk ia singgahi setiap hari. Pagi di Jakarta Pusat, siang bisa di Jakarta Utara, dan malam ia bisa di Jakarta Timur. Melelahkan? Sangat. Bahkan Gigi rasanya ingin meminjam senjata Nagarupa milik Prabu Antareja yang bisa membuat dirinya lebih kuat dan bisa menyelesaikan semua urusannya hanya dengan sekejap mata. Namun sayang, ia hanyalah manusia modern yang tak bisa menggunakan semacam ajian untuk bisa menyaingi ilmu kanuragan level tinggi itu.

Meninggalkan keresahan Gigi yang sibuknya setara seperti bapak Presiden, gadis itu kini tengah melakukan presentasi di depan para jajaran kementerian serta tamu. Badannya agak hangat sejak tadi pagi, tapi Gigi paksa untuk tampil maksimal. Semoga saja tekanan darahnya tidak di bawah 90 atau dirinya akan nge-drop.

Dengan penyampaian yang padat dan jelas, Gigi mampu menyampaikan poin laporan mengenai kerja sama ekspor ikan di Kepulauan Maluku dengan sektor pangan asal Maroko. Setelah riset lebih dari sebulan itu, akhirnya mereka menggelar presentasi mengenai hasil riset. Dengan penggunaan bahasa Inggris yang jelas dan mengesankan, Gigi mampu memberikan penjabaran yang baik. Setiap kali ia memaparkan hasil analisanya, ia selalu menekankan pentingnya memperhatikan lingkungan yang menjadi tempat produksi. Pentingnya menjaga dan tidak merusak lingkungan adalah poin utama yang Gigi selalu perhatikan. Ia setuju jika alam dimanfaatkan secara optimal, namun ia akan menentang keras bagi yang merusak alam dengan alasan apapun itu, sekalipun berdalih untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.

Paparan presentasi telah selesai dan digantikan dengan sesi tanya jawab. Selama sesi tanya jawab berlangsung, Gigi sulit untuk fokus. Mendadak kepalanya pening dan rasanya ingin merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Namun Gigi masih berusaha menahannya hingga rapat selesai.

Akhirnya rapat selesai dan Gigi bisa bernapas lega. Akhirnya ia bisa bernapas lebih lepas dan istirahat sebentar. Hasil kabur ke Kepulauan Maluku selama seminggu dan analisis 3 minggu kemarin, cukup memuaskan untuk standar kerja sama Internasional.

"Ya ampun, lo pucet banget, Gi. Lo habis dibantai habis-habisan sama mereka?"

Sita berkata dengan heboh saat Gigi masuk ke dalam ruangan mereka. Yudha yang mengerjakan tugasnya lantas menoleh ke arah Gigi yang berjalan menuju tempat gadis itu.

Gigi menggeleng. Gadis itu memberikan senyumannya. Lantas ia mengambil obat yang biasa ia minum ketika tubuhnya mulai merespon rasa lelah dan pening.

"Lo istirahat dulu di ruang kesehatan ya, Gi? Ih pucat banget loh."

Sita berdiri dari duduknya dan berkata dengan khawatir. Gadis itu lantas menghampiri Gigi dan memegang tangannya.

"Eh, demam lo?" Sita menatap Gigi cemas.

"Yud, kenapa lo diam sih! Gigi sakit, nih!"

Yudha lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri dua gadis itu. "Lo istirahat dulu, Gi. Masalah pekerjaan, nggak usah dipikirkan. Lo akhir-akhir ini juga sibuk banget. Istirahat dulu, yah."

Gigi menggeleng pelan. "Gue udah minum obat kok. Mau istirahat bentar di sini. Nggak enak gue belum setor kerjaan ke pak Dirjen padahal gue udah janji."

Sita menatap Yudha. Gadis itu pun tak bisa memaksa. Akhirnya lewat tatapan Yudha, Sita memilih mengalah dan tidak memaksa Gigi untuk istirahat di ruang kesehatan. Kemudian mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.

Gigi lalu memilih menangkupkan kepalanya di atas meja. Kini malah kepalanya berputar-putar lumayan terasa berat. Namun seperti biasa, ia bisa menahannya.

Rasanya baru saja memejamkan matanya, gawainya kini berbunyi. Gadis itu lalu mengangkatnya. Ternyata dari bapak Dirjen langsung.

Gigi diminta datang dengan membawa data yang telah dipresentasikan tadi. Ia menghela napasnya berat. Rasanya sudah mulai oleng badannya.

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang