Baru pertama kali ini Gigi melihat pertandingan panahan secara langsung. Biasanya, ia hanya melihat dari siaran televisi atau pun streaming online.
Gigi dan Rakyan berjalan menuju tribun yang disediakan untuk para penonton. Dapat dilihat jika lapangan sedang dipersiapkan dengan baik sebelum kompetisi panahan dimulai.
Rakyan mengajak Gigi untuk duduk di bagian bawah supaya tidak terlalu jauh ketika melihat kompetisi berlangsung. Laki-laki itu tampak menatap sekitarnya, berharap sang adik melihatnya sehingga ia bisa memberikan support secara langsung.
"Udah lihat Raiya?" tanya Gigi pada Rakyan yang mengedarkan pandangannya di sekitaran gor.
"Belum."
Rakyan masih berharap ia bisa melihat sang bungsu. Sempat putus asa dan akan mencarinya seusai kompetisi berlangsung. Namun tak disangka, gadis manis itu muncul dan memberikan lambaian tangan pada Rakyan. Sontak saja Rakyan lega melihat sang adik yang tampak sedang bersiap.
Kompetisi panahan itu telah dimulai. Kompetisi yang seharusnya digelar bulan lalu, terpaksa diundur sehingga baru diselenggarakan sekarang. Dapat dilihat bahwa persaingan sengit merebutkan posisi teratas tengah berlangsung. Di bangku penonton, Rakyan berharap jika Raiya dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Karena bangku penonton dibelakangi oleh para atlet panahan yang tengah berkompetisi, Rakyan tak dapat melihat dengan jelas skor yang diperoleh oleh Raiya. Baru setelah beberapa saat dan kompetisi telah usai, Rakyan dan Gigi langsung menghampiri Raiya yang berada di rombongannya.
"Gimana hasilnya?" tanya Rakyan pada Raiya yang masih memegang alat panahannya.
"Alhamdulillah lolos, Mas," ujar gadis itu dengan penuh semangat.
Rakyan tersenyum lebar. Tangannya bergerak mengusap kepala Raiya sayang.
"Good job! Kompetisi selanjutnya semoga menang."
Raiya tersenyum lebar. Padahal ekspektasinya cukup sederhana. Ia saja tak menyangka bisa lolos sampai nasional. Namun ternyata ia diberikan rezeki yang luar biasa dengan masuk 10 besar dan akan bertanding untuk merebutkan juara di kompetisi selanjutnya.
"Siapa Mas?" tanya Raiya seraya melihat seorang gadis yang berada di samping masnya.
Rakyan tersenyum. "Coba tebak."
Raiya menatap Gigi yang tersenyum ramah padanya. Cukup lama gadis kecil itu menatap Gigi.
"Calon mbak ipar?" tebak Raiya.
Gigi lantas menyapa Raiya. "Hai, kamu Raiya, ya?"
Raiya terdiam. Namun perlahan ia mendekat ke arah sang mas.
"Mas, beneran itu calon istri Mas Rakyan?" bisik Raiya pelan dengan mata tak lepas dari menatap Gigi.
"Beneran. Kenapa?"
"Mas nggak bohong, kan?"
Rakyan mengerutkan dahinya dalam. "Nggak. Kenapa, sih?"
"Cantik," sahut Raiya pelan.
Rakyan seketika tertawa. Sedangkan Gigi bingung dengan sikap adik bungsu Rakyan yang masih berbisik-bisik itu.
"Ayo kenalan dulu," ujar Rakyan pada Raiya.
Perlahan Raiya tersenyum menatap Gigi dan dibalas oleh gadis itu. Tangan Raiya langsung terulur guna mengajak Gigi berkenalan. Langsung saja Gigi menyambutnya dengan baik.
"Hai, Raiya, aku Gigi," sapa Gigi dengan ramah.
"Hai, Mbak. Aku Raiya," jawab Raiya yang tampak malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Literatura FemininaJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...