Seamount

7.7K 1.2K 112
                                    

Serangkaian pra-nikah adat Sunda sudah dilakoni oleh Alen. Akhirnya gadis itu menikah dengan Latif setelah menjalin hubungan selama bertahun-tahun.

"Habis ini lo harus lamaran, Gi," ujar Alen yang tengah dimake up. Sedangkan Gigi yang masih memakai baby doll dan kerudung bergo hanya mendengus pelan.

"Tapi biayain lo, ya?" balas Gigi tanpa menatap Alen.

"Anjir! Biaya nikahan gue aja udah pusing tujuh keliling. Ngundang banyak orang. Untung Latif duitnya banyak." Lantas Alen tergelak pelan dengan ucapannya sendiri.

Gigi menatap Alen. "Makanya nikah di KUA aja."

"Terlalu simple, Gi. Emangnya lo yang pengen nikah cuma ngundang penghulu saksi sama keluarga doang."

"Esensi nikah itu nggak di pestanya, tapi di ijab dan qabulnya."

"Ya, deh, ustadzah Gigi yang paling pinter ngasih khutbah," pungkas Alen. Jika diteruskan maka mereka akan ribut. Alen yang doyan berdebat, begitu pun Gigi.

"Habis nikah lo jadi ikut Latif ke Jogja?" tanya Gigi kemudian.

"Hmm, 'kan doi sekarang udah kerja di sana."

Gigi mencebik. "Yah, LDR lagi."

Alen yang memang dasarnya tak bisa diam selama dirias, membuat sang perias harus sabar dan tak lelah untuk mengatur posisi Alen yang kerap kali berubah-ubah.

"Makanya lo nikah! Sama siapa, Gi? Gue lupa. Si Rakyan-Rakyan itu, ya? Eh btw dia datang ke sini nggak?"

"Nggak bisa dateng, lagi dinas."

"Aduh kasihan banget, jadi jomblo, deh." Alen meledek Gigi dengan nada menyebalkan.
Sedangkan Gigi hanya mendengus sengit.

"Teh Gigi nggak siap-siap dulu?" tanya Nandung kemudian. Gadis muda itu terlihat sibuk merias dirinya sendiri.

"Gi, Siap-siap, gih. Jangan kayak gembel gitu, deh."

Gigi memutar bola matanya malas. Sering kali jika Alen berucap, kata-kata mutiaranya akan keluar.

Gigi lalu bangkit dari duduknya. "Gue gembel-gembel begini juga ada yang naksir."

"Iya deh, iya. Gue percaya."

Gigi lalu keluar dari kamar Alen dan menuju kamar yang semalam ia gunakan untuk menginap. Gadis itu dengan cepat bersiap untuk menghadiri acara akad nikah Alen.

Setelah siap, Gigi kembali menghampiri Alen yang berada di kamarnya. Alen terlihat baru saja selesai dirias dan akan melakukan sesi foto sebentar.

Gigi lalu memilih duduk di samping Nandung. "Nggak nyangka teh Alen udah nikah," ujar gadis itu pelan sembari menatap Alen yang cantik dengan balutan baju pengantin Sunda.

Gigi tersenyum dan menoleh ke arah Nandung. "Nanti juga tiba saatnya kamu nikah, Ndung."

Nandung menoleh ke arah Gigi seraya tersenyum kecil. "Teh Gigi dulu yang nikah, ya. Habis Teh Alen terus Teh Gigi yang nikah."

Gigi terkekeh pelan. "Lamaran aja belum, Ndung."

"Semoga dilancarkan ya, Teh. Nandung janji deh kalau Teh Gigi nikah, nanti Nandung yang ngisi acara, nyanyi lima lagu. Gimana?"

Gigi terdiam sejenak. "Kalau satu lagu 20 juta, berarti lima lagu 100 juta, dong."

Nandung tergelak pelan. "Khusus Teh Gigi gratis. Ya ampun sampai dihitung."

Gigi ikut tertawa kecil. "Teteh bercanda, Ndung. Nanti bayar aja, deh. Teteh suruh Gaga yang bayar aja, duit dia 'kan banyak."

Nandung tampak terdiam seketika. Hal itu membuat Gigi mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang