Current

7.8K 1.1K 90
                                    

Gigi menyenderkan kepalanya ke sandaran kepala kursi. Setelah berkutat dengan tugas dan presentasi, akhirnya waktu istirahat telah tiba. Terhitung sudah sekitar dua hari gadis itu berada di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Gigi beserta tim sedang menjalankan sebuah program dari KKP di Kepulauan yang berbatasan dengan negara Filipina ini.

"Makan, yuk," ajak Sita. Beruntung Sita ikut bagian dari timnya sehingga Gigi tak kesepian karena anggota tim lainnya lebih banyak terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah jauh di atasnya.

"Bentar. Gue mau video call-an sama Raky. Bentar lagi dia mau berangkat."

"Berangkatnya jam berapa?"

Gigi lantas menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12.30 WITA. "Sekitar nanti setengah 2 siang waktu sana. Lumayan lah di sana baru jam setengah 12 siang."

Sita mengangguk. "Ya udah. Gue tunggu di luar aja, ya."

"Langsung makan aja nggak apa-apa, Si. Takutnya gue lama nanti."

Sita menatap Gigi sebentar. Lalu mengangguk. "Ya udah deh. Gue duluan, ya."

Gigi mengangguk dan tersenyum. Lalu gadis itu mengambil gawainya dan menghubungi Rakyan.

Tak butuh waktu lama, Rakyan langsung mengangkat panggilan Gigi. Kini di layar gawai Gigi terpampang wajah Rakyan yang sudah siap dengan seragam lengkapnya.

"Assalamu'alaikum, aku ganggu nggak?"

"Wa'alaikumussalam, nggak kok. Kamu lagi apa?" tanya Rakyan kemudian. Terdengar suara grusak-grusuk. Tampaknya Rakyan tengah mencari tempat yang enak untuk video call-an.

"Lagi istirahat. Kamu lagi apa?"

"Ini lagi persiapan berangkat."

"Ibu jadi datang?"

"Nggak jadi. Ibu ngajar hari ini. Tapi aku udah pamitan tadi malam kok."

Gigi mengangguk. "Hati-hati. Jangan aneh-aneh juga."

Rakyan terlihat terkekeh pelan. "Iya, iya. Nggak berani aku melanggar perintah."

Gigi mencibir. "Kan bisa jadi khilaf."

Rakyan tersenyum lebar. "Asli, aku nggak berani. Hukumannya lebih berat soalnya kalau aku melanggar."

Gigi mendengus. "Iya-in aja. Paling bisa bikin alasan. Udah persis bajaj mogok."

Rakyan sontak saja tertawa pelan. "Udah jangan marah-marah atau cemburu. Kamu boleh pegang ucapanku. Kalau aku melanggar, kamu boleh ngapain aja ke aku."

"Oke. Boleh dong merencanakan untuk membunuhmu?"

Rakyan malah mengangguk. "Iya boleh. Silahkan. Artinya kamu cuma memikirkan aku." Lalu laki-laki itu tersenyum jahil.

"Hih nyebelin," balas Gigi dengan muka mencibir.

"Cuma kamu yang aku cintai."

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang