Plunging

8.5K 1.2K 140
                                    

Gigi melirik sekilas Rakyan yang tampak gelisah. Sedari tadi, pria itu seperti sedang menahan sesuatu. 

"Kenapa gelisah?" tanya Gigi tanpa melihat ke arah Rakyan. Mereka saat ini tengah menunggu komandan datang.

"Nggak ada apa-apa."

Namun mata Gigi kini melihat segerombolan rekan seprofesi Rakyan yang seperti sedang mengintai mereka. 

"Mereka gabut apa gimana, sih? Dari tadi lihatin kamu mulu, Ky," ujar Gigi kemudian. Tak sekali ini, sebelumnya tadi Gigi juga melihat gerombolan itu. 

Rakyan langsung menggeleng. "Udah biarin. Mereka emang gabut semua."

Gigi hanya diam. Namun matanya tetep awas menatap antara Rakyan dan gerombolan itu. 

Setelah 10 menit berlalu, akhirnya mereka masuk ke dalam ruangan. Seperti pengajuan pada umumnya, mereka bergantian ditanya dan diberi penjelasan sedikit demi sedikit. 

Setelah Rakyan menyelesaikan misi penyelamatan, mereka langsung bergerak cepat untuk mengurus pengajuan. Dengan berkas yang banyak dan tes-tes yang harus dilalui oleh mereka. Bahkan Gigi harus kembali belajar agar dirinya tak ngeblank ketika ditanya. Gadis itu cukup cepat dapat menyerap materi dan penjelasan. Selain itu, jawaban Gigi juga jelas dan memuaskan.

Seperti saat ini, Gigi justru diajak diskusi bersama mengenai kelautan. 

"Saya akui memang pemanfaatan laut bebas itu sangat kurang. Semoga saja dengan beberapa program itu bisa semakin membaik. Menurut kamu gimana?"

Rakyan seketika tersenyum ketika melihat komandannya itu justru asik mengobrol dengan Gigi. Pengajuan mereka justru tak tegang sama sekali. 

Gigi tersenyum. "Izin menjawab Bapak. Menurut saya dengan adanya Konsorsium Riset Samudera ini jadi peluang yang bagus untuk kemaritiman Indonesia. Di lepas Samudera Hindia belum banyak dieksplorasi karena keterbatasan pengetahuan serta alat. Namun saya percaya jika sebenarnya kita punya SDM yang bagus. Tinggal bagaimana kita mengembangkan. Selain dari laut bebas, pemanfaatan laut yang sekitar 2/3 dari total wilayah kita, belum maksimal. Banyak kendala seperti pengetahuan navigasi nelayan yang kurang bagus sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas tangkapan. Selain itu, masih ada pelanggaran kapal asing yang masuk ke wilayah kita. Ini bukan semata-mata salah sistem, namun juga sebuah intropeksi bersama bahwa kedaulatan ini milik bersama dan tanggung jawab bersama. Selama beberapa kali saya ikut operasi, sistem yang berjalan sudah bagus. Namun kita perlu meningkatkan komitmen bersama dalam memperketat dan mempertegas aturan yang ada."

Pria dengan nama Kolonel (Mar) Ahsan Sadikin itu tersenyum lebar. Baru kali ini ia bertemu dengan pasangan yang unik.

"Kapten Rakyan, saya salut dengan kamu. Kamu pandai mencari istri."

"Siap."

Guyonan itu lantas membuat mereka tertawa pelan. 

"Buk, nanti Bu Giginya bisa dirangkul bareng sama ibu-ibu Jalasenastri. Nanti buat program bareng yang kreatif dan berbasis kelautan," ujarnya pada sang istri yang juga berada di sana. 

Sang istri hanya tersenyum. Sedangkan Gigi kini lega, setidaknya komandan dan istrinya adalah orang baik. Sempat berpikir mereka akan terkena skeptis, namun ternyata mereka sangat baik dan terbuka. 

"Kapten Rakyan, sepertinya setelah ini harus siap-siap."

"Siap."

Rakyan hanya bisa menampakkan wajah pasrahnya. Sedangkan Gigi kini bingung di tempatnya. Sebenarnya Rakyan hendak apa, sih? Begitulah pikirnya sedari tadi. 

Selanjutnya mereka berpamitan dan keluar dari ruangan tersebut. Saat sedang berjalan di sekitar koridor aula tersebut, tiba-tiba Rakyan dicegat oleh beberapa anggota dan langsung dibawa dengan cepat. Sedangkan Gigi yang tak tahu apa-apa seketika kaget. Namun ia tetap mengikuti mereka. 

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang