"Nggak ada Sisi, sepi ya, Yud?" celetuk Gigi di tengah mengamati sembari berpikir tentang pengolahan data yang terpampang di layar laptopnya.
Yudha yang berada di seberang Gigi hanya bergumam pelan. Biasanya ada Sita yang gemar sekali berceloteh. Entah menceritakan kucingnya yang baru beranak hingga kengenesan dirinya yang tak kunjung mendapatkan jodoh, padahal sepupu yang umurnya di bawahnya sudah banyak yang menikah dan bahkan sudah menggendong bayi.
"Tapi gue untung juga, Gi. Kalau ada dia, kita pasti saling ledek."
Gigi tersenyum simpul dibalik laptopnya. Wajah yang bisa dibilang khas Jawa juga bukan, khas Eropa juga bukan itu tampak lebih cemerlang hari ini.
"Ledekan Sisi mah ledekan bocah. Nah elu? Bikin kena mental."
Yudha berdecak. "Perempuan itu makhluk verbal, kalau laki-laki itu makhluk visual. Kadang bagi kita candaan biasa, eh kalau diterima cewe ternyata ribet juga."
"Makanya ada trik yang disebut sebagai seni memahami perempuan," balas Gigi sembari mengambil cangkir yang berisi air lemon madu. Lalu gadis itu menyesapnya pelan.
"Nggak adil. Harusnya juga ada seni memahami laki-laki," ujar Yudha tak mau kalah tentunya. Logikanya menolak ketika Gigi mengeluarkan argumen semacam itu.
"Seni memahami laki-laki itu mudah konsepnya. Dia nggak mau dikekang, bukan begitu tuan Yudha Gesang?"
Yudha yang awalnya serius menatap layar laptopnya, seketika menjulurkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Gigi. Sedangkan Gigi sudah terkekeh pelan.
"Lo kok tahu, Gi?" balas Yudha masih menatap Gigi lekat.
"Tahulah. Jangan remehkan kemampuan analisa gue walaupun gue jomblo. Faktanya, jomblo lebih waras memahami situasi cinta yang lucu itu dengan analisis akal sehatnya. Beda kalau lo lagi kasmaran, mau gue ceramahin pake air zam-zam yang sudah gue bacain ayat kursi dan tahlil 1000 kali pun nggak bakal mempan, paling jin malas julid yang bikin lo males subuhan yang malah keluar."
"Anjay, mulutnya emang paling bener bikin orang lain kena serangan jantung ya, Gi. Pantesnya lo jadi HRD sih ketimbang analis. Pantes juga jadi asesor mega julid yang bikin mengumpat 7 hari 7 malam."
Gigi justru tergelak. Kepalanya melongok menatap Yudha yang menatapnya.
"Lo juga pantas, pantas jadi bos julid."
Yudha mendengus. "Julidnya tolong ditarik. Gue ikhlas kok dapat titel bos."
Gigi memutar bola matanya malas. Ia kembali menatap deretan angka serta website yang tersambung di dalamnya itu.
"Ikan laut atau ikan tawar?" tanya Gigi kemudian.
Yudha yang sudah kembali fokus ke pekerjaannya refleks mengucapkan 'hah'.
"Cepet! Jawab cepet, Yud."
"Ikan laut," jawab Yudha langsung.
"Abon atau ikan kaleng?"
"Ikan kaleng."
"Budidaya atau tangkap lepas?"
"Tangkap lepas."
"Eh wait, wait. Kenapa lo tanya begitu?" tanya Yudha yang penasaran dengan pertanyaan aneh Gigi.
"Tanya aja," sahut Gigi santai tanpa melepas pandangannya pada layar laptop.
Yudha berdecak. Lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
"Siang ini lo mau makan apa, Yud?" tanya Gigi kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
ChickLitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...