Estuary

7.8K 1K 44
                                    

Rakyan celingukan ketika sampai di tempat yang Gigi share lokasinya. Ternyata tempat itu harus masuk ke gang pinggir pantai yang tak bisa dimasuki oleh mobil, alhasil Rakyan harus jalan kaki untuk sampai di lokasi ini. Namun mendadak Gigi tak membalas pesannya. Ketika ia telepon pun, sambungan telepon Gigi tersambung tetapi tak diangkat pula.

Rakyan lalu melihat seorang ibu yang sedang mengambil ikan asin. Laki-laki itu tanpa pikir panjang menghampirinya.

"Permisi, selamat siang, ibu."

"Siang. Ada apa, yak?" tanya ibu tersebut yang ternyata adalah nyak Amin.

"Ibu lihat gadis yang tingginya setelinga saya dan pakai hijab, nggak? Tadi di sekitar sini katanya."

"Oh neng Gigi, ya?"

Rakyan langsung mengangguk. "Iya Bu, benar. Namanya Gigi."

"Neng Gigi ke masjid yang ada di ujung gang di sana. Tadi memang di sini, tapi pas ada azan langsung pamit shalat katanya."

"Oh iya, Bu, terima kasih."

"Sama-sama. Pacarnya neng Gigi, ya?" tanya nyak Amin spontan.

Rakyan seketika gelagapan dan refleks menggeleng. "Bukan, Bu."

Nyak Amin tampak tersenyum. Lalu jarinya menunjuk arah masjid yang berada di ujung gang.

Setelah itu, Rakyan mengucapkan terima kasih dan menuju arah yang ditunjukkan oleh nyak Amin. Sekitar 100 meter Rakyan berjalan dan akhirnya menemukan masjid sederhana yang tampak sepi. Lelaki itu lalu mencari-cari sosok Gigi.

Tak lama kemudian, dari arah tempat shalat perempuan, Gigi terlihat membenarkan letak hijabnya seraya berjalan menuju luar masjid. Gadis itu kaget ketika melihat Rakyan yang berdiri sembari menatapnya.

"Jadi ke sini?" tanya Gigi refleks.

"Buat apa saya menghubungi kamu jika tak jadi?"

Gigi tampak melengos. Lalu memilih memakai sepatunya.

"Memangnya ada apa?" tanya Gigi seraya memakai sepatunya.

"Ada hal yang perlu saya tanyakan ke kamu," jawab Rakyan. Lelaki itu terlihat menatap masjid yang ada di depannya itu.

Gigi telah siap dan berdiri. "Baik. Kalau begitu, silahkan mau tanya apa?" ujar Gigi kemudian.

"Sebentar, sepertinya saya shalat dulu. Kamu bisa menunggu saya, kan?"

Gigi langsung mengangguk. "Bisa. Ya sudah saya tunggu di warung sana saja." Gigi menunjuk sebuah warung kopi kecil yang tak jauh dari tempatnya.

Rakyan mengangguk. Laki-laki itu langsung masuk ke dalam masjid dan Gigi menunggu di warung kecil yang tampak ada dua orang bapak-bapak sedang ngopi dan berbincang.

Setelah sampai di warung, Gigi langsung memesan satu gelas es teh. Selanjutnya, Gigi menunggu Rakyan sembari bermain gawainya.

"Neng cantik bukan orang sini, ya?" tanya ibu penjual yang mengantarkan es teh kepadanya .

Gigi menggeleng seraya tersenyum. "Bukan, Bu."

Ibu penjual warung tampak tersenyum. "Pantesan. Di sini nggak ada wajah cantik macam Neng soalnya. Selamat menikmati ya, Neng."

Gigi tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Bu."

Suasana pesisir yang panas tak membuat Gigi bosan. Justru suasana seperti ini yang ia sukai. Ia menyukai pantai dengan begitu luasnya.

Mungkin orang-orang takut ke pantai siang-siang karena panas dan takut menghitam. Gigi justru tidak. Gadis itu tetap menyukai pantai dan hamparan laut di depannya. Baginya cukup memakai sunblock maka masalah akan selesai.

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang