Continental Shelf

7.9K 1.1K 92
                                    

"Jadi ke Jogja?" tanya Gigi disela-sela perjalanan menuju kampung pesisir. Saat ini tercatat sudah ada lima kampung pesisir yang dibina di bawah program Peduli Pesisir. Sebuah kerja keras Gigi dan tim untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang sejahtera. Selama ini, kampung-kampung pesisir rata-rata berada di bawah garis kelayakan karena tersingkirkan oleh proyek kapitalis yang membawa dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan.

Jenis kampung nelayan yang indeks ekonomi masyarakatnya masih rendah, menjadi sasaran Gigi dan programnya. Kampung nyak Amin juga sudah Gigi masukkan ke dalam daftar pemberdayaan kampung pesisir. Gadis itu juga bersyukur ketika melihat senyum cerah nyak Amin. Masyarakat di kampung tersebut sangat bersyukur karena tersentuh oleh program yang amat berdampak positif, baik untuk ekonomi, sosial, dan lingkungan tentunya.

"Jadi," sahut Rakyan singkat.

"Berangkat hari apa?"

"Rencananya jumat sore pakai pesawat karena nggak memungkinkan pakai mobil."

Gigi menganggukkan kepalanya mengerti. Kemarin, Rakyan menjelaskan akan ke Jogja untuk menemui ayah dan keluarganya di sana.

Kemudian suasana kembali hening. Gigi tengah sibuk berkomunikasi dengan orang-orang yang terlibat di programnya. Sedangkan Rakyan tengah sibuk berpikir tentang cara memberitahu Gigi mengenai perjodohan yang dirancang oleh sang ayah itu. Ia takut, Gigi akan marah besar dan hubungan mereka hancur berantakan. Namun jika ia tak memberi tahu sekarang, maka perlahan Gigi akan tahu dan tentu kesalahannya ini tak termaafkan.

Rakyan mengembuskan napasnya pelan. Saat ini waktunya kurang tepat. Lebih baik ia mengalihkan pembicaraan yang lain saja.

“Gi, kenapa kamu mau repot-repot menghabiskan waktu untuk terjun ke masyarakat dan mungkin menghabiskan banyak dana dan tenaga? Padahal aku yakin, kamu juga sibuk dengan pekerjaan dan lainnya.”

Gigi tersenyum mendengar pertanyaan Rakyan yang aslinya banyak diajukan oleh orang terdekatnya. Bahkan beberapa bulan yang lalu, kedua orang tuanya juga mempertanyakan alasan Gigi merangkul para aktivis dan yayasan keluarga untuk terlibat dalam program bagi kawasan pesisir ini. Ia juga dipertanyakan dana yang tidak sedikit tentunya.

“Membentuk program Peduli Pesisir ini sebenarnya sudah aku pikirkan sejak lulus sekolah menegah atas, Ky. Awalnya aku sering main-main ke pantai yang berada di Jakarta dan beberapa daerah di Jawa. Aku melihat sendiri ironi yang menimpa masyarakat pesisir. Hal itu semakin mendorong aku untuk melanjutkan studi di bidang ilmu oseanografi, perikanan, dan pengelolaan sumber daya laut supaya suatu saat nanti aku bisa membantu masyarakat pesisir yang rata-rata hidup di bawah standar itu. Dulu aku melihat para nelayan tidak punya kapal sendiri dan harus menyewa ke saudagar kapal. Kondisi cuaca di tengah laut juga tidak bisa diprediksi dengan baik oleh mereka sehingga hasil ikan yang dihasilkan oleh nelayan menjadi sedikit. Padahal tanggungan mereka sangat banyak. Belum lagi dengan kondisi lingkungan di pantai dan laut yang banyak mengalami kerusakan. Program yang aku buat bersama dengan tim, bukan sekedar program yang memberikan bantuan, kemudian ditinggal begitu saja. Tapi kami benar-benar merancang program yang mana mereka bisa bangkit dan mempunyai ketrampilan serta meningkatkan kualitas sumber daya alam dan manusianya. Untuk masalah uang, jujur aku memanfaatkan privilege yang aku punya. Hidup nggak selamanya mengejar uang kalau buat aku. Dan statementku ini pasti bakal dibantah karena aku punya privilege itu dan aku nggak bakal menyangkal. Makanya aku memanfaatkan privilege itu dengan sebaik mungkin. Aku merasa bahwa Tuhan menitipkan privilege ini untuk aku manfaatkan sebaik mungkin. Rugi kalau aku nggak bisa bantu orang lain.”

Penjelasan Gigi yang panjang ini, membuat Rakyan semakin yakin bahwa apa yang ia pilih dan perjuangkan adalah orang yang tepat. Di matanya, Gigi adalah paket lengkap. Namun terkadang Rakyan berpikir, apakah ia bisa mengimbangi Gigi? Selama ini gadis itu hidup dengan sangat berkecukupan dan mudah mendapatkan akses. Ia takut, ketika Gigi hidup bersamanya, ia tak bisa membahagiakan gadis berhati mulia itu. Ketakutan yang semestinya bisa dibicarakan bersama dengan Gigi, nyatanya Rakyan telan sendiri.

JaladriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang