"Balik sekarang apa nanti?" tanya Rakyan saat hujan sudah reda. Gigi menatap arlojinya sekilas.
"Sekarang nggak apa-apa."
"Oke, tunggu sebentar," ucap Rakyan sambil berdiri.
"Ky," cegah Gigi cepat.
"Udah, jangan banyak protes," ucap Rakyan sambil berlalu. Lalu laki-laki itu berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka.
"Lain kali nggak perlu ditraktir," ucap Gigi saat Rakyan kembali. Kemudian Gigi berdiri.
"Kenapa? Lagipula cuma cokelat panas aja."
Gigi menghela napasnya. "Jujur, aku kurang suka. Lebih baik aku bayar sendiri."
Rakyan berdecak. "Iya iya, jadi pulang nggak?"
Gigi mendengus. Lalu berjalan mendahului Rakyan. Sedangkan laki-laki itu hanya bisa menghela napasnya dalam. Memang ia harus sabar menghadapi sifat Gigi yang mudah berubah. Bisa jadi sangat manis dan bisa jadi sangat galak dan judes.
Lalu mereka berjalan menuju parkiran kendaraan roda empat yang memang dikhususkan untuk pengunjung pasar antik. Selama mereka berjalan, mereka tak membuka percakapan sama sekali.
Tiba-tiba Gigi melihat penjual ikan cupang yag menggunakan mobil bak terbuka. Gadis itu lantas menghampirinya tanpa pikir panjang.
Rakyan berhenti berjalan ketika melihat Gigi justru berjalan menuju penjual ikan cupang. Namun tak ayal, ia ikut mendekat ke sana.
"Ngapain?"
Gigi melihat ikan cupang dengan berbinar. Warna-warna ikan cupang yang indah membuat dirinya sangat ingin membeli. Bahkan ia mengabaikan pertanyaan Rakyan dan larut dalam mengamati ikan-ikan di sini.
"Suka ikan cupang?" tanya Rakyan lagi.
"Suka! Ih lucu warnanya," ujar Gigi sambil menunjuk ikan yang berada di aquarium.
Rakyan seketika melongo. Tak disangka gadis setengah galak itu bucin ikan cupang yang mana adalah ikan yang digemari oleh para bocil. Apalagi dengan melihat wajah Gigi yang amat minat dengan ikan cupang. Sungguh sebuah pemandangan yang menggelitik.
"Bang berapaan?" tanya Gigi pada penjual.
"Yang mana, Neng?"
"Yang itu, Bang, yang warna merah campur ungu," ucapnya sambil menunjuk ikan yang berada di dalam aquarium.
"Agak mahal, Neng, goban, nanti dapat botol kaca," ujar penjual itu sambil melayani para bocil yang bertanya harga.
"Bang itu goceng, ya? Masa ceban sih. Mahal amat. Palingan kalau diadu itu ikan mati."
"Nggak bisa, Dek, yang di dalem aquarium itu harganya goceng. Kalau lu mau ceban yang dimari nih."
"Aelah bang. Jangan mahal-mahal amat dah. Ceban ya ceban."
Gigi terkekeh melihat interaksi anak-anak laki-laki yang berusia sekitar delapan sampai sepuluh tahunan itu. Mereka sangat aktif menawar harga ikan cupang. Ada sekitar lima anak yang getol menawar harga ikan cupang yang rata-rata berharga 10 ribuan.
"Bang, ini ya," ucap Gigi sambil menyerahkan uang seratus ribu. Lalu si penjual langsung mengambil ikan yang dimaksud Gigi dan dimasukkan ke dalam botol kaca.
Saat si penjual hendak memberikan kembalian, Gigi menolaknya cepat.
"Buat adik-adik itu aja, Bang. Kasih yang mereka pengen."
Bocah-bocah yang tadinya masih berdebat dengan harga ikan lantas menatap Gigi.
"Beneran, Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaladri
Chick-LitJaladri. Sang Samudra. Samudra itu luas. Tenang dan menghanyutkan. Mempertemukan dua hal yang bertolak belakang layaknya arus Kuroshio dan Oyashio. Namun samudra juga bisa memisahkan, bahkan bisa saja perpisahan itu tak akan pernah ada lagi yang nam...