Chapter Eight

3.1K 373 76
                                    

Halooo~

Setelah chapter 7 yang ehem sekali, di chapter 8 kita bakal santai-santai sama para youngsters kece. Jangan lupa vote dan comment yaaa 😁😁😁



“Youth is happy because it has the capacity to see beauty. Anyone who keeps the ability to see beauty never grows old.”
—Franz Kafka—

Syal putih yang tercium seperti milik seorang gadis terbawa angin dan tertambat di tangan Jaemin yang tengah berdiri di depan salah satu toko peralatan olahraga di Apgujeong. Saat syal itu tertambat di tangannya, dengan sigap Jaemin menggenggam dan mengamati syal tersebut—berniat menjualnya. Ia bertanya-tanya berapa harga sehelai syal yang kelihatan mahal dan berkelas itu. Mungkin cukup untuk membeli sepasang sepatu baru, pikir Jaemin dalam benaknya. Niat itu tidak bisa tinggal di otak minimalisnya untuk jangka waktu yang lama, karena tak sampai semenit berselang, Minjeong datang dan merebut syal di tangan kakaknya. Jaemin hampir melemparkan protes—sebelum sadar jika dia tidak pernah bisa marah pada adik semata wayangnya.

Tatapan Minjeong tertuju pada syal putih di tangan Jaemin—terlihat menghakimi. “Kau mencuri dari mana?”

“Memang aku punya riwayat mencuri ya?” kata Jaemin pura-pura sedih.

“Tidak sih,” tutur Minjeong sambil memberikan tawa pelan. “Tapi, ini barang mahal, tidak mungkin punyamu. Jangankan membeli syal bermerek seperti ini, kau bahkan tak bisa membeli makan siang sendiri.”

“Aku tidak membeli makan siang karena menghargai para gadis yang mau mentraktirku. Kau tahu kan, kakakmu yang satu ini sangat populer.”

Jaemin mengatakan itu dengan suara penuh kebanggaan. Minjeong hanya menatapnya jengah. Gadis itu merasakan tubuhnya menggigil tiap melihat Jaemin dengan sifat narsistiknya. Sama seperti dua kakaknya yang lain, Jaemin juga tampan, tapi sifatnya agak aneh dan memalukan.

“Bisa tidak kau berhenti membuatku malu?” kata Minjeong saat Jaemin mulai mengusap hidung dengan ibu jari dan bertingkah seperti Bruce Lee. Demi Tuhan, Minjeong ingin menendang Jaemin sampai ke bulan. “Lagipula, kenapa kau tiba-tiba mau ikut denganku? Kak Rose kan tidak mengundangmu.”

“Memang tidak boleh? Aku cuma mau memastikan kalau kau aman selama di jalan. Dengan muka secantik itu, akan ada banyak orang yang melakukan cat calling padamu,” kata Jaemin sambil mendorong kening Minjeong dengan telunjuknya. “Aku juga mau mencari tahu sesuatu.”

“Apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba jadi serius?”

“Aku memang selalu serius.”

“Serius gila ya?”

Jaemin berdecak pelan. Ia meletakkan salah satu tangan yang tak memegang syal di atas pinggang, mulai memasang gaya keren yang segera runtuh saat suara seorang gadis menghantam telinganya dengan keras. Di antara banyak hal yang tidak Jaemin suka, diganggu saat dia berusaha menjadi keren merupakan salah satunya. Pemuda dengan tubuh tinggi tegap itu memalingkan wajah ke arah datangnya suara, hampir mencaci gadis yang menurutnya kurang cantik itu sebelum terhenti karena Minjeong membekap mulutnya.

“Kak, dia pemilik syal di tanganmu,” bisik Minjeong sangat pelan. Ia berjinjit saat menutup mulut Jaemin yang selalu mengalami kebocoran parah akibat rendahnya kemampuan untuk menahan godaan mengumpat.

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang