Hello, this chapter is shorter than previous chapters, but this one is enough to leave you on mix feeling 🙂🙂🙂
Wish you like it. Selamat membaca~
❄
❄
❄“The mark of a great man is one who knows when to set aside the important things in order to accomplish the vital ones.”
—Brandon Sanderson—Malam Natal tahun ini pun sangat dingin. Tapi berbeda dengan tahun sebelumnya, Jaehyun menghabiskan malamnya dengan Rose, membuatnya lebih hangat dengan cara tersendiri.
Tapi ada satu hal yang sangat mengganggu benaknya saat ini: Jaemin dan Minjeong sama sekali tidak bisa dihubungi. Pesan terakhir dari Minjeong dikirimkan pukul delapan lewat dua puluh—sekitar tiga jam yang lalu—saat ia memberitahu akan segera pulang menggunakan bis. Segera. Minjeong menuliskan segera, tapi Jaehyun tidak tahu parameter segera yang diterapkan adiknya. Jaehyun bukan tipe yang mudah panik, tapi saat ini, tidak ada hal lain yang bisa ia rasakan selain panik dan gelisah.Denting jam di kamar baru Rose terdengar sangat keras—memecah keheningan malam yang kelam. Jaehyun jadi satu-satunya yang terjaga sementara pemilik apartemen ini tertidur pulas. Jam hidupnya bergerak sangat cepat; ia bahkan tidak punya waktu untuk merasa lelah setelah shift dadakan di restoran dan dilanjutkan dengan ‘shift’ lain dengan kekasihnya. Tubuhnya lelah, tapi kelopak matanya bahkan tak bisa terpejam.
Jaehyun masih duduk di tepian kasur dengan raut gusar—memegangi ponsel yang tak kunjung menerima notifikasi. Ia meletakkan ponselnya di atas laci, terlihat sangat bingung sehingga satu-satunya hal yang dia lakukan hanya menampuk wajah dengan kedua tangan yang dingin. Kepalanya dipenuhi terlalu banyak hal yang membuatnya frustasi. Jaehyun ingin mengikis kekhawatiran yang menyelimuti benaknya—ingin menguburnya di suatu tempat yang sangat jauh sehingga perasaan itu tak akan kembali menghampirinya. Bibirnya meloloskan lengguhan pelan, menggumamkan nama kedua adiknya, lalu terkatup saat merasakan sentuhan di atas punggungnya yang polos. Sontak Jaehyun melirik ke belakang—beradu tatap dengan mata Rose yang sensual.
“Mimpi buruk?” Jaehyun spontan bertanya. Tangannya mengusap pipi Rose, sedikit tidak fokus karena ia terus melihat ponselnya.
“Aku hanya terbangun dan ingin memelukmu,” kata Rose sambil melingkarkan kedua lengan di pinggang Jaehyun—sengaja merapatkan tubuh telanjangnya yang panas ke punggung kekasihnya. “Kenapa tidak tidur? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, huh?”
“Minjeong tidak membalas pesanku,” ujar Jaehyun terdengar lesu. Matanya terpejam saat merasakan sapuan lembut di bibirnya. Tangan kurus yang semula memeluk pinggangnya kini merangkak naik menyentuh rahangnya—membuat Jaehyun sedikit memutar leher hanya untuk mempertegas ciuman dengan Rose.
“Dia bukan anak-anak lagi Jaehyun, adik-adikmu sudah cukup dewasa dan kau tahu betapa mandirinya mereka, kan?” tutur Rose sedikit posesif. Tatapannya menuruni wajah Jaehyun—lalu kembali lagi menatap mata kekasihnya yang sayu. Ia menyandarkan kepalanya di punggung Jaehyun, masih membelai lengannya yang kokoh, sementara bibirnya kembali menggumamkan beberapa kalimat. “Kau sudah janji akan menemaniku. Aku bahkan tidak mengatakan apapun saat kau menggeser waktu dan datang terlambat. Ini kali pertamamu bermalam di apartemen baruku, aku jarang memintamu menemaniku akhir-akhir ini. Hanya kali ini saja Jaehyun, aku tidak mau menghabiskan malam natal sendirian.”
Jaehyun berbalik dan duduk menghadap ke arah Rose—membungkus tubuhnya dengan selimut sebelum meraih kedua tangannya dan mulai berbicara. “Kau benar, mereka sudah cukup dewasa dan bisa diandalkan, tapi aku tetap tidak bisa meninggalkan mereka sendirian. Adik-adikku bukan tipe yang suka membuat orang lain khawatir, mereka hampir tidak pernah bertingkah sesuka hati, dan selalu memikirkan orang lain sebelum mengambil keputusan apapun. Tapi saat ini Minjeong dan Jaemin melakukan ketiga hal yang biasanya tidak akan mereka lakukan. Tiga jam, aku tidak bisa menghubungi mereka selama tiga jam, bagaimana mungkin aku tidak khawatir?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...