Hello, long time no see~
Especially on this work. HeuheuI've been attempting to finis Winter Spring this week. Three or four chapters to go, let's walk together till the end 😊😊😊😊
❄
❄
❄“So it’s not gonna be easy. It’s going to be really hard; we’re gonna have to work at this everyday, but I want to do that because I want you. I want all of you, forever, everyday. You and me... everyday.”
—Nicholas Sparks—Enam minggu berlalu dengan seperti laju cahaya. Pagi ini Jaehyun tidak mendapati dirinya dan Rose terbangun di dalam hotel atau villa di wilayah Mediterania, tapi di dalam kamar mereka yang punya nuansa tenang dengan dekorasi sederhana. Rose selalu tidur sambil memeluk tubuhnya, membuat Jaehyun harus ekstra berhati-hati agar tidak menyikut Byeol yang sudah semakin besar. Alhasil dia akan tidur dengan postur lurus dan nyaris tak bergerak; membuatnya selalu bangun dalam keadaan pegal.
Dengan hati-hati juga dia akan menggeser tangan Rose yang melingkar di perutnya, perlahan membawa tubuhnya turun, lalu melakukan peregangan sebelum turun ke bawah setelah mencuci muka dan memberi sang istri kecupan di kening dan perutnya. Untuk beberapa alasan, dia merasa kalau berlaku adil pada Rose dan Byeol harus mulai dilatih sejak sekarang. Dia tidak tahu apakah Byeol akan mewarisi sifatnya yang tenang atau sifat Rose yang emosional dan cemburuan. Jika Byeol punya sifat seperti ibunya, maka Jaehyun harus meningkatkan kesabaran sampai dua atau tiga kali lipat. Sekadar berjaga-jaga tidak ada salahnya.
Dalam keadaan setengah sadar, dari balik kacamatanya ia menangkap tiga manusia yang selalu sibuk sedang duduk berhadapan di meja makan. Akhir-akhir ini Minjeong selalu memasang muka tegang yang terbentuk dari setumpuk stres dan kekhawatiran; Eunwoo yang memutuskan untuk tinggal di apartemen barunya selalu mampir hampir tiap hari hanya untuk menyemangati Si Detektif Muda yang galak; sedangkan Doyoung hanya datang setiap ada kasus yang kurang beres dan sulit dipecahkan. Pagi ini pun mereka berkumpul untuk mendiskusikan kasus yang berkaitan dengan Park Dojoon—membuat Jaehyun mau tidak mau segera menghampiri tepat setelah telinganya mendengar nama ayah mertuanya disebutkan.
“Apa ini tidak kelewat pagi?” tanya Jaehyun sambil mendudukan diri di samping Doyoung. Ia mengambil segelas air, meminumnya sampai habis, lalu memainkan gelas dengan gerakan kecil. “Selain itu, kenapa kalian harus membahasnya di sini? Rose bisa mendengarnya.”
“Bukannya Rose sudah tahu tentang kasus ini? Dia bahkan memberikan dukungan,” suara Doyoung sedikit mengandung protes.
Di seberangnya Minjeong menimpali, “Laporannya ditolak lagi. Si botak sialan itu benar-benar melempar laporanku dan memintaku untuk berhenti. Dia bilang usahaku sia-sia; akan lebih baik kalau aku duduk diam agar tahun pertamaku di kantor berjalan dengan lancar. Aku tidak masuk sekolah kepolisian dan lulus sebagai detektif untuk ditolak secara terus-menerus dengan alasan konyol seperti ini. Sialan, aku benar-benar ingin menendang bokongnya!”
“Kuharap kau tidak melakukannya,” timpal Eunwoo sebelum menyeruput teh di gelasnya.
Jaehyun menyandarkan punggung ke kursi, memejamkan mata sekadar untuk mengatur laju napasnya sendiri. “Hanya karena Rose sudah mengetahuinya, bukan berarti dia nyaman mendengarnya,” kata Jaehyun tenang. Kelopak matanya terbuka—sekali lagi mengamati tiga orang di sekitarnya. Senyum penuh arti terulas menghiasi wajah tampan yang menyerupai sebuah pahatan. Katanya sejelas mungkin, “Kalian tahu, dulu Rose sangat dekat dengan Tuan Park. Semuanya perlahan berubah seiring dengan kerenggangan yang semakin nampak dalam keluarganya. Tuan Park dan Nyonya Lee secara terang-terangan menunjukkan perselingkuhan dan pertengkaran yang membuat Rose menjauhkan diri. Tapi hanya karena hubungannya dengan Nyonya Lee tidak berjalan lancar, bukan berarti Tuan Park tidak menyayangi Rose. Meskipun sulit dipercaya, tapi pria itu sangat menyayangi putrinya. Cukup untuk membuat posisi Rose di Hansung aman dan menjadikannya sebagai pewaris tunggal perusahaan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...