Chapter Twenty Nine

1.7K 261 46
                                    

Aloha~

Chapter ini nampilin kisah-kasih Jaerose yang romantis manis kayak gulali. Take a deep breath, breath it out, okay let's start. Tapi kasih vote dulu dan komentar juga yaaa. Selamat membaca ^^



“Love is born into every human being; it calls back the halves of our original nature together; it tries to make one out of two and heal the wound of human nature.”
—Plato—

Pelukan dan ciuman, Rose memberikan keduanya pada Jaehyun tak peduli tempat dan situasi yang mengelilingi mereka saat ini. Itu membuat Jaehyun terkejut, beberapa orang bahkan berhenti hanya untuk mengamati sepasang kekasih yang memadu kasih sedikit terlalu terang-terangan, membuat telinga pemuda itu spontan memerah dan terasa panas. Ia melepas ciuman dengan Rose, lalu memeluk tubuhnya dengan erat, tetap berdiri seperti itu dan membiarkan perempuan dalam rengkuhannya mendengar deru jantung yang memburu.

“Bisa kita ke mobil sekarang?” tanya Rose. Ia mendongak, memegangi kedua lengan Jaehyun yang melingkar di sekitar tubuhnya. “Jaehyun, I know it sounds weird and dirty, but I want you now. My body is burning.”

“Kenapa bisa?” Jaehyun membulatkan mata tak percaya.

“Aku memikirkanmu sejak tadi. Dan kau bilang mau memberikan banyak ciuman begitu aku pulang,” dia jelas mengingat konteks kalimat itu kelewat jernih, “sekarang aku sudah pulang, mana ciumanku? Aku menginginkannya.”

“Apa ada yang salah dengan makan malammu?” tanya Jaehyun khawatir.

Tangan Rose bergerak menyusuri wajah Jaehyun, lagi-lagi membuatnya terperanjat. Pemuda itu selalu waspada jika sedang di tempat umum. “Apa ada yang salah denganmu?”

“Apa maksudmu? Aku baik-baik... oh,” Jaehyun menyadari arti di balik pertanyaan itu. Ia memutar mata, berdecak pelan sebelum menahan bibir Rose yang bergerak semakin dekat ke wajahnya. “Aku tidak ingat pernah bilang kalau kita bebas melakukannya di ruang publik. Sudah pukul sepuluh lewat, aku akan mengantarmu pulang, kau pasti lelah.”

“Tidak sama sekali,” sanggahnya cepat. Rose berjongkok, meletakkan dagu di atas lutut, dan tidak mengatakan apapun lagi karena saat ini ia hanya ingin merajuk. Meskipun sadar jika sikap manjanya agak kelewatan, tapi Rose tetap teguh dan tidak akan mengendorkan niat untuk membuat Jaehyun luluh. Ia hanya tidak mau mengalah.

“Aku akan pulang sendirian kalau kau terus bersikap seperti ini,” kata Jaehyun masih kedengaran sangat sabar.

Rose tidak menjawab.

“Sekarang apa lagi? Kau sedang cosplay jadi batu?” Jaehyun berjongkok, mengamati wajah kekasihnya yang muram.

Tangannya mengacak rambut Rose yang diikat asal, hanya mendapat satu sorot tajam, lalu kembali didiamkan seperti barang rusak. Senyumnya terukir tipis—dirinya satu tahun lalu mungkin akan meninggalkan perempuan ambekan dan dramatis di depan ini. Tapi Jaehyun tidak bisa melakukannya kali ini, hatinya tak akan memberi izin. Sehingga tanpa pertimbangan dua kali, ia bangkit berdiri, merunduk ke depan lalu mengulurkan tangan ke belakang tengkuk serta kaki Rose—mengangkat tubuh perempuan ini jelas bukan pekerjaan yang sulit.

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang